Natal dan tahun baru adalah kesempatan yang dinanti produsen ponsel karena masyarakat meningkatkan porsi konsumsi. Tidaklah mengherankan bila peluncuran produk makin gencar berlangsung hingga dua bulan menjelang pergantian tahun. Dan segmen yang digempur oleh produk dari berbagai merek itu umumnya berada di angka Rp 1 juta hingga Rp 2 juta, segmen yang dua tahun lalu mungkin enggan digarap karena masih dikuasai ponsel merek lokal maupun produk yang tersedia belum bisa dianggap bersaing.
Dan di akhir tahun ini, konektivitas 4G seolah bukan menjadi fitur lagi tetapi sebuah kelaziman yang dilakukan setiap kali peluncuran. Dari harga di bawah Rp 1 juta hingga melampaui Rp 7 juta, konsumen sudah tidak perlu lagi kesulitan mencari ponsel yang bisa terhubung dengan jaringan 4G. Hal ini cukup menggembirakan karena ekosistem perangkat 4G yang makin matang bisa mendorong tumbuhnya komponen lain seperti aplikasi. Operator telekomunikasi pun bisa mempertimbangkan perluasan layanan 4G mereka ke daerah-daerah yang selama ini masih terkonsentrasi ke kota besar berdasarkan pertimbangan konsentrasi pengguna dengan perangkat yang mendukung sinyal 4G.
Basuki Ebtayani, General Manager Device Bundling and Customization Strategy Telkomsel, menyebut bahwa segmen yang paling efektif dalam mendorong migrasi pengguna 2G ke 4G adalah perangkat yang ada di rentang harga Rp 1 juta ke Rp 2 juta karena dianggap paling terjangkau dan secara psikologis dianggap sesuai dengan teknologi yang ditawarkan. Hingga kini jumlah pengguna 2G di jaringan mereka diperkirakan masih mencapai 10 juta yang tersebar di daerah pedesaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Para pemilik juga memiliki konsumsi di atas Rp 50.000 untuk data dan kebutuhan komunikasi lainnya. Kami ikut mendorong dengan memberikan paket promosi data dan panggilan telepon,” kata Basuki yang ditemui Kamis (3/11/2016).
Merek global pun tidak lagi malu-malu menggarap segmen harga menengah ke bawah karena pertimbangan jumlah pengguna yang bisa mencapai 40 persen. Konsumen yang berniat untuk mencari perangkat baru untuk dipakai sendiri atau untuk orang lain kini dimudahkan dengan beragam pilihan di pasar.
Kembali
Dari akhir bulan Oktober, Lenovo memperkenalkan ponsel yang memiliki reputasi sendiri yakni seri Moto ke pasar Indonesia setelah absen beberapa tahun. Moto adalah nama seri ponsel yang sebelumnya dikenal Motorola dan kini milik Lenovo setelah akuisisi yang rampung awal tahun ini. Sebagai perkenalan untuk pasar Indonesia setelah absen beberapa tahun, Moto E3 Power adalah produk pertama yang diungkap.
Dengan harga Rp 1,8 juta, Moto E3 Power bisa menjadi gambaran tentang ponsel pintar penerus proyek Android One yang dikembangkan Google bila masih berlanjut hingga kini. Spesifikasinya khas ponsel kelas menengah seperti prosesor berkecepatan 1 gigahertz, RAM 2 gigabita dan penyimpanan internal 16 gigabita. Sesuai namanya, terdapat baterai dengan kemampuan menghantarkan daya sebesar 3.500 miliampere dalam satu jam dan melalui tes yang mereka gelar mampu membuat perangkat bisa terjaga sepanjang hari.
Satu lagi fitur yang membuat Lenovo cukup percaya diri adalah pelapisan badan ponsel dengan zat kimia yang membuatnya tahan terhadap tetesan air. Perlu ditegaskan bahwa hal ini tidak membuat Moto E3 Power tahan air bila masuk dalam kubangan air, tetapi pengguna tidak perlu membuat khawatir bila ponsel terkena cipratan air hujan.
Bagi mereka yang sebelumnya menggunakan produk Motorola, tidak akan ketinggalan logo huruf M besar yang tetap ada di punggung ponsel ini. Lenovo mempersiapkan produk ini untuk kalangan muda yang piawai berinternet. Itulah mengapa kanal penjualan yang diprioritaskan adalah toko daring. Merek Moto nantinya bersanding dengan seri Vibe yang selama ini menjadi lini ponsel andalan Lenovo. Yang dilakukan adalah diferensiasi pasar yang dituju dari masing-masing produk.
Pada saat itu, yang ramai diberitakan di media teknologi justru Moto Z dengan kelas lebih premium karena spesifikasi kelas berat serta fitur modular seperti G5 dari LG. Adrie R Suhadi, Country Lead Lenovo Mobile Business Group Indonesia, menyebut bahwa peluncuran Moto Z hanya perkara waktu saja.
“Moto E3 Power memang diluncurkan terlebih dahulu karena di negara lain, kehadiran kembali merek Moto didahului dengan peluncuran seri ini,” kata Adrie.
Pembaharuan
Peremajaan pun bisa menjadi strategi yang dipilih untuk membuat seri ponsel relevan dengan kebutuhan konsumen saat ini lewat pembaharuan spesifikasi atau penyesuaian desain produk agar lebih memikat. Salah satunya dilakukan Huawei yang meluncurkan Y3 II dan Y6 II, duet ponsel pintar kelas menengah untuk menggantikan duet Y3 dan Y6 yang juga diluncurkan di awal tahun 2016.
Y3 II merupakan seri andalan dari produsen asal Tiongkok ini menyasar pengguna mula ponsel pintar atau pengguna yang bermigrasi dari ponsel dengan fitur standar seperti telefoni dan layanan pesan singkat ke ponsel dengan fitur lebih kaya. Dari lembar spesifikasi, ponsel dengan bentang layar 4,5 inci serta prosesor empat inti ini memiliki performa yang mencukupi untuk menggunakan aplikasi sistem operasi Android yang lazim diunduh seperti perpesanan dan media sosial. Huawei menawarkan Y3 II dengan harga Rp 1,3 juta sementara Y6 II dengan spesifikasi sedikit lebih baik dijual dengan harga Rp 2,2 juta. Keduanya beroperasi di jaringan seluler 4G.
Seri Y3 sebelumnya berada di rentang harga Rp 1 juta ke bawah, dengan pembaharuan ini diharapkan konsumen bisa mendapatkan ponsel dengan spesifikasi lebih baik tanpa harus terlalu banyak menambah anggaran mereka. Huawei sendiri memberikan fitur khusus untuk Y3 II seperti tombol pintasan fisik yang bisa diatur fungsinya seperti mengoperasikan aplikasi kamera, membuka peramban internet, atau fungsi lain sesuai kebutuhan.
Huawei memiliki portofolio ponsel pintar mulai dari terjangkau sampai premium namun menjelang akhir tahun, berdekatan dengan libur natal dan tahun baru, memilih untuk mempromosikan seri ponsel dengan harga terjangkau. Semua tidak lepas dari target mereka untuk mendorong kehadiran merek tersebut di pasar lewat ponsel 4G. Keberhasilan strategi tersebut bisa dibuktikan dari laporan Telkomsel yang menyebut aktivasi ponsel di jaringan 4G milik mereka yang terdaftar dari merek Huawei meningkat 200 persen bila dibandingkan tahun lalu.
Samsung pun tidak ketinggalan dengan merilis pembaharuan seri J yang mengincar segmen pemula. Seri J Prime adalah rangkaian ponsel dengan spesifikasi yang diperbaharui untuk kedua kalinya. Seri J1, J5, dan J7 sebelumnya diluncurkan di tahun 2015 lalu diperbaharui dengan edisi tahun 2016, dan memasuki akhir tahun lagi-lagi diperkenalkan dengan nama J Prime dengan seri J2 Prime, J5 Prime, dan J7 Prime. Rentang harganya mencapai Rp 1,7 juta hingga Rp 3,8 juta.
Marketing Director IT and Mobile Business Samsung Electronics Indonesia Vebbyna Kaunang menepis pendapat bahwa langkah peremajaan ponsel bakal membuat konsumen bingung saat mencari barang di toko. Dengan konsep yang mengincar anak muda, dia juga tidak khawatir bakal bertabrakan dengan seri A yang juga berbuat sama.
“Perbedaannya ada pada kepribadian anak muda, bila seri A mengincar anak muda yang ingin tampil modis, seri J menjadi jawaban untuk anak muda yang ingin berbuat banyak hal dalam waktunya yang terbatas,” ujarnya.
Seri J memboyong beberapa fitur yang menjadi unggulan ponsel kelas yang lebih atas seperti desain kaca yang melengkung di sisi kanan dan kiri. Begitu pula dengan diafragma lensa kamera f1.9 membuatnya bisa mengambil gambar lebih cepat dalam kondisi pencahayaan yang rendah. Tidak ketinggalan sensor sidik jari membuat pengguna bisa mengakses data di dalam ponsel dalam waktu yang sangat singkat.
Daftar itu tidak berhenti di sana karena beberapa merek ponsel juga masih meluncurkan produk di bulan November sebagai persiapan menyambut masa liburan tahun baru dan natal di Desember. Ada Infinix yang merilis Hot 4 dan Hot 4 Pro di rentang harga di bawah Rp 2 juta. Belum termasuk produk dengan harga di atasnya seperti Vivo yang meluncurkan V5 untuk kelas menengah, LG dengan V20 yang mengincar kelas premium.
Banyak pilihan yang menanti belanja akhir tahun konsumen.
DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO
Sumber: Kompas siang, 22 November 2016