Penyelundupan Belangkas Marak

- Editor

Minggu, 30 April 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penyelundupan belangkas atau kepiting tapal kuda (Tachypleus gigas) dari pantai timur Sumatera, khususnya dari Langkat, Sumatera Utara, dan Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, ke luar negeri marak terjadi. Satwa dilindungi yang statusnya sudah terancam punah itu biasanya dijual ke penadah di Thailand dan Malaysia.

Jumat (28/4), misalnya, sebuah kapal nelayan dengan lima awak ditangkap saat hendak menyelundupkan 300 ekor belangkas di perairan Kabupaten Langkat. Direktur Kepolisian Perairan Kepolisian Daerah Sumatera Utara Komisaris Besar Sjamsul Badhar mengatakan, pihaknya mendapat informasi dari warga bahwa hewan bercangkang yang mirip ikan pari itu semakin marak ditangkap dan diselundupkan. “Kami pun melakukan penyelidikan,” katanya.

Dari penyelidikan tersebut, petugas mengetahui ada sebuah kapal nelayan yang berangkat dari Sungai Air Masin, di perbatasan Aceh Tamiang dan Langkat, membawa belangkas. Jumat dini hari, Polisi Perairan Polda Sumut menyetop kapal kayu berbobot 25 gros ton yang bernama Kapal Motor Makmur itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Petugas lalu memeriksa kapal itu dan menemukan dua kotak berisi total 300 ekor belangkas dalam keadaan mati,” katanya. Belangkas itu hendak diselundupkan ke Thailand.

Petugas menangkap nakhoda kapal yang bernama Hermansyah Putra (48), warga Kota Langsa, Aceh, dan empat anak buah kapal warga Langsa dan Aceh Tamiang. Penyidik menduga para pelaku sudah lama dan sering menyelundupkan satwa dilindungi itu.

KOMPAS/NIKSON SINAGA–Petugas Direktorat Kepolisian Perairan Kepolisian Daerah Sumatera Utara memperlihatkan 300 ekor belangkas yang telah mati, di Pelabuhan Belawan, Medan, Sumatera Utara, Jumat (28/4). Polisi menangkap lima awak kapal saat akan menyelundupkan satwa dilindungi itu ke Thailand, di perairan Kabupaten Langkat, Jumat dini hari.

Badar menduga, mereka hanyalah suruhan karena mereka diupah Rp 2,5 juta per bulan. Ada seorang pengumpul bernama Ramli, warga Aceh Tamiang, yang menjadi otak penyelundupan ini. Ramli masih diburu.

Selain menyelundupkan belangkas, para awak kapal diketahui sering menyelundupkan bawang merah dari Malaysia atau Thailand. “Dari Aceh Tamiang mereka membawa belangkas, pulang dari Thailand mereka mengangkut bawang merah,” katanya.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara Herbert Aritonang mengatakan, penyelundupan belangkas kian marak karena permintaan nya semakin tinggi. Pembelinya dari Jepang, Amerika Serikat, China, dan Eropa. Belangkas diambil darahnya untuk dijadikan bahan obat. Di Indonesia, belangkas dibeli dari nelayan seharga Rp 25.000 per ekor. Di penadah di luar negeri, harganya bisa lebih dari 10 kali lipat.

Status hewan dari zaman purba yang berkaki mirip kaki kepiting ini sudah terancam punah atau masuk dalam kategori apendiks I. Sekitar 15 tahun lalu, hewan ini masih banyak ditemukan di perairan dangkal di pantai timur Sumatera. (NSA)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 April 2017, di halaman 13 dengan judul “Penyelundupan Belangkas Marak”.

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum
3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum
Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023
Tiga Ilmuwan Penemu Quantum Dots Raih Nobel Kimia 2023
Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023
Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Senin, 13 November 2023 - 13:46 WIB

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 November 2023 - 13:42 WIB

3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum

Senin, 13 November 2023 - 13:37 WIB

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 November 2023 - 05:01 WIB

Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:52 WIB

Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:42 WIB

Teliti Dinamika Elektron, Trio Ilmuwan Menang Hadiah Nobel Fisika

Berita Terbaru

Berita

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 Nov 2023 - 13:46 WIB

Berita

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 Nov 2023 - 13:37 WIB