Penebangan Harus Ramah Lingkungan

- Editor

Minggu, 9 April 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pemerintah akan mewajibkan semua perusahaan hak pengusahaan hutan alam untuk menebang atau memanen pohon dengan metode penebangan berdampak minimal (reduced impact logging/RIL). Berbagai praktik dan riset menunjukkan, metode itu berdampak terhadap pengurangan emisi karbon sekaligus menekan secara signifikan kerusakan areal hutan di wilayah pemanenan secara signifikan.

Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ida Bagus Putera Parthama mengingatkan, Indonesia terikat pada Perjanjian Paris tentang perubahan iklim 2015. Semua negara penanda tangan sepakat berkontribusi pada penurunan emisi karbon. Indonesia wajib atas usaha sendiri menurunkan emisi karbonnya sebanyak 29 persen hingga 2030.

“Kita sudah terikat untuk menjalankan perjanjian itu,” ujar Putera di sela-sela kunjungan melihat pelaksanaan RIL dalam kawasan hutan produksi Dwima Group di Katingan, Kalimantan Tengah, Senin (7/8). Sehari kemudian, Putera bertemu kalangan petinggi perusahaan hak pengusahaan hutan (HPH) alam Kalteng di Palangkaraya untuk menyosialisasikan praktik RIL.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dia mengingatkan, sektor kehutanan memperoleh bagian terbesar dari kewajiban penurunan emisi karbon, yaitu 17 persen dari total 29 persen kewajiban. Sektor energi berkontribusi pada 11 persen penurunan, sementara penurunan 0,8 persen sisanya dari sektor transportasi dan lain-lain. Diharapkan kewajiban menerapkan RIL lewat peraturan menteri LHK itu terbit tahun depan. “Penurunan emisi terutama dari hutan produksi,” kata Putera.

RIL adalah praktik terencana untuk melaksanakan pemanenan pohon hutan alam secara efisien yang mengurangi kerusakan ekosistem, sisa tebangan tak terpakai, dan pengurangan penggunaan bahan bakar.

Menurut Nana Suparna, penasihat Lestari yang merupakan program USAID untuk pengurangan emisi karbon dan kelestarian alam di Indonesia, emisi karbon dalam praktik HPH dihasilkan dari pohon-pohon tebangan atau yang ikut roboh, tapi tak dipungut karena tak ekonomis dan dari pembakaran bahan bakar traktor penarik kayu. “Kalau ini berkurang, emisi berkurang. Penelitian di Indonesia oleh TNC (The Nature Conservancy, LSM lingkungan) di Kaltim menunjukkan, RIL mengurangi emisi karbon dalam persentase yang besar,” katanya. (YNS)
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Agustus 2017, di halaman 16 dengan judul “Penebangan Harus Ramah Lingkungan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB