Tiga tahun terakhir, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah membangun 30.000 titik penerangan jalan umum atau PJU tenaga surya di 200 kabupaten/kota. Tahun ini, rencananya akan lebih banyak PJU tenaga surya yang dibangun. Semua ini dilakukan sebagai upaya mendorong pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA (BAH)–Warga melintasi Jembatan layang Jalan Tenggulunan yang menggunakan tenang surya untuk penerangan jalannya di Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (26/5/2016). Penggunaan tenaga surya untuk lampu jalan serta kepentingan lainnya kini banyak digunakan oleh sejumlah pihak untuk menekan biaya.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sutijastoto dalam siaran pers yang diterima Kompas, Senin (11/3/2019), mengatakan, untuk tahun 2019, Kementerian ESDM menargetkan tambahan PJU tenaga surya di 21.000 titik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
PJU itu diproyeksikan menerangi jalan sepanjang 1.000 kilometer.
“Pemerintah daerah masih bisa mengusulkan pembangunan PJ-TS di daerah mereka untuk tahun 2019,” kata Sutijastoto.
Menurut Sutijastoto, pemanfaatan PJU tenaga surya akan menjadikan perekonomian kabupaten/kota lebih bergairah. Direktorat Jenderal EBTKE mengupayakan agar PJU tenaga surya bisa menerangi jalan raya semaksimal mungkin.
“Penerangan merupakan salah satu kebutuhan masyarakat untuk kesejahteraan. Oleh sebab itu, kita bantu. Meskipun kecil, penerangannya cukup bagus,” ujar Sutijastoto.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO–Panel surya dipasang di puncak bukit Dusun Banyumeneng, Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta, guna menghasilkan listrik untuk menggerakkan mesin pompa air, Kamis (31/8/2018). Pompa air bertenaga surya tersebut memungkinkan ratusan keluarga di dusun itu tetap dapat memperoleh aliran dari mata air meskipun saat kemarau.
Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana menambahkan, PJU tenaga surya yang dibangun menggunakan APBN ini merupakan bentuk pengelolaan uang rakyat yang kembali ke rakyat.
“PJU tenaga surya adalah upaya menciptakan energi yang cukup, andal, dan terjangkau. Bayangkan, begitu panjangnya Anyer ke Panarukan untuk dibangun penerangan. Unsur keamanan masyarakat pun jadi meningkat, juga membantu Pemda mengurangi tagihan ke PLN. PJU tenaga surya akan sangat membantu,” kata Rida.
Dia menjelaskan, PJU tenaga surya menggunakan cahaya matahari sebagai sumber energi listrik dan terintegrasi dengan baterai. Lampu PJU tenaga surya sangat cocok digunakan untuk jalan di daerah-daerah yang belum terjangkau oleh listrik PLN dan daerah-daerah yang mengalami krisis energi listrik, terutama di daerah terpencil karena sifatnya yang berdiri sendiri.
PJU tenaga surya juga dapat diaplikasikan di daerah perkotaan seperti di kawasan jalan utama, jalan kawasan perumahan, kawasan industri, dan fasilitas umum lainnya. Khusus untuk tahun anggaran 2018, Kementerian ESDM memasang PJU tenaga surya di 26 Provinsi dan 167 kabupaten/kota sebanyak 21.839 titik.
KOMPAS/ARIS PRASETYO–Rumah salah satu warga di Desa Waengapan, Kecamatan Lolong Guba, Kabupaten Buru, Maluku, untuk pertama kali menikmati lampu penerangan listrik tenaga surya bantuan pemerintah. Sebelumnya, warga menggunakan getah damar untuk penerangan setiap malamnya. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral membagikan 100 paket lampu tenaga surya hemat energi yang berisikan panel tenaga surya berkapasitas 30 watt peak, empat unit lampu, dan kabel. Foto ini diambil pada 19 Desember 2017.
Sutijastoto melanjutkan, selain PJU tenaga surya, Kementerian ESDM juga mengadakan program lampu tenaga surya hemat energi (LTSHE). Program ini diharapkan memberikan solusi penerangan dan energi listrik secara gratis bagi perdesaan terisolir dan sulit dijangkau jaringan PLN.
“Pada 2017, sudah terpasang LTSHE bagi 79.556 keluarga di lima provinsi. Pada 2018, ada tambahan 172.996 keluarga di 16 provinsi. Target tahun 2019, akan ada lagi sekitar 100.000 unit LTSHE untuk masyarakat yang belum dapat mengakses listrik di 22 provinsi,” ujarnya. (YOLA SASTRA)
Editor ANTONIUS PONCO ANGGORO
Sumber: Kompas, 11 Maret 2019