Gaya hidup modern bisa memicu serangan sindrom lorong karpal atau cedera pergelangan tangan. Hal itu antara lain akibat pemakaian gawai dan komputer berlebihan ataupun mengemudi terlalu lama.
Dokter ahli ortopedi Rumah Sakit Premier Bintaro, Margareta Arianni, dalam acara “Hand Clinic” di Tangerang Selatan, Banten, Kamis (12/3), menyatakan, di RS Premier Bintaro, misalnya, 20 persen dari total jumlah pasien mengalami cedera di pergelangan tangan, dan sebagian besar berusia produktif.
Margareta menjelaskan, cedera sindrom lorong karpal timbul akibat terlalu sering memakai gawai ataupun komputer. Kebiasaan menggunakan mobil atau motor terlalu lama juga membuat pergelangan tangan terbebani aktivitas gerak terus-menerus. “Menenteng tas atau barang belanjaan terlalu berat juga berisiko cedera,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Meski beban gerak tak berat, aktivitas rutin berulang membuat cedera terakumulasi sehingga menimbulkan nyeri. Gejala lain adalah kesemutan dan mati rasa. Bahkan, sindrom lorong karpal bisa menyebabkan penyusutan jaringan otot (atropi) sehingga ukuran tangan mengecil.
Pergelangan tangan terhubung dengan saraf motorik pengontrol gerak tangan dan jari. Jika nyeri dibiarkan, sel medianus di pergelangan tangan bisa terjepit dan ada kerusakan cabang motorik ke otot pergelangan tangan. Efek jangka panjang, fungsi gerak tangan menurun.
Dokter spesialis bedah ortopedi Lukman Shebubakar menjelaskan, sindrom lorong karpal bisa diatasi dengan tindakan operasi, terutama jika terjadi atropi. Untuk menghindari operasi, pergelangan tangan nyeri perlu diistirahatkan. Beban dan durasi waktu beraktivitas perlu mempertimbangkan kekuatan pergelangan tangan. “Saat memegang mouse komputer, telapak tangan jangan ditekuk,” ujarnya. (B08)
———————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Maret 2015, di halaman 13 dengan judul “Pemakaian Gawai Berlebih Picu Cedera”.