Asosiasi Dokter Hewan Dunia memperingati Hari Kedokteran Hewan Dunia setiap tanggal 25 April. Tahun 2020, dokter hewan ikut berperan dalam penanganan Covid-19.
Asosiasi Dokter Hewan Dunia memperingati Hari Kedokteran Hewan Dunia setiap tanggal 25 April. Tahun 2020 ini, tema yang diangkat adalah ”Perlindungan Lingkungan untuk Meningkatkan Kesehatan Hewan dan Manusia”. Tema tersebut saat ini relevan dengan pentingnya peran dokter hewan membantu mengatasi Covid-19.
”Keterlibatan dokter hewan tentu diperlukan selama penanganan penyakit zoonosis (penyakit menular dari hewan ke manusia), termasuk pandemi Covid-19, baik dalam upaya pencegahan maupun upaya pengobatan,” kata Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI) Drh Muhammad Munawaroh dalam pernyataannya yang disiarkan di Jakarta, Jumat (24/4/2020).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia menjelaskan, beberapa peran yang dapat diambil dokter hewan di antaranya, pertama, melakukan surveilans dan pemantauan penyakit yang berasal dari hewan. Kedua, melakukan penelitian terhadap karakteristik penyakit tertentu dan kemungkinan penularan yang terjadi sebagai bentuk upaya pencegahan. Ketiga, berperan dalam penemuan obat ataupun vaksin.
Keempat, berperan dalam menentukan kebijakan pemerintahan terkait kesehatan hewan dan kaitannya dengan manusia. Kelima, berperan dalam keamanan dan kelayakan produk asal hewan selama krisis pandemi terjadi ataupun di luar pandemi. Keenam, membantu melakukan edukasi ke masyarakat dan peran penting lainnya.
”Meskipun peran tersebut tidak langsung berhadapan dengan manusia, tetap berkontribusi dalam kesejahteraan manusia. Yang membedakan ialah melalui hewan karena kesehatan hewan juga berdampak dalam kesehatan manusia,” kata Munawaroh.
Munawaroh memberikan contoh ketika terjadi kasus zoonosis yang terjadi sebelumnya, yaitu flu burung H5N1 yang menyerang pada unggas dan burung serta menyebabkan kematian pada manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, manusia yang terinfeksi memiliki tingkat mortalitas mencapai 60 persen. Pada 2005-2017 terdapat kematian 168 orang dari 200 orang yang terjangkit di Indonesia. Puncak penyakit terjadi pada 2007 dan angka terus menurun hingga 2017.
Tentunya dokter hewan ikut berperan dalam penanganan penanggulangan flu burung tersebut, baik dari surveilans, pengendalian penyakit pada hewan, komunikasi risiko, edukasi dan peningkatan kesadaran masyarakat, serta dalam pengembangan vaksinasi untuk flu burung atau avian influenza.
”Meskipun sulit pada awalnya, kegiatan terintegrasi secara nasional baik lintas program dan lintas sektor terpadu perlu diimplementasikan secara vertikal maupun horizontal. Kembali lagi pada pentingnya penerapan konsep one health (satu kesehatan),” ucap Munawaroh.
Pada kasus pandemi Covid-19, Munawaroh memberi contoh penerapan satu kesehatan yang terjadi di Inggris. Beberapa rumah sakit di sana mulai membuka pekerjaan bagi dokter hewan serta dokter gigi untuk membantu menjaga sebagai pekerja pendukung, terutama dalam perawatan intensif karena tingginya kasus dan tingginya kebutuhan tenaga kesehatan.
”Sebelumnya, rasio antara pasien dan tenaga kesehatan di Inggris 1:1 berubah menjadi 1:6. Namun, dokter hewan dan dokter gigi tidak mengambil peranan dokter manusia dan perawat serta tidak mengambil keputusan medis, penanganan, dan perawatan medis lainnya, seperti intubasi,” tutur Munawaroh.
Presiden Asosiasi Dokter Hewan Sedunia (World Veterinary Association/WVA) Drh Patricia Turner, dalam pernyataannya yang dimuat dalam situs web WVA.org, 7 April 2020, menyebutkan, beberapa bulan terakhir berurusan dengan pandemi global SARS-CoV-2 telah menunjukkan kepada dokter hewan betapa pentingnya untuk berkumpul bersama, sebagai profesional veteriner, untuk berbagi informasi di antara dokter hewan sendiri guna menjaga dokter hewan tangguh dan aman, untuk mendukung klien dan memastikan perawatan yang baik dan kesejahteraan semua hewan.
”Selain itu, menggunakan pengetahuan dan pelatihan kami tentang penyakit menular untuk mendukung kesehatan masyarakat dan upaya di komunitas kami dan di seluruh dunia,” kata Patricia.
Dalam pernyataannya, WVA dengan senang hati menyediakan daftar sumber daya yang dikumpulkan dari kelompok-kelompok dokter hewan nasional dan internasional, lembaga kesehatan masyarakat, dan organisasi antarpemerintah.
Kantor berita Reuters, 6 April 2020, memberitakan, produsen ventilator hewan di Jepang, Metran, telah didekati oleh Pemerintah Jepang untuk memproduksi secara massal ventilator hewannya untuk merawat orang yang didiagnosis dengan Covid-19.
Ketua Eksekutif Metran Kazufuku Nitta mengatakan, pendekatan itu dilakukan akhir bulan lalu. Beberapa negara yang mengajak bicara perusahaan itu adalah Amerika Serikat, Inggris, dan India.
Metran sebetulnya juga membuat ventilator untuk manusia, tetapi Nitta mengatakan, alat kesehatan hewannya lebih sederhana dan juga sepersepuluh dari biaya produksi dan lebih mudah dioperasikan.
”Dalam pandemi, tidak akan ada cukup dokter dengan pengetahuan ahli di lokasi. Mesin sederhana dan aman diperlukan untuk dokter yang tidak terbiasa dengan perangkat ini,” kata Nitta kepada Reuters dalam wawancara baru-baru ini di pabrik Metran di Kawaguchi, utara Tokyo.
Oleh SUBUR TJAHJONO
Editor: SUBUR TJAHJONO
Sumber: Kompas, 25 April 2020