Sebanyak 115 Penelitian arkeologi yang terjadwal di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional ditunda eksekusinya. Penundaan sementara ini berkaitan dengan ancaman pandemi Covid-19.
Pandemi penyakit Covid-19 berdampak ke hampir semua lini aktivitas, tak terkecuali aktivitas penelitian arkeologi. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memutuskan menunda sementara waktu kegiatan riset selama dua minggu sejak tanggal 17 Maret 2020.
Kepala Bagian Tata Usaha Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas), Frandus, saat dihubungi Jumat (20/3/2020), di Jakarta, mengatakan, keputusan penundaan kegiatan penelitian mengacu kepada Surat Edaran Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Nomor 2673/H5/KP/2020 tentang Prosedur Pencegahan Penyebaran Corona Virus (Covid-19) di Lingkungan Balai Arkeologi. Kegiatan penelitian, sesuai surat edaran itu, dapat dilaksanakan kembali jika situasi sudah memungkinkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain kegiatan penelitian, ada satu lagi program utama Puslit Arkenas yang harus ditunda adalah Rumah Peradaban. Akan tetapi, durasi penundaan realisasi kegiatan Rumah Peradaban lebih lama seminggu dibanding penelitian.
Khusus program kegiatan penelitian arkeologi, sepanjang tahun 2020 sebenarnya telah terjadwal 115 riset. Jumlah ini terdiri dari 104 penelitian arkeologi dengan sokongan dana APBN dan 11 penelitian yang bekerja sama dengan mitra asing.
“Kami tidak memberikan kepastian batasan waktu penundaan kepada mitra asing. Kami hanya menjanjikan akan memberikan kabar secara resmi kepada mereka apabila situasi dan kondisi di Indonesia sudah memungkinkan. Upaya penundaan sementara waktu ini kami lakukan untuk pencegahan penyebaran virus korona baru,” ujar Frandus.
PUSLIT ARKENAS FOR KOMPAS–Peneliti Puslit Arkenas Adhi Agus Oktaviana sedang melakukan pemantauan gambar di dinding Gua Leang Bulu’ Sipong 4, Februari 2018 lalu
Kerjasama dengan luar negeri
Beberapa riset dan penelitian yang ditunda untuk sementara waktu, antara lain proyek riset, pelatihan, dan sekolah lapangan di Trawas, Mojokerto, Jawa Timur. Proyek ini bekerja sama dengan Temasek History Research Center dan rencananya berlangsung 6 – 25 Juli 2020.
Contoh lain adalah dua penelitian bersama Universitas Griffith Australia. Penelitian pertama berjudul In Search of Celebes Man: Archaeology of Early Hominin Occupation in Sulawesi. Judul penelitian kedua adalah The Unknown Ice Age Artists of Borneo.
Salah satu peneliti Puslit Arkenas, Adhi Agus Oktaviana menceritakan, bersama peneliti Universitas Griffith ia menelusuri tentang jejak leluhur manusia di pegunungan cadas Kabupaten Maros dan Pangkep, Sulawesi Selatan. Penelitian itu dikerjakan sejak 2013 dengan tujuan mencai bukti-bukti valid mengenai leluhur manusia yang telah mengerti dan memiliki daya kreativitas tinggi ketika tinggal di gua.
Di gua-gua cadas, mereka menemukan tinggalan-tinggalan seni prasejarah. Sebagai contoh, terdapat batu-batu kecil yang sengaja diukir dengan seni figuratif yang diperkirakan berusia 26.000 hingga 14.000 tahun. Pada tahun 2017 dan 2018, tim penelitian bersama itu menggali dari gua batu kapur dan menemukan dua plak batu datar dan berukir. Salah satu batu plak datar diukir dengan gambar kepala dengan tubuh bagian atas berupa hewan Anoa.
Identifikasi peneliti terhadap motif terukir sebagai anoa didasarkan pada kemiripan bukan hanya dengan hewan Anoa yang masih hidup hari ini, tetapi juga keserupaan gambar terukir dengan lukisan-lukisan Anoa yang merupakan ciri khas seni cadas Pleistosen di Maros dan di semenanjung barat daya Sulawesi
Temuan tersebut ditulis dalam makalah berjudul Seni Portabel dari Pleistosen Sulawesi dan telah diterbitkan di jurnal internasional Nature:Human Behaviour.
Adhi menceritakan, untuk penelitian The Unknown Ice Age Artists of Borneo, jadwal semula berlangsung dari Februari – April. Namun, peneliti dari Universitas Griffith akhirnya diminta kembali pulang ke negara asal dan proses penelitian akhirnya ditangguhkan akibat wabah Covid-19.
“Eskavasi dan survei hasilnya bagus. Tapi, kami memahami bahwa penundaan ini bertujuan untuk menjaga kesehatan bersama,” kata dia.
Oleh MEDIANA
Editor: ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Sumber: Kompas, 21 Maret 2020