Memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Ke-19, Kementerian Riset dan Teknologi menggelar Ritech Expo 2014. Masih menampilkan hasil riset atau inovasi iptek karya anak bangsa seperti tahun-tahun sebelumnya, pameran tahunan ini hanya membatasi pada tiga tema yang terkait, yakni teknologi pangan, energi, dan pengelolaan sumber daya air.
Gelaran Ritech Expo 2014 yang berlokasi di lobi Gedung II Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi hingga pelatarannya, Sabtu (9/8), dibuka Menristek Gusti Muhammad Hatta. Ajang ekshibisi yang digelar hingga Selasa (12/8) itu diikuti lembaga riset, perguruan tinggi, dan swasta yang mengisi 78 stan.
Dari stan-stan tersebut, yang menarik perhatian adalah stan Pusat Unggulan Iptek. Sejumlah karya inovasi yang terkait dengan pangan dan obat-obatan digelar. Dari Universitas Jambi, misalnya, tim peneliti yang dipimpin Dede Martino dari Fakultas Pertanian menampilkan detektor pupuk. Melalui sistem elektronik yang dilengkapi batang katoda-anoda sebagai detektor yang ditancapkan ke tanah, kandungan 16 jenis unsur kimia makro dan mikro pada pupuk dapat diketahui melalui suara dengkuran dan bunyi alarm yang dikeluarkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Alat ini dapat membantu optimalisasi penggunaan pupuk dan memberikan hasil pertumbuhan atau panen yang seragam,” kata Dede.
Dikembangkan sejak tahun 2004, alat ini kemudian diproduksi di bengkel kerja yang didirikan hingga menghasilkan sekitar 25 alat yang dibeli para petani. Dede yang melakukan riset sejak tahun 2000 bersama timnya telah menghasilkan 102 karya inovasi teknologi tepat guna, sekitar 25 di antaranya telah masuk ke tahap komersial. Temuan terbarunya adalah mesin sanggai.
Dengan menerapkan gelombang mikro berdaya rendah untuk menghasilkan suhu di bawah 40 derajat celsius dan dipadukan dengan embusan udara kering, berbagai makanan dapat dikeringkan tanpa mengubah warna, kandungan, dan rasanya. ”Semua makanan yang dikeringkan dapat tahan hingga tiga bulan,” ujar Dede. Teknik yang telah dicobakan pada tempe, cabe, petai, dan kelapa ini sekarang dalam proses memperoleh paten.
Karya inovasi anak bangsa diakui Gusti Muhammad Hatta tergolong banyak dan di antaranya berpotensi dikembangkan ke tahap komersial. Namun, diakui tak mudah meyakinkan industri untuk memanfaatkannya.
”Diperlukan waktu hingga tiga tahun untuk sampai ke industri,” kata Gusti. Ia mengambil contoh alat penjernih air berbasis katalis karya penemu yang juga dosen ITB, I Gede Wenten, yang akhirnya diproduksi industri nasional.
Bidang energi baterai litium dan nanoteknologi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas hortikultura kini juga mulai dilirik dunia industri. Hal itu, kata Gusti, karena strategi yang tepat dijalani lembaga riset, yaitu melalui pembentukan konsorsium untuk pengembangan karya inovasi bersama industri.
Teknologi nano saat ini terus berkembang di dunia, termasuk di antaranya untuk industri kosmetik. (YUN)
Sumber: Kompas, 10 Agustus 2014