Keberadaan organisasi profesi ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang juga dituntut tidak hanya meningkatkan kompetensi anggotanya, tetapi juga memberdayakan masyarakat. Melalui organisasi profesi teknologi bisa diterapkan secara tepat guna untuk kebutuhan masyarakat.
“Ada prinsip proses pemelajaran sistematis dan komitmen untuk pelayanan masyarakat,” kata Ketua Umum Forum Organisasi Profesi Iptek (FOPI) Achmad Hermanto Dardak dalam seminar nasional organisasi profesi iptek di Jakarta, Rabu (30/10/2019).
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Ketua Umum Forum Organisasi Profesi Iptek Achmad Hermanto Dardak menjelaskan komitmen orprof untuk membangun dan memberdayakan masyarakat dalam seminar nasional orprof di Jakarta, Rabu (30/10/2019).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Total ada 42 organisasi profesi iptek yang tergabung di dalam FOPI. Anggotanya antara lain Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia, Ikatan Apoteker Indonesia (IAI), Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), Asosiasi Dosen Indonesia, dan Ikatan Akuntan Indonesia.
Hermanto mengatakan, tantangan terbesar dalam organisasi profesi iptek ialah memenuhi komitmen pengelolaan yang baik dan berkelanjutan. Disusul dengan pembuatan kode etik, standardisasi kompetensi, akreditasi, dan sertifikasi. Beberapa organisasi profesi iptek seperti PII dan Ikatan Akuntan Indonesia sudah memiliki sertifikasi kompetensi anggotanya yang diakui pada taraf internasional sehingga memungkinkan para profesional tersebut berkarya di luar negeri.
“Selain itu, orprof (organisasi profesi) wajib memiliki program pemberdayaan masyarakat. Caranya bisa bekerja sama dengan industri, perguruan tinggi, pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat. Tujuannya untuk berbagi ilmu dan mencerdaskan masyarakat dalam mencari solusi permasalahan di wilayah masing-masing,” tutur Hermanto.
Salah satu organisasi profesi iptek yang sudah memiliki program pemberdayaan adalah IAI. Mereka bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan hilirisasi hasil penelitian dan inovasi. Misalnya, UGM mengembangkan penelitian pati dari kulit pisang. Limbah kulitnya ternyata bisa diolah menjadi minuman herbal serupa kopi yang dipasarkan di 26.000 jaringan apotek se-Indonesia.
Menurut Ketua Umum IAI Nurul Falah Eddy Pariang, terdapat pula pelatihan petani tanaman obat. Biasanya, petani memanen tanaman, membungkus, dan memasarkannya sehingga kondisi hasil panen tidak merata mutunya. Pelatihan oleh IAI mengajarkan cara pengolahan hasil panen menjadi simplisia atau bahan baku obat-obatan herbal yang terstandardisasi. Ada juga kerja sama dengan Universitas Padjajaran untuk mengembangkan dan memasarkan teh dari daun stevia (Stevia rebaudiana) yang aman diminum orang dengan diabetes.
Sementara itu, PDHI memilih melakukan pengembangan di bidang akademik. Mereka mendorong dibukanya program studi spesialisasi kedokteran hewan seperti bedah veteriner, hewan laboratorium, penyakit dalam, dan patologi veteriner. Ketua I PDHI Suwarno mengatakan, UGM, Universitas Airlangga, dan IPB University merupakan perguruan tinggi yang menyatakan siap untuk membuka spesialisasi.
Direktur Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kementerian Riset dan Teknologi Kemal Prihatman mengatakan, pemerintah menyadari belum semua organisasi profesi iptek mapan untuk menjalankan misinya. Oleh sebab itu, Kemristek menyediakan hibah sebesar Rp 75 miliar hingga Rp 100 miliar untuk organisasi profesi iptek dengan portofolio dan proposal yang sesuai dengan program Kemristek seperti pengembangan kawasan sains dan teknologi atau pun mengembangkan pendidikan tinggi bertaraf dunia. Dana ini digunakan untuk penguatan kelembagaan dengan syarat hasil yang nyata seperti pemberdayaan masyarakat atau pun perbaikan dalam metode pelaksanaan profesi.
Perkuat UMKM
Ketua Umum Ikatan Saudagar Muslim Indonesia Ilham Akbar Habibie menjabarkan bahwa masa depan penerapan teknologi ada di usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Pasalnya industri besar akan melakukan automasi yang menggantikan tenaga manusia untuk pekerjaan manual dengan mesin. Wilayah yang berpotensi sebagai wahana peningkatan kompetensi sumber daya manusia adalah di kewirausahaan.
“Melalui penguatan UMKM kita bisa melokalisasi industri. Butuh teknologi tepat guna untuk melakukannya. Proses produksi dilakukan di satu wilayah untuk memenuhi kebutuhan warga setempat,” paparnya.
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Ketua Umum Ikatan Saudagar Muslim Indonesia Ilham Akbar Habibie menjelaskan masa depan pemerataan ekonomi ada di penguatan usaha mikro, kecil, dan menengah pada seminar nasional organisasi profesi iptek di Jakarta, Rabu (30/10/2019).
Ilham mengatakan akan ada pembagian produksi antara industri besar dengan UMKM. Pembuatan baterai misalnya, masih membutuhkan industri besar untuk memastikan pengolahan limbah ramah lingkungan yang memerlukan biaya besar. Namun, untuk manufaktur seperti kendaraan ringan, bisa dilakukan dalam skala lokal.
Saat ini ISMI bekerja sama dengan pemerintah provinsi Bali untuk mengembangkan produksi motor dalam tingkat lokal. Desain sepeda motor konvensional dikembangkan oleh desainer-desainer setempat sesuai dengan kebutuhan teknis setiap daerah. Rencananya, sebagian produksi akan memakai teknologi cetak tiga dimensi.
“Di saat yang sama, orprof juga perlu mendekati industri agar mau mengembangkan penelitian dan pengembangan di dalam negeri. Jangan sampai industri kita hanya pada level perakitan bahan yang diproduksi di negara lain,” kata Ilham.–LARASWATI ARIADNE ANWAR
Editor YOVITA ARIKA
Sumber: Kompas, 30 Oktober 2019