Sejauh yang diketahui orang, hanya ada dua jenis pasangan kembar yaitu, kembar identik dan kembar fraternal. Akan tetapi, tampaknya masih terdapat jenis kembar lain. Selain kembar identik, yang mempunyai gen yang persis sama, dan kembar fraternal,-yang lahir pada saat yang bersamaan tetapi secara genetik berbeda, mungkin patut disebutkan adanya jenis ”kembar setengah identik” (lihat gambar) yang amat jarang terjadi.
“Kembar setengah identik” muncul, bila sebuah precursor –zat yang mendahului- telur yang sesungguhnya terpecah menjadi dua bagian identik, dan kemudian dibuahi oleh dua sperma. Karenanya, kembar jenis ini lebih serupa ketimbang jenis fraternal yang terjadi dari dua telur yang berbeda, tetapi kurang serupa dibanding kembar identik-yang tercipta dari satu sperma.
Anak kembar juga bisa muncul dari dua ayah yang berbeda (hasil kumpul kebo). Yakni, jika sebuah telur yang keluar melalui hubungan seks ‘dengan’ pria pertama telah menjadi janin, kemudian dibuahi lagi oIeh sperma pria kedua dalam hubungan seks berikutnya. Pada hakekatnya, kembar jenis ini merupakan saudara tiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pasangan-pasangan kembar identik yang jumlahnya mencapai sepertiga dari seluruh jumlah pasangan kembar di AS, tampaknya bisa muncul kapan saja. Namun tidak demikian halnya dengan kembar fraternal. Sebab dalam satu hal, kembar fraternal hanya mungkin dilahirkan oleh orangtua yang kembar. Dalam suatu penelitian terhadap 4000 ibu, diketahui bahwa kans mengandung bayi kembar fraternal bila si ibu juga kembar ada lah 1: 58. Dan seseorang yang tidak mempunyai sejarah pasangan kembar di keluarganya, hanya mempunyai kans mengandung kembar fraternal tidak lebih dari satu persen.
Seorang wanita juga mempunyai harapan mengandung kembar fraternal bila dia telah mempunyai anak sebelumnya (terlebih bila anak-anak itu pasangan-pasangan kembar), menggunakan obat-obatan penyubur atau berusia antara 35 hingga 40 tahun. Dan wanita itu juga tampaknya mempunyai harapan mengandung bayi kembar bila dia hamil segera setelah meninggalkan pil KB, sebab hal itu akan memperbanyak gonadotropins, hormon yang menambah daya ovulasi.
Suatu penelitian di Universitas Yale menunjukkan bahwa wanita yang semula menggunakan pil KB dan yang mengandung dalam waktu dua bulan sejak meninggalkan pil itu, mempunyai harapan mengandung bayi kembar dua kali lebih besar.
Lenyap
Salah satu penemuan terbaru yang lebih provokatif -tentang bayi kembar adalah ini: banyak calon jabang bayi yang lanyap sewaktu masih dalam kandungan. Sedemikian banyaknya janin yang hilang bahkan lebih banyak daripada jumlah yang dilahirkan fenomena itu disebut ”sindrom kembar yang punah” (vanishing-twin Syndrome).
Penelitian-penelitian sonogram menunjukkan bahwa 7O persen kehamilan di mana semula terdapat dua janin (kembar) pada sekitar bulan kelima salah satu janin lenyap. Karenanya, menurut para ilmuwan, cukup beralasan bila ada sementara singleton (orang yang lahir seorang diri tetapi mempunyai kembaran sewaktu dalam rahim ibunya) merasa mempunyai saudara kembar.
Dan berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut, Dr. Louis Keith, seorang ahli pada Northwestern Medical School dan Center for Multiple Birth di Chicago, saudara kembar Donald Keith, makin percaya bahwa tingkat kehamilan bayi kembar sebenarnya (termasuk di dalamnya vanishing-twin syndrome) berkisar 20 persen, dan bukannya 1 per 90 seperti yang dicatat pada statistik kelahiran di AS.
Janin bisa lenyap dalam dua cara. Dengan alasan-alasan yang hingga kini belum bisa dipahami, ari-ari bayi bisa hilang tersedot kembali oleh sang ibu yang mengandung. Hal itu tentunya tidak berlaku pada pasangan kembar yang kedua-duanya salamat lahir ke dunia.
Tetapi, bagaikan “kanibalisme dalam bentuk aneh”, suatu janin juga bisa memangsa kembarannya. Contoh dari kasus ini adalah Nick Hill, seorang pegawai sebuah bengkel di Idaho. Hingga umur 21 tahun, Nick mengeluh hampir tiap hari merasa pusing-pusing. Akhirnya, pemuda itu menjalani operasi otak.
Yang mengejutkan, ketika dilakukan operasi itu, diketemukan tulang, kulit dan rambut janin dalam otak Nick yang oleh para dokter diperkirakan sebagai berasal dari janin kembaran yang dimangsa janin Nick. Pada kasus-kasus lain yang pernah terjadi di AS, kista-kista itu bisa berupa sisa-sisa gigi, rambut atau bagian dari kaki atau tangan suatu janin.
Pengaruh Gen
Masalah lain yang banyak menjadi obyek penelitian para ilmuwan adalah pengaruh gen pada perilaku pasangan-pasangan kembar, seperti yang diyakini oleh Mendel Institute di Roma.
Bulan Desember lalu, misalnya, sejumlah ilmuwan di bawah pimpinan Thomas Bouchard dari Universitas Minnesota mengumumkan hasil-hasil penelitian awal dari sebuan studi yang dilakukan terhadap 350 pasangan kembar identik yang hidup terpisah berjauhan.
Melalui serangkaian uji fisik dan psikis termasuk sekitar 15.000 pertanyaan, tim dari Universitas Minnesota itu mendapatkan kemiripan yang sangat menonjol dalam ciri kepribadian dan perilaku pasangan-pasangan kembar –hal mana menunjukkan besarnya peran gen.
Akan tetapi,lingkungan di mana pasangan itu tumbuh juga merupakan faktor yang kuat dalam sejumlah hal yang lain. Keagresifan, prestasi, kerapian, keakraban sosial, misalnya, lebih banyak ditentukan oleh factor lingkungan. Dalam hal seperti ini kata para ahli peran gen bila diukur dengan persentase tidak lebih dari 48, dan seringkali hanya sekitar 30.
Belum lama berselang, para periset berusaha mencari jawab tentang bagaimana pengaruh gen pada otak menyebabkan munculnya berbagai perilaku. Satu teori berujar bahwa genetic makeup seseorang mempengaruhi jenis-jenis lingkungan yang dipilihnya, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kepribadiIan. Dalam hal ini, gen mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung.
Predisposisi genetik untuk mengambil risiko, misalnya, mungkin akan menyebabkan seseorang menjadi penjahat. Jadi sungguhpun tidak ada gen kriminalitas, mungkin ada gen perilaku yang –bila disalahgunakan, akan menyebabkannya menjadi gen kejahatan.
Dengan patokan yang sama, gen mungkin akan membuat seseorang menjadi lebih peka terhadap lingkungannya. Dalam suatu studi tentang depresi dan anxiety yang hasil-hasilnya diumumkan bulan Mei lalu, para periset dari Universitas Kedokteran Virginia meneliti 3798 pasangan kembar identik dan fraternal.
Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa pasangan kembar identik lebih mudah terserang depresi dan anxiety ketimbang kembar fraternal –hal mana menunjukkan bukti gamblang tentang hubungan (koneksi) gen. Tetapi, tampaknya tidak terdapat gen terpisah bagi depresi dan anxiety. Adapun yang lebih mungkin adalah adanya satu rangkaian gen, yang fungsinya membuat orang sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh lingkungan.
Pendapat yang menyatakan bahwa gen secara kuat mempengaruhi cara seseorang berpikir dan bertindak mengalahkan pendapat yang telah lama diyakini tentang primasi keinginan bebas. Tetapi yang jelas, manusia bukanlah budak gen. Buktinya sudah jelas: pasangan kembar identik tidak selalu identik dalam perilakunya. Contoh dalam hal ini adalah pasangan kembar yang dipisahkan sejak lahir, yang menjadi obyek penelitian David Lykken, seorang ilmuwan Universitas Minnesota. Salah seorang dari pasangan kembar itu tumbuh menjadi “pianis profesional berkaliber tinggi,” kata Lykken. Sungguhpun tidak seorang pun dari keluarga yang mengadopsinya adalah musikus. Sedangkan kembarannya, yang diadopsi oleh seorang pelatih piano, sama sekali tidak bisa main piano. “Perbedaan lingkungan dan keluarga yang berbeda mencapai gen dan mengeluarkan sesuatu,”kesimpulan Lykken akhirnya.
Sementara itu, menurut Laura Baker dari University of Southern California, sungguhpun dengan gen yang sama, situasi lingkungan yang berbeda –termasuk kesempatan pendidikan yang berbeda- akan menyebabkan hasil yang berbeda pula. (Jos/NW).
Sumber: Suara Merdeka, 29 November 1987