Minuman Bukan Lagi Sekadar Pelepas Dahaga

- Editor

Minggu, 27 Oktober 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Siswa MI Batankrajan mendengarkan doa seusai mengikuti Sholat Istisqa di Lapangan Desa Batankrajan, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (15/10/2019).  Sholat tersebut dilakukan di tengah musim kemarau untuk berdoa kepada Tuhan agar menurunkan hujan. Selain suhu udara yang sangat panas pada siang hari, kemarau yang terjadi membuat banyak warga dibanyak daerajh mengalami kesulitan air,

Kompas/Bahana Patria Gupta (BAH)

Siswa MI Batankrajan mendengarkan doa seusai mengikuti Sholat Istisqa di Lapangan Desa Batankrajan, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (15/10/2019). Sholat tersebut dilakukan di tengah musim kemarau untuk berdoa kepada Tuhan agar menurunkan hujan. Selain suhu udara yang sangat panas pada siang hari, kemarau yang terjadi membuat banyak warga dibanyak daerajh mengalami kesulitan air, Kompas/Bahana Patria Gupta (BAH)

Sejumlah wilayah di Indonesia kini tengah menghadapi suhu panas sejak beberapa hari belakangan. Suhu panas itu diprediksi masih akan terjadi, hingga akhir Oktober 2019. Dalam kondisi ini, minuman bukan hanya sebagai pelepas dahaga semata, tapi kebutuhan wajib bagi tubuh.

Pada 23 Oktober 2019, beberapa Stasiun Pengamatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu udara mencapai lebih dari 38 derajat celcius. Stasiun tersebut yakni Ciputat Tangerang Selatan dengan suhu 39,6 derajat celsius, Jatiwangi Majalengka dengan 38,8 derajat celsius, Ahmad Yani Semarang dengan 38,4 derajat celsius dan Syamsudin Noor Banjarmasin, 38,2 derajat celcius.

20191022_ENGLISH-SUHU-PANAS_A_web_1571750056-720x405.jpgKOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA–Truk tangki air milik Dinas Pemadam Kebakaran menyirami Jalan Urip Sumoharjo, Surabaya, Senin (7/10/2019). Penyiraman yang dilakukan dengan air tersebut untuk mengurangi dampak suhu panas yang melanda Surabaya beberapa hari terakhir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sejarah mencatat, suhu panas tertinggi yang terakhir, terjadi pada 2012 yakni di angka 40 derajat celsius. Suhu tersebut dideteksi oleh Stasiun Meteorologi Dumatubun Tual Maluku pada pada 21 November 2012. Adapun, Stasiun Pengamatan Jatiwangi juga pernah mencatat suhu serupa pada 2002.

“Suhu panas ini masih perlu diantisipasi hingga akhir bulan, meski intensitasnya menurun. Terutama untuk Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan hingga Papua Barat,” kata Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin di Jakarta, Jumat (25/10/2019).

BMKG berulang kali memberikan imbauan kepada masyarakat untuk selalu mengonsumsi air untuk mencegah dehidrasi. Hal yang sederhana, namun kerap diabaikan. Lantas, apa pentingnya menjaga kadar air dalam tubuh saat cuaca terik seperti sekarang?

Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto menjelaskan, tubuh manusia pada dasarnya didesain untuk berada pada suhu yang konstan. Rata-rata pada 37 derajat celcius. Dalam kondisi apapun, suhu tersebut akan coba dipertahankan oleh tubuh.

Adapun, komponen terpenting untuk menjaga suhu tubuh tersebut adalah air. Sebab, seperti yang telah diketahui, sebagian besar tubuh manusia didominasi oleh cairan. “Sekitar 70 persen dari tubuh orang dewasa terdiri dari cairan, seperti darah, sel hingga otak,” kata Yurianto.

Pada kondisi cuaca yang terik seperti sekarang, suhu di luar tubuh lebih tinggi dibandingkan suhu dalam tubuh. Karena itu, diperlukan upaya pendinginan. Hal utama yang mesti dilakukan ialah meningkatkan penguapan agar suhu dalam tubuh tetap terjaga.

20191015Bah12_1571126776-720x486.jpgKOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA–Siswa MI Batankrajan mendengarkan doa seusai mengikuti Sholat Istisqa di Lapangan Desa Batankrajan, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (15/10/2019).

Hal ini, hanya bisa terjadi apabila terdapat kandungan air yang cukup pada tubuh. Semakin banyak cairan, semakin sering penguapan bisa dilakukan. Sebaliknya, cairan yang minim akan menyebabkan suhu dalam tubuh cepat meningkat sehingga tubuh mengalami dehidrasi. “Ibarat mobil, jika air radiatornya habis maka mesin akan menjadi kelebihan panas,” imbuh Yurianto.

Hal lain yang bisa dilakukan untuk menjaga kestabilan suhu tubuh adalah dengan cara memancarkan radiasi panas ke sekitar tubuh. Cara ini, tentu amat tergantung pada partikel yang terdapat di sekitar, apakah mendukung atau justru menghambat.

Dalam hal ini, Yurianto menganjurkan agar masyarakat mengenakan pakaian yang tidak menghambat sirkulasi udara dari kulit. Pakaian yang longgar dan mudah meyerap keringat, sangat dianjurkan. Hindari pakaian yang ketat, berbahan nilon, parasit dan sebagainya yang bisa menambah gerah.

Selain itu, ia juga menganjurkan agar masyarakat sebisa mungkin menghindari paparan langsung sinar matahari dalam waktu yang lama. Jika tidak memungkinkan, alternatifnya bisa dengan melindungi tubuh dengan mengenakan pakaian tertutup atau topi. Mengenakan payung di saat seperti ini juga bukan hal yang mengherankan baginya.

FFE36C8F-86CF-433F-998E-6C14B7064A85_1565175266.jpeg–Suhu perairan sekitar Indonesia. Warna biru menandai suhu lebih dingin dan merah semakin panas. Suhu perairan di selatan Jawa menunjukkan lebih dingin yang menandai terjadinya IOD positif yang berkontribusi meningkatkan kekeringan. Sumber: BMKG.

Lalu, apa bahayanya jika suhu dalam tubuh tidak bisa terjaga dengan baik? Paling ekstrim, hal tersebut dapat berujung pada gangguan pusat pengaturan suhu dalam otak atau biasa dikenal dengan heat stroke. Biasanya, penyakit ini juga akan disertai dengan pembekakan pada otak. “Dehidrasi, sekalipun dehidrasi ringan, apabila dibiarkan dapat memicu terjadinya heat stroke,” ujar Yurianto.

Heat stroke bisa bermula dari dehidrasi ringan. Gejala dehidrasi ringan yang mudah dikenali adalah kelelahan dan munculnya panas tubuh. Lebih lanjut, hal tersebut akan memicu turunnya konsentrasi atau kehilangan fokus. Sementara itu, gejala heat stroke jauh lebih berbahaya. Kesadaran manusia tidak hanya menurun, tapi berubah.

Meski begitu, Yurianto meminta masyarakat untuk tidak panik. Menurutnya, heat stroke tidak mudah menyerang, sebab tubuh tetap punya cara untuk beradaptasi dengan lingkungan. Hingga saat ini, kasus heat stroke belum ditemukan di Indonesia. Ia hanya mengingatkan agar masyarakat tidak meremehkan dehidrasi.

Risiko lain yang dapat ditimbulkan dari dehidrasi adalah menyangkut sistem kerja ginjal. Kekurangan cairan tubuh akan menyebabkan kinerja ginjal guna menyaring sisa-sisa metabolisme menjadi lebih berat. Hal ini, menurut Yurianto seringkali menjadi penyebab awal gagal ginjal. “Ginjal kita umumnya bisa difungsikan salah satunya saja. Namun, jika ada keluhan pada ginjal, artinya kedua ginjal kita bermasalah,” kata Yurianto.

Hal mendasar yang bisa dilakukan adalah menjaga suhu tubuh melalui mekanisme penguapan. Untuk menjaganya, orang dewasa bisa mengonsumsi air 2 liter per hari. Asumsinya, jika aktivitas selain tidur adalah 15 jam sehari, maka air yang dikonsumsi sekitar 200 mililiter perjam. Air sebanyak 200 milimeter, setara dengan air minum kemasan gelas. “Kalau kita minum sekali langsung 2 liter mungkin kita akan langsung ke toilet. Bagi anak-anak, volumenya harus ditambah,” kata Yurianto.

20191023-ANU-Rekor-suhu-terpanas-mumed_1571815144.jpgCairan yang dimaksud Yurianto tidak selalu harus berupa air mineral. Cairan yang dikonsumsi bisa dari bermacam-macam jenis, rasa ataupun suhu. Kuah soto dan bakso pun jadi. Minuman dingin sekalipun, jika sudah masuk ke dalam tubuh juga akan menyesuaikan dengan suhu tubuh 37 derajat celcius.

Kelompok rentan
Direktur Kesehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Imran Agus Nurali mengatakan, dampak suhu panas akan dirasakan semakin tinggi oleh para kelompok rentan. Tidak hanya lansia dan anak-anak, tapi juga kelompok masyarakat pesisir dan pedalaman.

Hal tersebut berkaitan dengan akses mereka terhadap air bersih. Seperti diketahui, saat ini sejumlah daerah menghadapi bencana kekeringan. Bagi masyarakat yang hanya bisa mendapatkan air keruh, Imran mengimbau agar dilakukan filterasi. Misalnya dengan mendiamkannya selama sekitar 24 jam.

“Dengan begitu, kotoran akan mengendap dan bagian atasnya akan lebih jernih,” katanya.

Cara lain yang bisa dilakukan adalah menggunakan metode biosand filter atau penyaringan menggunakan pasir. Meski begitu, air yang sudah disaring tetap harus direbus sebelum dikonsumsi. Intinya, masyarakat diminta untuk mengonsumsi air bersih. Jika tidak, alih-alih terhindar dari dehidrasi, justru penyakit lain yang siap mengusik.

Editor ANDY RIZA HIDAYAT

Sumber: Kompas, 25 Oktober 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB