Migrasi Bisa Berdampak Buruk

- Editor

Selasa, 5 Desember 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain atau migrasi memiliki konsekuensi tidak hanya bertambahnya penduduk di perkotaan, tetapi juga pada bidang lain. Jika tak diantisipasi, bisa berdampak buruk pada pembangunan sosial dan ekonomi suatu bangsa.

Persoalan itulah yang ingin dicarikan solusinya melalui dialog kebijakan oleh perwakilan dari 26 negara pada acara Konferensi Internasional Lintas Kementerian untuk Populasi dan Pembangunan Ke-14 Kemitraan Populasi dan Pembangunan (PPD) di Yogyakarta, Selasa (28/11).

Saat membuka acara itu, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengatakan, migrasi penduduk berkonsekuensi sangat besar, tidak hanya kian bertambahnya jumlah penduduk di kota-kota besar. Orang yang berpindah dari satu daerah ke daerah lain tidak cuma membawa diri dan keluarganya, tetapi juga kebudayaan, adat, tata nilai, dan kondisi sosial ekonominya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Perubahan struktur penduduk tersebut akan berdampak pada kesehatan, pendidikan, dan pelayanan publik lainnya. “Jika tidak dikelola dengan baik, itu berpotensi masalah,” katanya.

Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA) memperkirakan ada 1 miliar penduduk migran di seluruh dunia, 250 juta di antaranya adalah migran internasional dan 763 juta selebihnya migran domestik. Dengan kata lain, 1 dari 7 penduduk dunia adalah seorang migran. Hal itu menyebabkan pada 2030, 60 persen penduduk dunia tinggal di perkotaan. Satu dari 3 penduduk tinggal di kota dengan populasi lebih dari 500.000 orang.

Direktur Eksekutif UNFPA Natalia Kanem mengatakan, migrasi penduduk saat ini sudah seperti epidemi. Dunia belum pernah menghadapi migrasi penduduk sebanyak saat ini sebelumnya. Dialog kebijakan lintas negara diperlukan agar setiap anak muda tetap merasa nyaman hidup di negara asalnya, mendapat hak dasar dengan baik, dan tidak berpindah ke tempat lain tanpa bekal pendidikan dan keahlian yang cukup.

Direktur Eksekutif PPD Joe Thomas menambahkan, migrasi penduduk menyebabkan struktur sosial berubah. Kohesi sosial antara pendatang dan masyarakat yang telah berdiam di tempat tersebut juga penting untuk dijalin agar tidak ada konflik.

Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nofrijal menyatakan, pada konferensi itu, BKKBN fokus pada peningkatan kapasitas organisasi. (ADH)

Sumber: Kompas, 29 November 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB