Galaxy S7 dan S7 Edge yang diumumkan pada ajang Galaxy Unpacked di Barcelona, Spanyol, tanggal 21 Februari lalu, hadir sebagai ponsel andalan dari Samsung untuk memenangi kompetisi perangkat telekomunikasi bergerak yang makin sengit di tahun 2016. Samsung masih memimpin pasar global ponsel pintar yang menggunakan sistem operasi Android dalam empat tahun terakhir.
Namun, bukan berarti posisi itu selalu aman. Di belakangnya ada para pemain lain yang mengincar dengan menawarkan gawai dengan spesifikasi mumpuni dan harganya terjangkau. Perkembangan teknologi pun kalah cepat dengan agresivitas para produsen ponsel sehingga mereka tak bisa lagi secara eksklusif mengakses teknologi dari pihak ketiga.
Contohnya adalah terkait penggunaan prosesor. Galaxy S7 menggunakan prosesor buatan Qualcomm yakni Snapdragon 820 yang memiliki performa yang berlipat dua dibandingkan seri sebelumnya, Snapdragon 810, baik dari sisi koneksi Long Term Evolution (LTE), pengolahan grafis, konsumsi daya, maupun kemampuan memproses gambar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sayangnya, bukan Samsung saja yang mengumumkan ponsel yang terpasang prosesor ini. Di ajang yang sama, juga diumumkan beberapa nama yang memanfaatkan Snapdragon 820 seperti G5 dari LG, Mi 5 dari Xiaomi, atau Xplay 5 Elite dari Vivo.
Begitu pula dengan RAM yang kerap menjadi salah satu parameter performa sebuah gawai. Ponsel kelas premium yang diumumkan dalam dua tahun terakhir seolah mandek pada angka 3 atau 4 gigabit untuk RAM, dengan alasan yang masuk akal, yakni belum ada aplikasi yang meminta kemampuan komputasi yang melampaui standar perangkat kebanyakan.
Satu perkecualian barangkali dilakukan oleh Vivo lewat Xplay Elite 5 yang diumumkan memiliki RAM sebesar 6 gigabit. Ponsel ini kemungkinan ditawarkan agar tetap relevan digunakan hingga dua tahun mendatang.
Bahkan, Samsung Display, salah satu produsen teknologi layar, juga menghadirkan teknologinya dalam bentuk layar AMOLED yang digunakan oleh ponsel lainnya. Dalam ajang Mobile World Congress di Barcelona, diketahui beberapa produsen, seperti Huawei, ZTE, atau Lenovo, tertarik untuk memanfaatkan layar yang dikembangkan oleh Samsung.
Tren desain dengan mudah diikuti oleh produsen lain, baik ponsel premium maupun kelas menengah. Mulai layar 2,5 D yang sudah jamak ditemui hingga kamera dengan resolusi 20 megapiksel ke atas. Reputasi yang dimiliki Samsung setidaknya masih membuat merek ini tetap dipersepsikan sebagai pemimpin pasar di benak sebagian besar konsumen.
Arah baru
Samsung setidaknya menyadari bahwa mereka membuat kesalahan apabila mempertahankan kebiasaan yang itu-itu saja. Desainnya pun mulai dirombak sejak generasi S6, beralih dari produk berbadan plastik sejak Galaxy S5 menjadi bahan metal. Muncul lagi varian baru yakni Edge dengan layar melengkung pada kedua sisi. Setidaknya, keputusan menggunakan bahan metal tidak membuat seri S ketinggalan zaman dan varian Edge menjadi hal yang unik dari ponsel premium Samsung.
Dan pada seri ketujuh, Samsung tidak sekadar memperbarui lembar spesifikasi tetapi juga memberinya arah baru. Seperti diutarakan oleh Vebbyna Kaunang, IT and Mobile Marketing Director Samsung Electronics Indonesia, Samsung Galaxy S7 tidak berhenti sebagai ponsel tetapi juga pusat bagi ekosistem perangkat elektronik lainnya.
Peran baru yang dimilikinya adalah sebagai perangkat untuk menikmati konten realitas virtual (VR). Berbarengan dengan peluncuran Galaxy S7, Samsung juga memperkenalkan Gear VR, sebuah perangkat pengamat konten VR yang bisa digunakan secara optimal oleh Galaxy S7. Bekerja sama dengan Oculus, perusahaan VR yang sebelumnya diakuisisi oleh Facebook, Samsung berniat untuk menjadikan Galaxy S7 sebagai ujung tombak memperkenalkan tren VR sebagai norma sosial yang baru.
Cara penggunaan Gear VR terbilang mudah. Galaxy S7 dimasukkan di bagian depan dan pengguna tinggal mengaitkan karet dari perangkat di kepala sehingga kedua tangan bisa memegang sisi kanan dan kiri perangkat untuk memberi perintah lewat sentuhan di panel. Dengan konten berjumlah setidaknya 1.000 judul di Oculus Store, kanal distribusi digital untuk aplikasi dan permainan yang bisa dipergunakan oleh Gear VR saat ini mencapai 1.000 lebih judul. Konten VR diperkirakan terus bertambah terlebih setelah pemasaran Galaxy S7 dan Galaxy S7 Edge yang dibundel bersama Gear VR.
Hingga kini, Samsung memang masih membatasi kompatibilitas Gear VR dengan perangkat mereka. Baru seri premium yang mampu dijalankan di Gear VR selain Galaxy S7, yakni Galaxy S6, Galaxy S6 Edge, Galaxy S6 Edge Plus, dan Galaxy Note 5. Alasannya sederhana, yakni pengoperasian perangkat VR membutuhkan komputasi yang hanya bisa ditangani ponsel dengan performa tinggi. Apabila nekat membuka dengan perangkat kelas menengah bisa berdampak negatif karena pengalaman yang dirasakan tidak optimal.
Vebbyna menjelaskan bahwa Gear VR yang hadir untuk pasar Indonesia adalah generasi ketiga setelah sebelumnya disempurnakan di pasar lain. Beberapa keluhan sudah diselesaikan seperti bobot perangkat hingga rasa pusing yang dialami setelah memakai dalam waktu tertentu.
Ekspansi Samsung ke dunia VR tidak terhenti pada perangkat pengamat. Kamera yang bisa mengambil gambar diam dan bergerak dalam 360 derajat juga diperkenalkan sebagai perangkat yang masuk dalam ekosistem Samsung, yakni Gear 360.
Kamera ini berbentuk bola dengan sepasang lensa 200 derajat yang saling membelakangi. Bagian atas lensa terdapat layar indikator, sementara bagian atas terdapat tombol untuk memulai perekaman. Pengguna juga bisa mengoperasikan kamera ini dari jarak jauh meski untuk sementara masih terbatas untuk Galaxy S7. Bagian bawah terdapat lubang dengan uliran untuk pemasangan tripod.
Sampai sekarang belum diketahui jadwal edar perangkat ini berikut harga jualnya. Namun, Samsung bekerja sama dengan pembuat konten video Youtube bernama Casey Neistat untuk membuat konten yang memperlihatkan hasil videonya. Dia membawa kamera tersebut ke ajang penganugerahan Academy Award dan merekam momen pemberian Piala Oscar kepada aktor Leonardo DiCaprio atas aktingnya dalam film The Revenant.
Cara tersebut cukup efektif karena Casey memiliki sekitar 2,3 juta orang yang berlangganan di kanalnya yang bisa langsung mengetahui sendiri bagaimana performa kamera dari Gear 360.
Dengan spesifikasinya yang terkini, Samsung tidak ketinggalan untuk mengemas Galaxy S7 ataupun S7 Edge sebagai perangkat yang andal untuk permainan. Implementasi Vulkan API adalah satu dari langkah yang ditempuh untuk itu. Dikembangkan oleh Khronos Group, Vulkan API adalah teknologi yang memungkinkan ponsel menjalankan permainan tiga dimensi dengan komputasi lebih efektif berkat manajemen prosesor jamak.
Keputusan itu membuat Galaxy S7 dan S7 Edge menjadi mesin permainan portabel yang mampu menjalankan aplikasi dan permainan yang sebelumnya sulit dijalankan di perangkat lainnya. Pemanfaatan lainnya adalah mempermudah mereka menjalankan teknologi VR, peran baru yang disebutkan sebelumnya.
Masukan konsumen
Samsung juga menerapkan beberapa teknologi baru berikut perubahan desainnya yang cukup berbeda untuk seri S ketujuh ini. Yang paling mencolok adalah keputusan untuk membuat ponsel pintar tersebut tahan air. Dengan sertifikasi pengamanan IP68, perangkat tersebut tetap bisa dioperasikan meski dalam guyuran air ataupun masuk terbenam seluruhnya.
Fitur ini sudah diterapkan sebelumnya di beberapa varian seri S, seperti Galaxy S6 Active, dan sebelumnya juga ditemukan di merek lain, yakni Xperia Z oleh Sony. Perlindungan terhadap air berlaku dengan syarat, yakni tidak melampaui kedalaman 1,5 meter dan dalam durasi tidak sampai 30 menit.
Hanya saja, ada catatan untuk fitur tersebut. Layar ponsel tidak dapat dioperasikan saat berada di bawah guyuran air dan menjadi tidak beraturan seolah mendapat sentuhan dari banyak titik. Dengan demikian, mengoperasikan kamera dari bawah air pun menjadi hal yang sulit dilakukan. Bisa disimpulkan bahwa sertifikasi pengamanan ini murni hanya sebagai jaminan bagi pengguna agar perangkat mereka terhindar dari kerusakan saat terkena cipratan air, baik disengaja maupun tidak.
Product Marketing Head IT and Mobile Samsung Electronics Indonesia Denny Galant menerangkan bahwa keputusan untuk menghadirkan fitur tersebut dilatarbelakangi masukan dari konsumen. Apabila respons yang diterima cukup positif, bukan tidak mungkin fitur tahan air bakal menjadi ciri khas dari seri S.
Kamera utama dengan resolusi 12 megapiksel milik Galaxy S7 datang dengan teknologi baru, yakni piksel rangkap (dual pixel). Alih-alih ikut dalam perlombaan megapiksel atau berkompetisi mendongkrak angka resolusi menjadi di atas 20 megapiksel, Samsung memilih untuk menggunakan teknologi piksel rangkap yang memanfaatkan seluruh piksel yang ada dalam sensor untuk menentukan fokusnya. Hasilnya, kecepatan otofokus S7 dan S7 Edge meningkat dengan pesat dan diperkirakan tercepat di pasaran saat ini.
Satu lagi kejutan yang dihadirkan adalah sistem pendingin cair yang diterapkan seperti ditemukan pada Lumia 950 XL. Teknologi ini membantu untuk mengurangi panas yang timbul dari pemrosesan yang terjadi di dalam perangkat.
Menurut Denny, mereka menghadirkan ponsel yang memberikan solusi utuh dan saling melengkapi. Prosesor yang kencang bisa digunakan untuk bermain game ataupun VR, tanpa khawatir dengan masalah panas karena ada teknologi pendingin, ditambah lagi tidak perlu khawatir bila terciprat air.
Di Indonesia perangkat ini akan tersedia pada akhir Maret mendatang. Galaxy S7 akan dijual dengan harga Rp 9 juta, sementara Galaxy S7 Edge dengan harga Rp 10,5 juta.
Menyimak daftar pembaruan yang dilakukan Samsung, mungkin muncul pertanyaan bahwa untuk siapa ponsel ini sebenarnya? Seri S sebelumnya memiliki segmen yang jelas, yakni mereka yang membutuhkan status dan perangkat yang premium. S7 dan S7 Edge membuat segmen tersebut kian lebar, yakni untuk mereka yang ingin menikmati VR serta menjalankan permainan elektronik interaktif. Patut diakui, inilah metamorfosis yang dibutuhkan Samsung bagi seri unggulannya.
DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO
Sumber: Kompas Siang | 4 Maret 2016