Di tengah karut-marut bangsa ini, datang kabar gembira dari SLAC-SPIRES: karya ilmiah dua peneliti fisika Indonesia masuk dalam daftar 50 artikel fisika energi tinggi dunia yang paling banyak dikutip sepanjang tahun 2009.
Terima kasih kepada Terry Mart dari Departemen Fisika Universitas Indonesia dan Laksana Tri Handoko dari Pusat Penelitian Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yang bersinar dalam belantara kasus korupsi dan kekerasan hari-hari ini.
SLAC-SPIRES adalah unit basis data dari perpustakaan Stanford Linear Accelerator Center yang mengumpulkan data lebih dari 1 juta karya ilmiah di bidang fisika nuklir, fisika partikel, dan astrofisika. Data bersumber dari jurnal-jurnal ilmiah bergengsi dan preprint server yang dikelola Perpustakaan Universitas Cornell, AS. Ada sekitar 50.000 pengguna mengunjungi situs ini setiap harinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Besarnya data dan aktivitas di situs SLAC-SPIRES membuat pengelola dapat mengolah data yang ada, termasuk mengumpulkan jumlah kutipan. Karya ilmiah
yang banyak dikutip berarti berperan penting atau paling tidak sedang aktual. Dengan demikian, daftar ”2009 Top Cited: 50 Most Cited Articles in High Energy Physics” sekaligus menyeleksi para ilmuwan yang memimpin perkembangan ilmu di bidangnya masing-masing.
Munculnya karya Terry Mart dan LT Handoko dalam daftar di atas tentu sangatlah menggembirakan. Dengan jumlah peneliti fisika yang sangat sedikit, ternyata masih ada yang aktif di komunitas internasional dan menjadi unggulan. Apalagi, fisika termasuk yang tidak banyak mendapat dukungan, terutama finansial, baik dari lembaga maupun negara, karena paradigma yang sudah telanjur salah: penelitian harus menghasilkan produk yang dapat dijual.
Penelitian dasar
Padahal, penelitian yang bersifat aplikatif tidak akan berkembang bila tidak ada penelitian dasarnya. Kenyataan menunjukkan, semua teknologi modern berbasis teori fisika, mulai dari teori mekanika Newton untuk dinamika klasik, seperti gerak benda-benda makro, sampai teori partikel untuk mendeskripsikan dinamika materi elementer. Bahkan, World Wide Web pun dilahirkan oleh peneliti laboratorium partikel dan nuklir Eropa CERN untuk mengakses hasil percobaan dari berbagai negara secara realtime.
Indonesia dengan program riset unggulan terpadu: mengaitkan riset dan industri ternyata malah berdampak memarjinalkan riset dasar di sisi lain. Tidaklah mengherankan bila penelitian fisika, matematika, ataupun astronomi tidak banyak mendapat tempat dalam dua dasawarsa terakhir.
Maka, karya ilmiah Terry dan Handoko menjadi signifikan karena berlangsung dalam keterbatasan. Selain susah mendapat dana, fasilitas laboratoriumnya juga serba sederhana. Mereka tidak patah semangat karena paham betul, penelitian ilmu dasar tidak hanya memuaskan keingintahuan, meletakkan dasar-dasar untuk temuan yang lebih aplikatif, tetapi yang terutama adalah mendorong manusia hingga ke batas kemampuannya, pushing to the limit.
”Riset Albert Einstein tentang relativitas yang menggemparkan itu juga tidak pernah bisa dimanfaatkan industri. Riset ini hanya ada di jurnal dan berakhir di perpustakaan,” kata Terry.
Mengkaji interaksi
Fisika energi tinggi adalah cabang ilmu fisika yang mengkaji interaksi antarmateri pada level materi elementer, yaitu materi pembentuk yang paling kecil. Interaksi tersebut bisa beraneka, interaksi lemah, kuat, elektromagnetik, ataupun gravitasi.
Sampai tahun 1960-an, pemahaman terhadap interaksi masih pada tingkat materi nuklir sehingga ilmunya disebut fisika nuklir. Inilah yang menjadi bidang keahlian Terry Mart, doktor yang lulus cum laude dari Universitat Mainz, Jerman.
Setelah tahun 1970-an, perkembangan pengetahuan fisika memasuki era materi yang lebih elementer, yaitu kuark dan lepton sebagai pembentuk materi nuklir. Disebut fisika partikel atau fisika energi tinggi, bidang ini digeluti
LT Handoko, doktor lulusan Universitas Hiroshima, Jepang.
Ilmunya disebut fisika energi tinggi karena materi-materi elementer yang total ada 16, tidak ada di alam bebas. Oleh karena itu, untuk bisa mengobservasi secara eksperimen perlu menumbukkan dengan materi-materi nuklir yang bebas di alam dengan mesin akselerator pada energi yang sangat tinggi.
Karya Handoko dan kolega yang banyak dikutip membahas prediksi teoritik atas fenomena peluruhan meson B. Selain penting untuk mengecek teori fisika partikel standar yang ada, hasil tersebut penting untuk melihat kontribusi dari fisika-fisika baru.
Sementara itu, paper Terry Mart yang banyak dikutip ada dua. Paper pertama bercerita tentang bukti adanya partikel resonans yang belum ditemukan. Bersama mantan profesornya dari Jerman, Terry mengklaim telah menemukan partikel tersebut. Paper kedua bercerita tentang faktor bentuk hadronik yang merupakan manifestasi dari distribusi materi di dalam partikel.
Penuh perjuangan
Agar lebih banyak peneliti Indonesia yang bergaung internasional, Terry mengingatkan untuk meninjau ulang tujuan pendidikan dan penelitian di perguruan tinggi. ”Tidak sekadar mengubah paradigma bahwa hasil penelitian harus bisa dijual, tetapi juga mengembangkan iklim penelitian yang sehat,” katanya.
Handoko secara terpisah menambahkan, penelitian di Indonesia hanya akan berkembang bila semua pihak bekerja keras untuk meregenerasi peneliti muda dengan cara yang benar. ”Artinya, menggiatkan riset riil di tataran terendah sekaligus mendorong para peneliti untuk memublikasikan hasilnya, baik dalam konferensi maupun jurnal ilmiah,” tuturnya.
Meski demikian, ia mensyaratkan jurnal harus diindeks secara internasional dan memiliki apa yang disebut digital object identifier sehingga bisa diakses komunitas global. Cara ini tidak hanya meningkatkan publikasi ilmiah peneliti Indonesia, tetapi diyakini bisa menekan kecenderungan plagiarisme yang kini marak.
Sebaiknya peneliti juga diwajibkan untuk mengirim paper-nya ke Pusat Dokumentasi Informasi Ilmiah LIPI. ”Kenyataan menunjukkan, skandal-skandal penjiplakan muncul akibat tidak adanya keterbukaan akses publik terhadap karya-karya tulis ilmiah,” ujar Handoko.
Adapun pemerintah berperan memfasilitasi insentif dan infrastruktur agar universitas dan lembaga riset bisa mengembangkan ilmu-ilmu dasar dan memunculkan banyak Terry Mart dan LT Handoko baru.[Oleh AGNES ARISTIARINI]
Sumber: Kompas, Rabu, 28 April 2010 | 04:32 WIB