Menggali Pesan Pergerakan Bangsa

- Editor

Sabtu, 29 November 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Temu Akbar II Mufakat Budaya Indonesia Digelar
Daoed Joesoef (88), mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menegaskan, budayawan mempunyai tugas menggali pesan pergerakan bangsa yang melahirkan Kebangkitan Nasional, Sumpah Pemuda, Proklamasi, lagu ”Indonesia Raya”, dan Pancasila.

”Pembangunan nasional harus didekati kultural atau kebudayaan. Sebagai penutup (pidato), saya mengusulkan kepada para budayawan untuk menggali pesan pergerakan nasional,” kata Daoed Joesoef sebagai salah satu pembicara kunci Pleno Pembuka Temu Akbar II Mufakat Budaya Indonesia (MBI) dan Forum Diskusi Kelompok Menuju World Culture Forum 2015, Jumat (28/11), di Hotel Mercure Ancol, Jakarta.

Daoed mencontohkan, salah satu hasil pergerakan nasional berupa lagu ”Indonesia Raya”. Salah satu baitnya, ”bangunlah jiwanya, bangunlah badannya”.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Mendahulukan pembangunan jiwa, kemudian badannya, tentu bukan secara kebetulan. Pesan pembangunan jiwa terlebih dahulu ini harus digali,” kata Daoed.

Indonesia diumpamakan sebagai makhluk Ibu Pertiwi yang mempunyai jiwa dan badan. Menurut Daoed, keterampilan membangun jiwa harus disertai dua kemampuan, meliputi menyadari negara bukan sebagai lokalitas fisik dan memerinci arti Tanah Air.

”Kecintaan terhadap Tanah Air sekarang memudar,” kata Daoed.

Daoed mengatakan, saat ini ada yang mengeruk tambang kekayaan bumi dan menumpuknya di luar negeri. Ada yang menjual pulau terluar. Ada yang mengeduk tanah di pulau untuk dijual demi memperluas negara lain hingga pulau itu sendiri tenggelam.

”Kebudayaan itu sistem nilai yang dihayati sekelompok manusia pada waktu tertentu. Kita berkelompok bukan karena kelemahan individual, melainkan atas kesadaran sendiri untuk mencipta nilai dan memberi makna,” kata Daoed.

Kemajemukan
Pembicara kunci lainnya, Ishak Ngeljaratan, budayawan dari Sulawesi Selatan, memaparkan, kemajemukan atau perbedaan bersahabat dengan persatuan. Penyeragaman dan ketidakadilan menjadi ancaman bagi persatuan itu sendiri.

”Perbedaan jangan ditakuti,” kata Ishak.

Ketua sidang pleno, sekaligus pendiri MBI, Radhar Panca Dahana, mengatakan, satu-satunya hal yang membuat kita masih berdiri, ketika kita menyatakan kepemilikan kebudayaan. Ada keprihatinan di bidang lainnya yang tidak bisa memberi keunggulan bangsa ini.

Temu Akbar II MBI dihadiri para seniman, sejarawan, budayawan, dan lainnya. Kegiatan ini digelar setelah lima tahun lalu dihasilkan Deklarasi Cikini pada Temu Akbar I MBI tahun 2009.

Pada pleno pembuka, hadir di antaranya Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kacung Marijan, antropolog Meutia Farida Hatta Swasono, rohaniwan Franz Magnis-Suseno dan Benny Susetyo, sejarawan Anhar Gonggong, budayawan Taufik Rahzen, Jean Couteau, Warih Wiratsana, HS Dillon, penyair Zawawi Imron, pelukis Astari Rasyid, dan Nungki Kusumastuti.

Temu Akbar II MBI digelar hingga 30 November 2014. Menurut Radhar, tercatat peserta sebanyak 170 orang dari sejumlah kota di Indonesia.

”Namun, keterwakilan untuk temu akbar budaya Nusantara tetap belum tercapai,” kata Teuku Kemal Fasya dari Aceh.
(NAW)

Sumber: Kompas, 29 November 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB