Ledakan di Beirut, Lebanon, diduga dipicu oleh zat kimia amonium nitrat yang tersimpan di gudang pelabuhan. Amonium nitrat adalah zat yang tidak berbahaya dan sulit meledak apabila disimpan dengan baik dan terisolasi.
AFP / STR—Sebuah helikopter memadamkan api di lokasi ledakan di pelabuhan ibu kota Lebanon, Beirut, pada 4 Agustus 2020.
Amonium nitrat, bahan kimia yang diduga menyebabkan ledakan masif di Beirut, Lebanon, dinilai aman apabila penyimpanannya aman. Jika terkontaminasi bahan lain, minyak misalnya, zat ini dapat menimbulkan ledakan yang dahsyat. Bahan ini juga berguna untuk pembuatan pupuk nitrogen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pengajar Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada, Prof Mudasir, mengatakan, sebenarnya amonium nitrat adalah zat yang tidak berbahaya dan sulit meledak apabila disimpan dengan baik dan terisolasi dari zat-zat lain.
Namun, apabila terkontaminasi, amonium nitrat sangat mudah terurai menghasilkan gas nitrogen oksida dan gas amonia yang dapat menghasilkan ledakan yang dahsyat.
VIDEO # 12 from Beirut, Lebanon. pic.twitter.com/KuJ6UURkQq
— FJ (@Natsecjeff) August 4, 2020
”Ciri khas ledakan di Beirut yang menghasilkan asap merah kecoklatan menunjukkan terbentuknya gas nitrogen oksida,” katanya saat dihubungi dari Jakarta pada Rabu (5/8/2020).
Prof Mudasir mengatakan, meski asap merah kecoklatan tersebut akan terlihat cepat hilang, dalam waktu dekat akan terjadi hujan asam di sekitar tempat ledakan yang berbahaya bagi lingkungan.
Ia menduga bahwa hal yang memicu ledakan di Beirut adalah cara penyimpanan yang tidak benar. ”Amonium nitrat dapat terkontaminasi zat lain, misalnya bahan bakar atau minyak. Suhu yang tinggi di musim panas juga dapat memicu terjadinya ledakan,” kata Mudasir.
Amonium nitrat sebenarnya zat yang sangat bermanfaat di bidang pertanian karena merupakan bahan dasar utama dalam pembuatan pupuk nitrogen.
Pupuk hingga bom
Namun, di sisi lain, zat ini juga digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan bahan peledak. Biasanya digunakan dalam bidang pertambangan.
AFP / MOUAFAC HARB—Kombinasi foto yang diambil pada 4 Agustus 2020 dan difilmkan dari gedung tinggi memperlihatkan bola api meledak ketika asap mengepul di pelabuhan ibu kota Lebanon, Beirut.
Mudasir mengatakan, di beberapa negara penggunaan amonium nitrat sebagai bahan dasar pupuk telah dihentikan karena mudah disalahgunakan untuk kepentingan yang lain seperti terorisme.
Ia mengungkapkan, di Indonesia, zat amonium nitrat dibatasi dan diawasi dengan ketat. ”Setiap pemanfaatannya harus menggunakan surat keterangan dari universitas yang menyatakan hanya digunakan untuk tujuan penelitian,” kata Mudasir.
Serangan teroris menggunakan amonium nitrat pernah terjadi pada 1995 untuk menyerang gedung pemerintah federal di Oklahoma City, Amerika Serikat. Insiden ini biasa dikenal dengan nama Oklahmoma City Bombing.
Serangan yang dirancng oleh Timothy McVeigh dan Terry Nichols tersebut membunuh 168 orang dan melukai 680 orang lainnya. Catatan Biro Investigasi Federal (FBI) AS mencatat serangan bom tersebut menggunakan bahan peledak sekitar 5.000 lbs atau 2,3 ton.
REUTERS / MOHAMED AZAKIR—Asap membubung di dekat lokasi ledakan di Beirut, Lebanon, 4 Agustus 2020.
Apabila benar bahwa yang memicu ledakan Beirut adalah 2.750 ton amonium nitrat seperti yang disampaikan oleh Presiden Lebanon Michel Aoun, maka dapat diduga bahwa ledakan Beirut lebih besar dibandingkan dengan musibah ledakan sejenis yang terjadi pada 1947 di Pelabuhan Texas City, Texas, AS.
Pada saat itu, sekitar 2.000 ton amonium nitrat yang diangkut oleh kapal SS Grandcamp tersulut dan meledak, dengan total korban jiwa mencapai 567 orang dan lebih dari 5.000 orang menderita luka-luka. Sekitar 500 bangunan rumah hancur dan membuat sekitar 2.000 orang kehilangan tempat tinggal.
Pemerintah Lebanon mengatakan, timbunan amonium nitrat tersimpan dalam sebuah gudang selama enam tahun terakhir dan tanpa pengamanan khusus. (REUTERS)
Oleh SATRIO PANGARSO WISANGGENI
Editor KHAERUDIN KHAERUDIN
Sumber: Kompas, 5 Agustus 2020