Mengejar ”Cuan” di Balik Status ”Unicorn”

- Editor

Rabu, 1 Agustus 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menyandang gelar unicorn, siapa pengusaha perusahaan rintisan teknologi yang tidak mau? Investor ventura juga berlomba-lomba menginginkan perusahaan yang telah mereka suntikkan dana mengejar status perusahaan 1 miliar dollar AS. Bahkan, Pemerintah Indonesia rela turut campur tangan ingin mencetak pemain baru melalui program Nexticorn.

Unicorn merupakan gelar yang disematkan kepada perusahaan rintisan bidang teknologi yang memiliki nilai valuasi (nilai sebuah perusahaan, bukan sekadar hasil pendanaan) lebih dari 1 miliar dollar AS.

Sebanyak 70 perusahaan rintisan bidang teknologi lokal telah masuk kategori perusahaan dengan nilai valuasi bisnis 10 juta dollar AS. Mereka adalah hasil seleksi dan penilaian dari program The Next Indonesia Unicorn (Nexticorn) yang digagas pemerintah bekerja sama dengan Asosiasi Modal Ventura Start Up Indonesia dan kantor akuntan publik Ernst & Young pada 2017.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KOMPAS/IGA BAGUS ANGGA PUTRA–Suasana kegiatan Halal Bibalal Bukalapak, Selasa (3/7/2018), di Jakarta. Bukalapak menjadi salah satu unicorn asal Indonesia, yaitu perusahaan rintisan teknologi yang valuasinya sudah mencapai di atas 1 miliar dollar AS.

Nexticorn menjadi sarana yang menjembatani perusahaan rintisan teknologi terpilih untuk mengakses pembiayaan ke penanam modal besar. Tujuan akhir Nexticorn adalah menghasilkan unicorn-unicorn baru.

Contoh perusahaan yang masuk daftar 70 tersebut di antaranya Investree, Modalku, Kata.ai, Ruangguru, Sociolla, dan HarukaEdu.

KOMPAS/ELSA EMIRIA LEBA–Peluncuran Kata Bot Platform oleh Kata.ai di Jakarta, Selasa (12/12/2017). Tampak dari kiri ke kanan, Executive Vice President Digital Center of Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kaspar Situmorang, Managing Director Unilever Enterprises Adeline Ausy Setiawan, serta CMO dan Co-Founder Kata.ai Reynir Fauzan.

Ketua II Asosiasi Modal Ventura Start Up Indonesia (Amvesindo) Donald Mihardja yang ditemui 4 Mei 2018 di Jakarta mengatakan, ada gap antara perusahaan unicorn dengan mereka yang masih masuk kategori bervaluasi 10 juta dollar AS. Sejauh ini, perusahaan rintisan yang sudah masuk kategori unicorn Indonesia baru berjumlah empat, yakni Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.

Untuk naik ke kelas unicorn, sebuah perusahaan rintisan harus memiliki model bisnis stabil, berkelanjutan, data perolehan pendapatan, dan informasi pelanggan yang benar. Faktor yang tidak boleh dilupakan adalah ketersediaan dukungan pendanaan bernilai besar.

Di sisi lain, pemerintah melalui Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara berambisi, Indonesia harus memiliki satu unicorn lagi selama kurun waktu sampai 2019.

Berangkat dari situasi itu, Nexticorn diluncurkan. Donald menceritakan, program Nexticorn memiliki tahapan-tahapan.

Pada mulanya, panitia program mengundang seluruh perusahaan rintisan bidang teknologi lokal untuk mendaftar. Kemudian, tim melakukan penilaian dan wawancara. Agar bisa digolongkan menjadi perusahaan bervaluasi 10 juta dollar AS, perusahaan rintisan sudah harus memiliki model bisnis kuat, produk atau jasa yang dijual memberikan keuntungan, dan potensi naik kelas.

”Kami menilai pula pangsa pasar dan inovasi produk,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Chief Coordinating of Nexticorn itu.

SITA NURAZMI MAKHRUFAH UNTUK KOMPAS–Nexticorn fasilitasi start up Indonesia untuk bertemu dengan investor lokal dan internasional, Rabu (25/7/2018). Diharapkan start up yang mulai berkembang bisa menjadi unicorn Indonesia yang meluas ke ASEAN.

Pada 9-10 Mei 2018, di Nusa Dua, Bali, Amvesindo bersama Ernst & Young menyelenggarakan 1st Next Indonesian Unicorns International Summit.

Lead Coordinator of Nexticorn Roadshow Calendar Ridzkisyahputera menjelaskan, acara itu bertujuan mempertemukan 70 perusahaan rintisan kategori seri B dengan investor global ataupun lokal. Dia menyebutkan, 60 perusahaan modal ventura hadir. Sebagai contoh, Sequoia Capital, SoftBank, Tencent, dan Mandiri Capital Indonesia.

”Tujuan intinya adalah investasi. Jadi, kami menyiapkan booklet dan materi profil setiap perusahaan rintisan bidang teknologi digital. Selain itu, kami siapkan acara seminar yang diisi perwakilan pemerintah dan tokoh di perusahaan teknologi internasional,” katanya.

Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Lis Sutjiati mengemukakan, 1st Next Indonesian Unicorns International Summit juga memperkenalkan perusahaan-perusahaan rintisan buatan Indonesia. Dari sisi pemerintah menginginkan agar ada akselerasi skala usaha terhadap 70 perusahaan itu.

Menurut dia, acara 1st Next Indonesian Unicorns International Summit mendapat sambutan positif dari dunia internasional. Ada beberapa di antara 70 perusahaan terpilih akhirnya bertemu dengan calon pemodal baru. Sayangnya, Lis enggan menyebut nama-nama perusahaan ataupun investor yang dia maksud.

Korporasi umum
Pertanyaan berikutnya bagaimana perjalanan selanjutnya setelah predikat unicorn melekat. ”Setelah mencapai level unicorn, tentunya perjuangan mereka belum selesai. Mereka tetap harus terus mempertahankan pangsa pasar,” kata Donald.

KOMPAS/KELVIN HIANUSA–Penandatanganan kerja sama Go-Jek dengan Blibli.com. Go-Jek menjadi satu dari empat usaha rintisan teknologi asal Indonesia berstatus unicorn.

Untuk Go-Jek, katanya, perusahaan yang digawangi Nadiem Makarim ini tetap harus memenangkan perang pasar dengan Grab. Sementara, Tokopedia dan Bukalapak juga perlu terus tumbuh.

Apalagi, pangsa pasar e-dagang baru 0,5 persen sampai 2 persen. Sisanya masih dikuasai perdagangan luring. Dengan demikian, keduanya seharusnya mulai berpikir memberikan nilai tambah, tidak melulu memberikan diskon, dan berkutat perang harga.

Adapun Traveloka sekarang bertumbuh di luar layanan inti mereka sebagai agen penjualan tiket pesawat secara daring. Mereka mengeluarkan aneka fitur yang saling melengkapi satu sama lain, misal pemesanan hotel, bus, kereta api, pulsa seluler, dan katalog restoran.

”Setelah meraih gelar unicorn, aksi mereka yang sudah kelihatan adalah berlomba membangun aplikasi universal. Suatu aplikasi bisa melayani semua layanan mulai dari pembayaran, e-dagang, sampai daring ke luring (O2O). Mirip WeChat di China,” kata Donald.

Pendiri Kibar Kreasi–penyedia layanan pembangunan ekosistem usaha rintisan teknologi (start up ecosystem builder)–Yansen Kamto, mempunyai pandangan berbeda. Menurut dia, tidak ada perbedaan berarti antara korporasi pada umumnya dan perusahaan rintisan setelah menyandang gelar unicorn.

”Mereka (unicorn) menjalankan bisnis seperti bisnis pada umumnya. Business as usual. Mereka melakukan merger dan akuisisi terhadap perusahaan lain, baik berasal usaha rintisan teknologi maupun sektor industri tradisional. Tujuannya adalah memperkuat pangsa pasar fitur layanan mereka,” ujarnya.

Namun, Yansen menekankan bahwa strategi setelah menjadi unicorn akan selalu menggunakan pendekatan inovasi teknologi dan kebutuhan konsumen. Dua pendekatan ini jarang dan bahkan tidak pernah dimiliki korporasi tradisional.

KOMPAS/VINA OKTAVIA–Wisatawan sedang berbincang di beranda sebuah rumah yang disewakan melalui aplikasi Airbnb di Jakarta, Jumat (23/12/2016). Lewat aplikasi ini, pelancong dapat memilih rumah atau apartemen yang hendak disewa secara daring. Selain kamar untuk istirahat, mereka juga mendapatkan fasilitas ruang makan, dapur, hingga kolam renang.

Dia menggambarkan situasi di Airbnb. Mengutip crunchbase.com, Airbnb tercatat telah mengakuisisi 17 perusahaan. Sebagai contoh, Accoleo (penyedia platform bagi mahasiswa yang ingin menyewakan flats beserta kasur tambahan dan sofa) dan Accomable (laman pemasaran untuk properti dan layanan perjalanan yang dapat diakses orang dengan kesulitan mobilitas).

Pendiri Cowboy Ventures, Aileen Lee, dalam tulisannya, ”Welcome to the Unicorn Club: Learning from Billio-Dollar Startups di TechCrunch”, menceritakan pengalamannya membangun kumpulan data perusahaan teknologi perangkat lunak yang berbasis di AS yang dimulai sejak Januari 2003. Cowboy Ventures adalah pemodal ventura yang menyuntikkan dana khusus tahap permulaan (seed stage).

Perusahaan tersebut baru memperoleh nilai valuasi 1 miliar dollar AS atau lebih dan disebut unicorn. Penilaian diperoleh dari investor pasar publik atau swasta.

Pada saat tulisannya diturunkan November 2013, dia berhasil mengumpulkan 39 perusahaan untuk dimasukkan ke dalam kumpulan data bernama Unicorn Club. Sambil mengumpulkan, Lee menemukan beberapa pembelajaran menarik.

Rata-rata terdapat empat unicorn lahir per tahun dalam satu dekade terakhir. Setiap satu dekade lahir satu sampai tiga super unicorn atau perusahaan teknologi perangkat lunak bernilai lebih dari 100 miliar dollar AS akan lahir. Contoh super unicorn adalah Facebook.

Lee pun menemukan ada dua kecenderungan pendekatan setelah perusahaan rintisan teknologi menjadi unicorn. Pertama, unicorn berorientasi pada konsumen. Mereka biasanya berjumlah lebih banyak dan menciptakan lebih banyak nilai secara agregat.

Kedua, unicorn berorientasi pada perusahaan. Mereka umumnya berkembang menjadi lebih bernilai rata-rata, meningkatkan modal pribadi, dan memberikan pengembalian investasi yang lebih tinggi.

Dia mengelompokkan perusahaan-perusahaan tersebut ke dalam empat model bisnis yang mampu mendorongnya meraih keuntungan nilai agregat. Keempat kategori meliputi e-dagang (11 perusahaan), pelanggan atau menyediakan layanan gratis untuk konsumen dan monetisasi melalui iklan (11 perusahaan), perangkat lunak sebagai jasa utama atau SaaS (7 perusahaan), serta perusahaan penyedia perangkat lunak berbayar berskala lebih besar (10 perusahaan).

Contoh unicorn yang masuk ke dalam Unicorn Club yaitu Waze, Evernote, Airbnb, FireEye, Uber, Square, Splunk, Groupon, dan Dropbox.

Pembelajaran
Segala temuan menarik riset Lee menjurus ke pertanyaan: mengapa wirausaha teknologi ataupun investor ventura sangat peduli terhadap gelar perusahaan bernilai miliaran dollar AS? Jawabannya sederhana, yakni keperluan mendorong pengembalian dari kepemilikan dana yang diberikan ke dalam perusahaan.

KOMPAS/DHANANG DAVID ARITONANG–Suasana di kantor Traveloka di Jakarta, Jumat (6/7/2018).

Laman berita wired.com pernah menurunkan tulisan ”Unicorns aAre Rare:This Study Suggests They Should be Even Rarer”. Tulisan ini memuat studi dari National Bureau of Economic Research yang menyimpulkan bahwa rata-rata unicorn dinilai 50 persen terlalu tinggi. Studi dilakukan oleh para peneliti dari University of British Columbia dan Stanford.

Mereka memeriksa 135 perusahaan rintisan bidang teknologi senilai 1 miliar dollar AS atau lebih. Dari jumlah itu, para peneliti memperkirakan bahwa hampir setengah?65 perusahaan?seharusnya bernilai kurang dari 1 miliar dollar AS.

Sebagai gambaran, Airbnb. Tanggal valuasi perusahaan ini tercatat September 2016. Hasil penilaian publik menyebut 30 miliar dollar AS, sedangkan penilaian studi sebesar 26,1 miliar dollar AS.

Mengapa situasi tersebut bisa terjadi? Untuk mendapatkan status unicorn, sebagian besar perusahaan menerima pendanaan dengan ikatan, seperti persyaratan yang memberi imbalan kepada investor terbaru dengan mengorbankan investor awal dan pemegang saham karyawan. Mereka harus memberikan beberapa bagian kepada pemegang saham hak lebih dari yang lain. Belum lagi, adanya hak veto yang dimiliki investor tertentu.

Gelar unicorn memang tampaknya membanggakan. Namun, di balik itu tersimpan lika-liku perjalanan panjang, yang sejatinya berujung pada perolehan pendapatan uang bernilai besar. Teknologi hanyalah sarana.–CAECILIA MEDIANA

Sumber: Kompas, 1 Agustus 2018
—————————
Pilih, Klik, Bayar

SUCIPTO UNTUK KOMPAS–Pengojek dalam jaringan menjemput dan menunggu penumpang di sekitar Mall Kasablanka, Jakarta Timur

Layanan perdagangan secara elektronik atau e-dagang sampai inovasi teknologi pembayaran milik perusahaan rintisan ‘unicorn’ ibarat candu. Kecepatan, kepraktisannya, serta kelengkapan fitur produk membuat penggunanya ketergantungan. Selamat datang di era satu aplikasi untuk semua keperluan.

Pada pertengahan Mei 2018, saya bertemu Anggun (30) di sebuah kedai kopi di bilangan Jakarta Pusat. Sambil menunggu pesanan datang, kami bercakap-cakap. Dia bercerita sebenarnya tidak menyimpan uang tunai dalam nominal kecil di dompetnya dan bagaimana perjalanannya ke tempat pertemuan dia naik angkutan berbasis aplikasi. Beruntungnya, dia masih memiliki sejumlah poin loyalitas yang bisa dipakai membayar jasa transportasi itu.

Dia menunjukkan dua aplikasi penting di ponsel pintarnya. Disebut penting karena selalu rutin dia pakai setiap hari sejak dua tahun terakhir. Aplikasi yang dimaksud adalah Go-Jek dan Tokopedia.

“Sebelum dua aplikasi itu populer, dua tahun lalu, aku sudah terbiasa nyaman memakai kartu debet atau kartu kredit untuk membayar belanjaan dan tagihan. Bank penerbit kartu memiliki layanan internet banking yang semakin membuatku ‘ketagihan’ nontunai,” ujar perempuan lajang yang sehari-hari bekerja sebagai copywriter di salah satu perusahaan iklan multinasional di Jakarta.

Untuk Go-Jek, dia mengaku memang biasa mengisi ulang fitur dompet elektronik Go-Pay sebesar Rp 1 juta – Rp 1,5 juta per bulan. Nominal itu bisa lebih tergantung seberapa besar pengeluaran harian. Peruntukan uang adalah membayar ongkos transportasi di fitur Go-Ride ataupun Go-Car, jajan makanan di Go-Food, pesan tiket menonton di Go-Tix, dan kadang kirim barang di Go-Send.

Saking rutinnya menggunakan fitur-fitur di Go-Jek, Anggun mengumpulkan poin loyalitas. Poin tersebut dia pakai kembali untuk bertransaksi.

Bagaimana dengan aplikasi Tokopedia? Sebagai anak muda, dia mengaku memang sekarang sedang menggemari belanja barang melalui platform e-dagang. Tokopedia dia nilai sebagai salah satu aplikasi yang lengkap.

Di Tokopedia, dia suka berbelanja pakaian, kebutuhan sehari-hari, dan makanan kering. Alasannya adalah harganya lebih murah dan dapat diantar ke kantor atau rumahnya di Bekasi. Dia merasa dimudahkan.

Setahun terakhir, tiga kebiasaan tersebut masih berlanjut. Malahan, Anggun kini menambah pemakaian Tokopedia untuk membayar aneka tagihan, sebutlah listrik, telepon rumah, televisi kabel, pulsa layanan seluler, asuransi, serta jaminan sosial kesehatan.

“Cepat, praktis, nyaman, nontunai, dan bisa dilakukan di mana saja. Agar semuanya itu tercapai, aku berusaha mengingatkan diriku untuk selalu langsung mengalokasikan sejumlah uang ke dompet elektronik keduanya,” imbuh dia.

Lani (37), ibu tiga orang anak dan tenaga pemasaran di Jakarta, memiliki pengalaman serupa dengan Anggun. Sudah setahun terakhir, dia mengaku aktif sebagai pengguna dompet elektronik Go-Pay. Go-Pay dinilai memudahkan dia membayar fitur-fitur jasa di Go-Jek tanpa perlu memakai uang tunai.

Setiap bulan, rata-rata dia biasa isi ulang Rp 2,5 juta. Uang tersebut dia gunakan untuk membayar jasa fitur-fitur di aplikasi Go-Jek, antara lain Go-Ride, Go-BlueBird, dan Go-Food.

Lani memerinci peruntukan dana tersebut di Go-Pay. Peruntukan pertama yaitu transfer ke pembantu karena dia biasa mengantar-jemput anak bungsu dari sekolah ke tempat les.

Peruntukan kedua adalah memesan makanan saat akhir pekan, apalagi pembantu rumah tangga libur saat Sabtu-Minggu. Atau, pada waktu malam hari, dia bersama keluarga suka kelaparan lalu anak yang tertua akan memesan Go-Food.

Peruntukkan ketiga adalah memesan jasa angkutan umum, seperti Go-BlueBird dan Go-Ride, untuk keperluan bepergian ke lokasi rapat. Hal ini biasa dia lakukan ketika dia tidak kebagian mobil kantor atau terjebak macet di jalan.

Ibunya suka meminta pertolongan isi ulang pulsa layanan seluler. Peruntukan keempat adalah memenuhi permintaan itu.

“Go-Jek dipakai oleh anggota di rumah saya. Ibu, anak, dan, pembantu rumah tangga. Biar gampang saja kalau ingin berbagi peran pembayaran jasa di fitur Go-Jek, lagipula kami bertiga memang aktif menggunakan aneka fitur jasa aplikasi itu dalam keseharian,” kata dia.

Anggun dan Lani adalah contoh konsumen perusahaan rintisan berbasis teknologi unicorn (Go-Jek dan Tokopedia) yang kian termudahkan serta loyal bertransaksi sejak adanya dompet elektronik.

Kisah keduanya berbeda dengan Rossa Jeffri (44), dosen magister perguruan tinggi swasta di Jakarta, ibu rumah tangga, dan juga penyuka jalan-jalan. Sejak 2014 atau setahun setelah unicorn Traveloka berdiri.

Pada tahun itu, dia mengaku memang mulai suka bepergian berdasarkan rekomendasi teman di media sosial ataupun portal berita. Dari sanalah dia mengenal Traveloka. Dia merasa nyaman karena Traveloka menawarkan banyak pilihan penerbangan dan pembayaran melalui internet banking. Dia cukup tunjuk, klik, dan bayar.

“Sampai sekarang, saya masih menggunakan bahkan unduh aplikasinya. Sistem pemrosesan pesanan berjalan cepat. Sejauh ini, deskripsi kamar hotel dan kursi pesawat ataupun kereta api yang saya pesan sesuai dengan kenyataan di lapangan,” kata Rossa.

Dia menambahkan, aplikasi Traveloka adalah rujukan pertama ketika dia ingin membeli kebutuhan bepergian. Walaupun, dia akui dia menyimpan aplikasi agen perjalanan wisata lainnya.

“Yang lain buat pembanding harga saja. Mungkin aplikasi pertama dan sejauh ini katalog kebutuhan bepergian lengkap, saya tetap pakai,” imbuhnya.

Sementara Arsya (27), karyawan swasta, mengatakan telah mengunduh aplikasi para unicorn di ponsel pintarnya. Meski begitu, dia mengaku tidak terlalu fanatik menggunakan. Semuanya dipakai sesuai kadar kebutuhan.

Go-Jek adalah aplikasi teraktif yang dia pakai sehari-hari. Ini disebabkan dia tinggal di Bekasi, sementara aktivitas pekerjaannya terpusat di DKI Jakarta. Setiap hari dia menggunakan jasa bus Transjakarta untuk menjangkau lokasi kerja, kemudian dilanjut ojek berbasis aplikasi.

Traveloka dimanfaatkan tatkala dia akan melancong ke luar kota. Itupun hanya satu-dua kali dalam setahun. Alasannya, produk-produk yang ditawarkan kerap kali lebih murah dibanding agen perjalanan wisata daring lainnya.

Sementara Tokopedia dan Bukalapak akan dia gunakan ketika kedua perusahaan e-dagang mengeluarkan promo potongan harga besar. Pada saat bersamaan, dia juga mempunyai daftar barang harus dibeli.

Arsya mengikuti setiap perkembangan inovasi yang dikeluarkan keempat unicorn itu. Misalnya, tahun 2017, Bukalapak meluncurkan fitur Buka Emas. Seluruh emas yang diperjualbelikan merupakan produk resmi dari PT Aneka Tambang dan terakreditasi oleh London Bullion Market Association. Jual beli emas diperbolehkan mulai dari berat 0,005 gram.

“Aku kan lagi belajar berinvestasi di luar produk perbankan. Jadi, momennya pas ketika Buka Emas hadir. Aku mencoba ‘bermain’ (menabung) emas dengan nominal kecil dan sampai sekarang masih melakukannya,” kata dia.–CAECILIA MEDIANA
Sumber: Kompas, 1 Agustus 2018
————————
Empat Anak Muda Pendiri Perusahaan Rintisan Masuk Daftar Orang Terkaya di Indonesia

KOMPAS/RYAN RINALDY–William Tanuwijaya

Empat pendiri perusahaan rintisan kategori unicorn masuk ke dalam daftar 150 orang terkaya di Indonesia versi majalah Globe Asia. Mereka adalah Ferry Unardi dari Traveloka, William Tanuwijaya dari Tokopedia, Achmad Zaky dari Bukalapak, dan Nadiem Makarim dari Go-Jek.

Daftar yang dirilis pada Juni 2018 itu menempatkan pendiri Traveloka, Ferry Unardi (30), sebagai orang terkaya di Indonesia nomor 146. Kekayaan Ferry ditaksir mencapai 145 juta dollar AS atau lebih dari Rp 2 triliun.

Sementara William Tanuwijaya (36) menempati posisi ke-148 dengan nilai kekayaan 130 juta dollar AS atau lebih dari Rp 1,8 triliun. Tokopedia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang ritel.

Achmad Zaky (31), pendiri perusahaan ritel Bukalapak, bertengger di posisi ke-149 dengan nilai kekayaan sebesar 105 juta dollar AS atau Rp 1,5 triliun.

KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO–Achmad Zaky

Achmad Zaky yang dihubungi terkait dengan namanya yang masuk daftar orang terkaya Indonesia hanya mengatakan, kekayaannya ini adalah titipan dan amanah. ”Semoga saya dapat terus fokus memberi manfaat kepada masyarakat,” ujar Achmad di Jakarta, Rabu (25/7/2018).

Achmad Zaky mengaku tak ada yang berubah dari dirinya meski sekarang dia tercatat menjadi salah satu triliuner di Indonesia. ”Saya tetap makan pecel lele. Rumah juga masih sama. Seperti layaknya titipan lainnya, kekayaan ini bisa diambil kapan pun oleh yang menitipkan,” ujarnya.

Posisi ke-150 ditempati Nadiem Makarim (33) dengan nilai kekayaan 100 juta dollar AS atau Rp 1,4 triliun. Perusahaan Nadiem, Go-Jek, bergerak di bidang penyedia jasa transportasi berbasis daring.

KOMPAS/DWI BAYU RADIUS–Nadiem Makarim

Pendatang muda baru lainnya dalam daftar tersebut adalah Patrick Walujo (35), pendiri bersama dan Direktur The Northstar Group yang bergerak di bidang ekuitas pribadi. Ia memiliki kekayaan 200 juta dollar AS.

Adapun pengusaha Robert Hartono (77) dan Michael Hartono (78) dari perusahaan rokok Djarum menduduki peringkat pertama dengan kekayaan 21 miliar dollar AS. Peringkat kedua diikuti Eka Tjipta Widjaja dari Grup Sinar Mas (13,9 miliar dollar AS) dan Anthony Salim dari First Pacific (11,5 miliar dollar AS).–ELSA EMIRIA LEBA

Sumber: Kompas, 25 Juli 2018
——————
Saat Teknologi Membuat Semuanya Jadi Lebih Cepat

Kemajuan teknologi telah mengubah pola hidup dan cara kerja manusia. Revolusi industri gelombang keempat atau industri 4.0 yang ditandai dengan perkembangan teknologi digital bakal mengubah banyak lanskap bisnis perusahaan. Saat semuanya tergantung oleh internet kecepatan tinggi dan kecerdasan buatan, sumber daya manusia dituntut menjadi lebih unik dan spesifik agar tak tergantikan mesin.

Setiap perusahaan pun perlu memahami teknologi sejak dini agar dapat bersaing di masa mendatang. Secara khusus, perusahaan perlu menguasai teknologi digital yang sudah memengaruhi gaya hidup masyarakat pada saat ini.

KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO–Mercer Indonesia menyarankan agar setiap perusahaan mulai memahami teknologi sejak dini agar dapat bersaing di era industri digital, Selasa (31/7/2018), di Jakarta. Saat ini, industri berbasis teknologi digital terus berkembang dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia.

Presiden dan CEO Mercer Indonesia Bill Johnston mengatakan, kemajuan teknologi telah mengubah pola hidup dan cara kerja manusia. ”Teknologi membuat segalanya menjadi lebih cepat,” kata Bill dalam pertemuan di Jakarta, Selasa (31/7/2018).

Ia menjelaskan, sejak mesin ditemukan dan menggantikan tenaga manusia pada masa Revolusi Industri, teknologi memegang peranan besar dalam segala pekerjaan. Seiring perjalanan waktu, inovasi baru terus bermunculan yang berorientasi pada tujuan.

Dalam menciptakan inovasi tersebut, teknologi memegang peranan yang besar. Teknologi dipandang mampu menghadirkan fleksibilitas dalam bekerja. ”Teknologi dapat membuat beberapa alternatif pilihan dan menjadi solusi terhadap suatu permasalahan,” kata Bill.

KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO–Bill Johnston

Situasi perkembangan teknologi tersebut juga telah menguasai Indonesia, terutama teknologi digital. Teknologi digital telah menguasai perekonomian Indonesia. Munculnya start up atau perusahaan rintisan berbasis daring telah memengaruhi pola hidup manusia.

Business Development Director Health, Wealth, and Career Mercer Andry Lie mengatakan, banyak masyarakat yang lebih memilih menggunakan ojek daring daripada menggunakan angkutan umum. ”Bahkan, untuk sekadar mencari makan saja, orang lebih suka memesan lewat aplikasi daring daripada harus keluar rumah,” kata Andry.

Ia mengatakan, perusahaan berbasis teknologi digital menawarkan segala kemudahan kepada konsumen. Kehadiran mereka menjadi tantangan baru bagi perusahaan konvensional yang belum berbasis teknologi.

KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO–Andry Lie

Tujuan
Bill mengatakan, agar sebuah perusahaan mampu bersaing di era teknologi digital harus memiliki tujuan yang jelas. ”Mereka tidak dapat hanya sekadar ikut arus perkembangan zaman,” ujarnya.

Tujuan yang jelas akan menentukan arah perkembangan perusahaan. Mereka dapat merekrut pekerja sesuai dengan kebutuhan mereka, khususnya yang memiliki kemampuan untuk memberikan solusi terhadap segala permasalahan yang dialami oleh perusahaan.

Di era perkembangan teknologi digital, sebuah perusahaan tidak dapat hanya ikut menggunakan teknologi tanpa mengerti maksud dan tujuannya. ”Setiap perusahaan memiliki tujuan masing-masing untuk berkembang,” kata Bill.

Meskipun demikian, pengetahuan terhadap teknologi perlu dikuasai oleh perusahaan tersebut agar mampu bersaing dengan perusahaan lain. Teknologi bukan menjadi tujuan, melainkan menjadi sarana untuk meraih tujuan tersebut.

Pemanfaatan teknologi
Teknologi tidak dapat dihindari oleh manusia. Andry mengatakan, manusia dan teknologi seperti simbiosis yang saling membutuhkan. Teknologi menjadi solusi bagi permasalahan manusia dan teknologi akan berkembang karena inovasi dari manusia.

Bill menambahkan, teknologi dapat dimanfaatkan untuk memudahkan pekerjaan manusia. Namun, pemanfaatan teknologi juga membutuhkan infrastruktur yang memadai.

Di Indonesia, khususnya bagian timur, usaha pemerintah meningkat infrastruktur adalah hal yang tepat agar dapat bersaing di era industri berbasis teknologi digital. ”Saat ini, perkembangan industri digital masih fokus di kota-kota besar, sedangkan di daerah terpencil masih berjalan lambat,” kata Bill.

Ia menegaskan, industri global terus berkembang dengan cepat. Apabila ada daerah yang masih tertinggal, Indonesia akan kalah bersaing. Oleh karena itu, perlu langkah-langkah strategis agar dapat bersaing menuju industri di era digital. Salah satunya, pengembangan infrastruktur dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.–PRAYOGI DWI SULISTYO

Sumber: 1 Agustus 2018
—————-
Teknologi Digital Berpengaruh terhadap Tatanan Bisnis

Perkembangan teknologi digital telah mengubah tatanan dalam dunia bisnis. Para pemimpin perusahaan diharapkan mampu mengubah pola pikirnya agar mampu bersaing.

Dalam pertemuan Indonesia Digital Business Conference 2018 di Jakarta, Selasa (31/7/2018), beberapa pemimpin perusahaan mulai berpikir untuk mengubah pola pikir dan cara kerja mereka seiring dengan perkembangan teknologi digital. Pola kerja lama dipandang akan berpengaruh buruk pada perkembangan perusahaannya.

KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO–Indonesia Digital Business Conference 2018 membahas tentang tatanan baru dalam bisnis seiring dengan perkembangan industri digital, Selasa (31/7/2018), di Jakarta.

Ketua Umum Asosiasi Bisnis Digital dan CEO Ladova Group Wilson Partogi mengatakan, banyak perusahaan digital yang telah berekspansi ke Indonesia. Akibatnya, banyak perusahaan ritel yang mulai merugi. Lebih buruknya lagi, ada yang mulai tutup.

KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO–Wilson Partogi

”Akibat ekspansi tersebut, diperkirakan akan ada banyak orang kehilangan lapangan kerja karena digantikan oleh teknologi digital,” kata Wilson. Sebagian besar perusahaan berbasis teknologi digital tersebut bergerak di bidang jasa yang selama ini banyak menampung lapangan kerja.

Situasi tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di negara maju, seperti Amerika Serikat. Berdasarkan data clark.com, pada 2017 terdapat 5.000 toko ritel yang tutup.

CEO PT Astragraphia Xprins Indonesia Sahat Sihombing mengatakan, situasi perubahan tersebut terjadi karena dunia bisnis telah dikuasai oleh generasi milenial melalui penggunaan teknologi digital. ”Mereka selalu ingin segalanya mudah dan cepat,” kata Sahat.

Ia mengatakan, generasi milenial tidak ingin proses yang rumit, seperti proses tender. Cara tersebut dipandang tidak efisien. Akibatnya, sistem itu diganti dengan pemesanan daring yang dipandang lebih cepat dan mudah.

KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO–Sahat Sihombing

Situasi tersebut berdampak buruk pada perusahaan yang dipimpin oleh generasi tua yang sulit berubah. ”Mereka yang nyaman pada cara lama akan kalah bersaing dengan perusahaan yang terus berinovasi,” ujar Sahat.

Sahat mengatakan, pola konsumen pada masa sekarang berbeda dengan dahulu. Saat ini, konsumen lebih memilih pada karakter produk yang diinginkan. Mereka tidak peduli pada merek produk tersebut.

Cara paling mudah untuk menemukan produk yang diinginkan tersebut yaitu mencari lewat daring. ”Sistem daring tidak membutuhkan bangunan fisik. Yang terpenting mereka mampu memberikan produk yang diinginkan oleh konsumen,” kata Sahat.

Kualitas SDM
Kualitas sumber daya manusia (SDM) sangat berpengaruh dalam industri digital. Mereka memegang peranan penting dalam menciptakan produk baru yang dibutuhkan konsumen.

CEO IPMI International Business School Former dan CEO Sarinah Jimmy Gani mengatakan, industri digital terus berkembang karena digerakkan oleh orang-orang yang mampu menciptakan hal baru. Tokoh-tokoh seperti Nadiem Makarim, Bill Gates, dan Mark Zuckerberg merupakan orang-orang yang terus berinovasi.

Mereka mampu mengubah tatanan di dunia bisnis karena memiliki kemampuan untuk menciptkan hal baru yang dibutuhkan oleh masyarakat. Inovasi yang mereka buat dapat mengatasi permasalahan yang ada dan menjadi terobosan baru.

KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO–Jimmy Gani

Untuk menciptakan SDM yang mampu berinovasi dibutuhkan pendidikan yang berorientasi pada proses pembuatan. Mereka belajar teori yang didapat dari pengalaman orang lain dan mengaplikasikannya melalui praktik.

Praktik tersebut membutuhkan percobaan yang banyak sehingga menghasilkan produk yang terbaik. ”Percobaan tersebut pasti akan mengalami kegagalan, tetapi dari kegagalan tersebut mereka dapat belajar dan berhasil menciptkan produk terbaik,” kata Jimmy.

Peluang
Perkembangan teknologi digital menghasilkan peluang baru. CEO Cybers Group dan Ketua Komite Penyelaras TIK (KPTIK) Dedi Yudiant mengatakan, munculnya internet dan media sosial mendorong adanya e-dagang serta start up atau perusahaan rintisan berbasis teknologi digtal.

E-dagang dan start up dapat menjadi peluang bisnis baru yang menggiurkan. Di Indonesia, e-dagang dan start up berkembang dengan sangat cepat. ”Pemerintah melihat hal tersebut sebagai peluang bagus dan menanggapinya dengan membuat program 1 juta domain serta 1.000 start up,” kata Dedi.

KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO–Dedi Yudiant

Agar industri digital dapat menyerap tenaga kerja di daerah terpencil, Dedi membuat program pendidikan berbasis siber bagi generasi muda yang tinggal di perdesaan. Perkampungan siber tersebut dibuat dengan harapan muncul SDM baru yang mampu berinovasi dan berkembang di industri digital.

Berkembangnya pengaruh media sosial dalam tatanan kehidupan manusia juga menjadi peluang bagi tenaga pemasaran. Digital Marketer Juanda Rovelim mengatakan, media sosial memudahkan orang untuk memasarkan produknya tanpa harus menghabiskan tenaga dan waktu yang banyak.

”Saat ini, aktivitas pemasaran dapat dilakukan menggunakan sistem yang ada di media sosial, salah satu chatbot,” kata Juanda. Sistem tersebut dapat menggantikan cara konvensional dan mampu menghasilkan keuntungan yang lebih besar.

KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO–Juanda Rovelim

Melalui sistem chatbot, para pemasar dapat memperkenalkan produknya pada target konsumen yang dikehendaki dengan lebih cepat dan tepat sasaran. Sistem tersebut dijalankan oleh mesin layaknya pemasar yang dapat berinteraksi dengan konsumen.

Modal utama bagi pengusaha dapat berhasil di industri digital, yaitu dapat dikenal, dipercaya, dan konsumen loyal.

CEO PowerPR dan Founder Indonesian Young Entrepreneurs Christovita Wiloto mengatakan, modal utama bagi pengusaha dapat berhasil di industri digital, yaitu dapat dikenal, dipercaya, dan konsumen loyal.

KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO–Christovita Wiloto

Ketiga hal tersebut harus dimiliki karena persaingan di industri digital sangat ketat. Ketatnya persaingan tersebut terjadi karena konsumen dapat dengan mudah mencari produk yang diinginan menggunakan teknologi digital.

”Jika mereka tidak senang, mereka maka akan mencari produk lain menggunakan gawai yang selalu mereka pegang,” kata Christovita.–PRAYOGI DWI SULISTYO

Sumber: Kompas, 1 Agustus 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB