Berbagai permasalahan di sekitar lingkungan kita perlu dipandang sebagai peluang untuk mendirikan suatu perusahaan rintisan atau startup. Dengan semangat itu, ada total 9.000 pengusaha muda yang mengikuti program Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital. Program yang disiapkan pemerintah itu dimulai sejak 2016 dan bertujuan membangun 1.000 startup digital hingga 2020.
Pada Kamis (24/5/2018), sebanyak delapan peserta yang diseleksi dari gelombang ketiga program itu mempresentasikan produk mereka di Gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta Pusat.
Produk itu mereka kembangkan bersama para mentor selama mengikuti program Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital. Pada 2018, Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital fokus mengembangkan perusahaan rintisan di sektor pertanian, pendidikan, kesehatan, logistik, dan pariwisata.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Salah satu perusahaan rintisan yang dipresentasikan hari itu adalah Wozmi. Berbasis di Yogyakarta, mereka menawarkan jasa setrika dan bisa dihubungi melalui WhatsApp. Dimulai sejak Januari 2018, mereka kini memiliki 30 mitra penyetrika dan 60 pelanggan aktif.
Ketua Eksekutif Wozmi, Regina Michel Putri, menceritakan pengalamannya mengikuti program Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital sejak Agustus 2017. Ia bertemu dengan mentornya setiap Sabtu dan mendapatkan pelajaran mengenai dunia bisnis, networking, dan isu-isu aktual di Indonesia.
KOMPAS/AYU PRATIWI–Acara “Demo Day Gerakan Nasional 1000 Startup Digital 2018” di Gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta Pusat, Kamis (24/5/2018).
Pelajaran itu langsung Regina terapkan untuk mengembangkan perusahaan rintisannya. Lalu setiap Rabu, ia sampaikan pada mentornya progres yang ia lakukan pada pekan itu. Sebelum mengikuti program itu, ia dan teman-temannya sama sekali tidak memikirkan tentang jasa setrika.
“Dari awal itu, kita tidak langsung pikir tentang jasa setrika. Ada banyak masalah dengan laundry yang kami perhatikan, seperti ketidaktepatan waktu atau hasilnya yang kurang rapi. Setelah validasi dengan para mentor, ternyata pengelolaan sumber daya manusia pada bagian setrika itu masalah yang paling urgen, karena setrika itu yang memerlukan waktu paling banyak,” tutur Regina.
Setelah menentukan produk mereka dalam bentuk jasa setrika, mereka didorong oleh mentornya untuk mencoba produk itu ke pasarnya. “Kita promosikan jasa itu melalui media sosial dan kita langsung dapat pelanggan. Ternyata, produk itu benar-benar diperlukan,” ucap Regina.
Perusahaan rintisan lain yang mengikuti program itu bermacam-macam. Di antaranya adalah Atourin, perusahaan teknologi di bidang pariwisata yang mengusulkan kepada turis tempat-tempat menarik yang bisa dikunjungi. Ada pula Game On, perusahaan yang menggelar acara kompetisi video game eSports.
Program terbuka untuk siapa pun
Prasetyo Andy Wicaksono, Kepala Program Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital, mengatakan, program itu terbuka untuk siapa saja yang ingin mendirikan perusahaan rintisan. Dari sekitar 38.000 orang yang mendaftarkan diri sejak 2016, sebanyak 9.000 orang telah mengikuti program itu.
Program itu terdiri dari lima tahap. Pada tahap ignition, peserta diberikan pelajaran mengenai dasar-dasar kewiraswastaan atau entrepreneurship. Pada tahap workshop, mereka diberikan pemahaman mengenai isu-isu aktual. Tahap hacksprint adalah awal di mana peserta mulai membuat prototipe produk yang relevan dengan isu-isu aktual.
Pada tahap bootcamp, peserta mengidentifikasi dan mempelajari pasar targetnya. Terakhir, pada tahap incubation, peserta diberikan masukan oleh sejumlah mentor dari latar belakang pengusaha, juga pemerintah.
“Kita mengajar anak-anak muda untuk melihat masalah di Indonesia sebagai peluang. Kalau ada masalah, janganlah mengeluh, tapi cobalah menyelesaikannya dengan mengembangkan bisnis yang berkelanjutan,” tutur Andy.–AYU PRATIWI
Sumber: Kompas, 24 Mei 2018