Tiga Ilmuwan Terima Habibie Award 2017
Tiga ilmuwan menerima Anugerah Habibie Award Periode XIX tahun 2017, Selasa (5/12), di Jakarta. Mereka berasal dari latar belakang keahlian yang berbeda-beda. Hal itu diharapkan memacu ilmuwan untuk terus menghasilkan riset bermutu demi memenangi persaingan global.
Pada tahun ini, ketiga ilmuwan penerima penghargaan itu adalah Guru Besar Bidang Fisika, Material, dan Instrumentasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Teknologi Bandung Khairurrijal (bidang ilmu dasar); dosen Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Suryadi Ismadji (bidang ilmu rekayasa); dan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung Bagir Manan (bidang ilmu hukum).
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro saat memberikan pidato utama acara Anugerah Habibie Award menyatakan, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta sumber daya manusia (SDM) saat ini menjadi pilar utama penopang proses pembangunan ekonomi dan daya saing bangsa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dengan adanya Anugerah Habibie Award ini, diharapkan kalangan intelektual dan ilmuwan bisa terpacu untuk mengabdikan ilmu pengetahuan demi kemajuan bangsa. “Bangsa Indonesia harus mampu mengembangkan dan memajukan iptek dan menyiapkan SDM berkualitas. Dengan demikian, manusia Indonesia bisa mempunyai keunggulan kompetitif dan komparatif,” ujarnya.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO–Wakil Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Satryo Soemantri Brodjonegoro; Penerima Habibie Award 2017 Bidang Ilmu Dasar Khairurrijal; Ketua Pengurus Yayasan Pembinaan, Pengembangan Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Wardiman Dojonegoro; Penerima Habibie Award 2017 Bidang Ilmu Rekayasa Suryadi Ismadji; Pendiri Yayasan Pembinaan, Pengembangan Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BJ Habibie; serta Penerima Habibie Award 2017 Bidang Ilmu Hukum Bagir Manan (dari kiri ke kanan) berfoto bersama dalam acara Penganugerahan Habibie Award 2017 di Pendopo Habibie dan Ainun, Patra Kuningan, Jakarta, Selasa (5/12).
Bambang menambahkan, pengembangan riset harus segera dilakukan. Mengacu pada data Global Competitiveness Index 2016-2017, posisi Indonesia merosot ke peringkat 41 dari sebelumnya peringkat ke-37 pada periode 2015-2016. Hal itu mengindikasikan daya saing manusia Indonesia mesti ditingkatkan. Salah satu caranya adalah mendorong riset-riset berkualitas.
“Teknologi dan inovasi menjadi kunci memenangi persaingan global,” kata Bambang.
Anugerah Habibie Award 2017 diberikan kepada tiga ilmuwan yang dinilai aktif dan berjasa besar dalam menemukan, mengembangkan, dan menyebarluaskan berbagai kegiatan iptek yang baru serta bermanfaat signifikan bagi peningkatan kesejahteraan, keadilan, dan perdamaian. Adapun lima bidang keilmuan yang dinominasikan adalah bidang ilmu dasar; ilmu kedokteran dan bioteknologi; ilmu rekayasa (insinyur, pembangunan, dan sebagainya); ilmu sosial, hukum, ekonomi, dan politik; serta ilmu filsafat, agama, dan budaya.
Dedikasi
Ketua Dewan Juri Habibie Award 2017 Wardiman Djojonegoro menjelaskan, Khairurrijal diberi penghargaan atas dedikasinya pada riset di bidang nano serat dan pengembangan transistor. Inovasi-inovasinya juga berkembang untuk membantu mengatasi keterbatasan peneliti-peneliti lain dalam bentuk pembuatan alat-alat ukur yang saat ini sudah tersebar dan dimanfaatkan di beberapa laboratorium perguruan tinggi. Sementara Suryadi Ismadji dinilai aktif melakukan penelitian rekayasa kimia, khususnya terhadap kekayaan alam dan kearifan lokal yang ada di Indonesia. Adapun Bagir Manan dianggap berkontribusi besar dalam ilmu hukum melalui pemikirannya.
Suryadi Ismadji mengatakan, Habibie Award merupakan bentuk penghargaan yang sangat bergengsi di kalangan ilmuwan. Menurut dia, tidak ada peneliti yang tidak memimpikan untuk mendapat penghargaan tersebut. “Ini bukan akhir kiprah saya, melainkan awal. Saya makin terpacu untuk menghasilkan riset yang lebih bermutu,” katanya.(DD10)
Sumber: kompas, 6 Desember 2017