Selain sebagai sarana berkomunikasi, media sosial juga bisa dimanfaatkan untuk membaca kepribadian. Manfaat ini sangat membantu perusahaan, lembaga pendidikan, dan orang-orang yang bergerak di bidang kehumasan guna mengenali watak serta kepribadian para mahasiswa dan karyawannya.
Praktik itu dapat terwujud melalui aplikasi bernama “The Big Five Personalities”. Pengembangan aplikasi dilakukan oleh tiga mahasiswa Universitas Binus, yaitu Albert Wijaya, Irwan Prasetia, dan Nathanael Febrianto. “Selama ini, pemetaan kepribadian dilakukan melalui ujian psikologis yang memakan waktu berjam-jam,” kata Albert pada peluncuran aplikasi tersebut, Senin (4/4), di Jakarta.
Selain melelahkan, menurut Albert, cara itu mudah dipalsukan. Setelah beberapa kali berlatih mengerjakan psikotes, seseorang bisa membaca pola soal-soal yang diajukan. Di samping itu, hasil psikotes diperiksa oleh tim psikolog yang berisiko memiliki sudut pandang bias. “Sebaliknya, aplikasi ini mudah digunakan dan menghilangkan risiko penilaian yang bersifat subyektif,” kata Nathanael.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Aplikasi The Big Five Personalities bekerja dengan cara memasukkan nama pengguna media sosial ke kolom pencarian. Sementara ini, media sosial yang bisa dianalisis adalah Twitter.
Setelah nama pengguna dimasukkan, aplikasi menjalankan analisis kepribadian. Pertama-tama, kicauan yang sudah dipublikasikan oleh empunya lewat akun Twitter akan muncul. Pola penggunaannya ditelaah dengan kata-kata tertentu sebagai ciri khas suatu kepribadian. Ada lima aspek kepribadian yang dinilai, yaitu stabilitas emosi, kadar toleransi, kerapian dan sistematisasi, keterbukaan pada ide-ide baru, serta kepandaian bersosialisasi.
Setelah aplikasi menganalisis pola kicauan, muncul persentase dari setiap aspek kepribadian. Misalnya, orang itu memiliki persentase sifat pandai bersosialisasi paling tinggi dibandingkan dengan sifat-sifat lain. “Dengan memahami ini, petugas penanganan sumber daya manusia sebuah perusahaan bisa berkomunikasi dengan orang itu menggunakan cara yang sesuai dengan kepribadiannya,” kata Albert.
Aplikasi tersebut dievaluasi oleh tim dosen Jurusan Psikologi Universitas Binus serta peneliti dari Universitas Trento di Italia yang bernama Fabio Celli.
Dosen pembimbing Jurusan Teknik Komputer Universitas Binus, Derwin Suhartono, menjelaskan, pengembangan aplikasi berlatar belakang kecerdasan buatan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Kecerdasan buatan berguna untuk menganalisis permasalahan sehari-hari, baik ekonomi, kesehatan, maupun pengelolaan rumah tangga.
“Di Indonesia, mayoritas masyarakat masih merasa lebih nyaman menggunakan situs internet yang tak memiliki fitur analisis. Namun, semangat anak muda yang terus membuat usaha rintisan aplikasi berbasis kecerdasan buatan akan membuat hal itu menjadi suatu yang niscaya di masyarakat,” kata Derwin.
Saat ini, para pembuat The Big Five Personalities berusaha mengembangkan aplikasi mereka agar bisa menganalisis kepribadian lewat media sosial lainnya.(DNE)
————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 7 April 2016, di halaman 12 dengan judul “Membaca Kepribadian Lewat Media Sosial”.