Kekeringan melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Fenomena El Nino ditakutkan para petani. Sawah-sawah gagal panen. Waduk mengering.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman meminta masyarakat tenang. Pemerintah sudah mengambil langkah untuk mengatasi kekeringan. Salah satunya dengan membuat hujan buatan.
detikcom berkesempatan untuk ikut dalam proses Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau biasa disebut hujan buatan pada Selasa (25/8/2015). Menggunakan pesawat CN 295 TNI AU, penerbangan dimulai dari Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur pukul 14.00 WIB.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pesawat diterbangkan oleh pilot Letkol Penerbang Lilik Eko Susanto dan co pilot Kapten Penerbang Suyanto. Ada 11 kru dari TNI AU, 2 dari BPPT dan sejumlah wartawan.
Pesawat membawa sekitar 2 ton garam. Garam itu disimpan di delapan tangki yang masing-masing berisi sekitar 12-13 Kg. Targetnya adalah sejumlah wilayah di Jawa Tengah.
Garam tersebut disemai di atas awan agar menimbulkan hujan. Kepala Bidang Kajian dan Penerapan Teknologi Pembuatan Hujan BPPT
Tri Handoko Seto mencari titik-titik awan yang berpotensi untuk terjadinya hujan.
“Kita observasi lapangan, mengecek hasil prediksi radar dan satelit, di sekitar Jawa Tengah, bagian tengah dan selatan ada peluang pertumbuhan awan awan potensial untuk disemai,” ujar Tri Handoko.
Pesawat meluncur ke arah timur. Ketika dekat dengan Gunung Ceremai, terlihat awan yang berpotensi untuk hujan. Keran dibuka agar garam tersebar melalui pipa yang berada di bawah pesawat.
Setelah mendapat instruksi, para kru kemudian memukul-mukul tangki yang berisi garam dengan palu yang terbalut kain. Fungsinya agar garam luruh dan lancar dijalur pipa tersebut. Hal itu dilakukan di setiap titik penyemaian garam.
Kru dibagi dua tim. Tim pertama memukul tangki di depan, tim kedua memukul tangki di belakang. Mereka berurutan satu persatu menghabiskan garam dari depan ke tengah, dari belakang ke tengah.
Suara tangki bergemuruh bersautan. Kaca pada pipa di bawah menjadi panel indikator lancarnya garam turun. Tentu ditambah dengan kekuatan udara dari luar pesawat yang menyedot garam-garam tersebut.
Titik penyemaian dilakukan di atas wilayah Cirebon, Brebes, Tegal, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, Temanggung dan Semarang. Penyemaian dilakukan dari ketinggian 8000-10000 kaki.
“Kalau lihat awan tadi sedang pertumbuhan, kami perkirakan 2-3 jam kedepan akan hujan, meski tidak deras, cukup untuk memenuhi keinginan hujan,” jelas Tri.
Tri mengakui mencari awan potensial tidak mudah. Tantangannya, awan pada musim kemarau biasanya muncul di titik-titik dekat pegunungan.
“Ini sulit, sangat berbahaya. Kami, pilot dan co pilot harus memperhitungkan jarak dengan gunung, tapi tetap efektif dalam penyemaian. Kita harus hati-hati,” ungkapnya.
Setelah garam habis, pesawat kembali ke Lanud Halim Perdanakusumah. Penerbangan ditempuh selama tiga jam.
Rencananya hujan buatan ini akan terus dilakukan di sejumlah titik di Indonesia yang mengalami kekeringan. Diantaranya di wilayah Selatan dan Timur Indonesia seperti NTT, Jawa, NTB, Lampung, Bali, dan Sulawesi Selatan.
Foto: Mega Putra(ega/hri)
Mega Putra Ratya – detikNews
Sumber: detik.com, Selasa 25 Aug 2015