Sekitar 23 juta pekerjaan diperkirakan akan diambil alih oleh robot pada 2030. Meski begitu, masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir. Ketersediaan pekerjaan justru akan bertambah hingga 46 juta. Pekerjaan itu membutuhkan kemampuan yang lebih lengkap.
KOMPAS/KELVIN HIANUSA–Perusahaan konsultan manajemen multinasional McKinsey melaporkan, 23 juta pekerjaan di Indonesia akan diambil alih robot dalam 11 tahun ke depan.
Perusahaan konsultan manajemen multinasional McKinsey melaporkan, 23 juta pekerjaan di Indonesia akan diambil alih robot dalam 11 tahun ke depan. Pekerjaan itu yang bersifat pengulangan, seperti pengumpul data, pekerja produksi, atau operator mesin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
”Yang bisa digantikan oleh robot sifatnya seperti tugas, bukan pekerjaan. Biasanya tugas itu hanya pengulangan dan bisa diotomasi, tidak membutuhkan keahlian khusus,” kata Presiden Direktur PT McKinsey Indonesia Phillia Wibowo, Rabu (25/9/2019), di Jakarta.
Meski begitu, masyarakat Indonesia memiliki peluang besar karena tidak semua pekerjaan bisa diotomasi. Akan ada tambahan pekerjaan hingga 46 juta pada 2030.
Sekitar 21,8 juta pekerjaan baru dikontribusikan oleh meningkatnya kelas menengah di masyarakat. Meningkatnya kelas menengah akan menumbuhkan daya beli. Hal itu berujung pada pertumbuhan bisnis yang akan membuat perusahaan menambah pekerja.
Peningkatan daya beli juga akan membuka sekitar 2,6 juta pekerjaan di bidang layanan kesehatan. Sementara itu, akan ada 10 juta pekerjaan baru yang muncul karena perkembangan teknologi. Sekitar 9,4 juta pekerjaan bisa muncul jika investasi pada infrastruktur terus digencarkan.
”Kita akan mendapatkan pekerjaan lebih banyak dibandingkan yang hilang. Kita cukup beruntung karena tidak semua negara mengalaminya. Salah satu faktornya adalah peningkatan ekonomi karena pendapatan masyarakat bertambah akibat lebih banyak masyarakat di usia produktif,” ujar Phillia.
Associate Partner McKisney & Company Vivek Lath menjelaskan, perubahan lanskap pekerjaan itu harus disesuaikan dengan kemampuan masyarakat. Ke depan, dibutuhkan pengembangan meta skill, soft skill, dan hard skill.
”Meta skill itu seperti mindset, misal orangnya mau terus belajar. Lalu, soft skill lebih ke analisis dan bagaimana penyelesaian masalah yang tidak hanya mengikuti prosedur. Dan terakhir, hard skill, seperti kemampuan data scientist atau data engineer,” kata Patek.
Menurut dia, pengembangan kemampuan itu harus diadaptasi segera, baik oleh pemerintah maupun perusahaan. Beberapa perusahaan teknologi di Indonesia, lanjutnya, sudah mulai beradaptasi dalam pengembangan sumber daya manusia.
”Perubahan itu begitu cepat. Dulu tidak ada yang namanya data scientist, tetapi sekarang begitu banyak yang mencari pekerjaan itu. Kemungkinan-kemungkinan ini yang akan terjadi di masa depan,” ujarnya.
Dalam hal pengembangan sumber daya manusia, pemerintah bisa mencontoh Singapura. Singapura memberikan insentif atau subsidi khusus untuk belajar kemampuan tertentu.
Laporan McKinsey terbaru ini merupakan penelitian yang didasarkan pada analisis 2.000 kegiatan kerja terhadap 800 pekerjaan. Pekerjaan-pekerjaan tersebut sudah disesuaikan dengan perkembangan tren global.
Oleh KELVIN HIANUSA
Editor: M FAJAR MARTA
Sumber: Kompas, 25 September 2019