Selain bisa berkontribusi dalam aksi tanggap terkait kebakaran hutan dan lahan, masyarakat lokal juga dapat turut dilibatkan dalam sejumlah riset atau penelitian terkait pencegahan kebakaran dan restorasi gambut.
Partisipasi masyarakat yang menempati area di lahan gambut berperan penting dalam menangani serta mencegah kebakaran hutan dan lahan. Selain melakukan aksi tanggap, masyarakat lokal juga dapat turut dilibatkan dalam sejumlah riset atau penelitian terkait pencegahan kebakaran dan restorasi gambut.
Peneliti Pusat Riset Kehutanan Internasional (Cifor), Herry Purnomo, dalam diskusi daring, Selasa (1/9/2020), menyampaikan, pihaknya meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan lingkungan melalui riset aksi partisipatif (RAP). Hal ini dilakukan karena riset konvensional sering tidak membawa perubahan nyata di tingkat tapak ataupun kebijakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
RAP juga bertujuan mendukung perubahan perilaku masyarakat lokal secara bertahap dalam pembukaan lahan tanpa bakar. Herry dan tim peneliti mendampingi masyarakat lokal untuk menerapkan model bisnis berkelanjutan sebagai bagian dari upaya pencegahan kebakaran dan restorasi gambut maupun proses belajar bersama.
Karakteristik yang ditekankan dalam RAP adalah membuat masyarakat menjadi mitra peneliti. Masyarakat dilibatkan dalam proses perencanaan hingga pemantauan bersama. Riset juga berorientasi pada aksi sehingga solusi yang ditemukan secara bersama-sama dapat langsung diimplementasikan di lapangan.
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO—Berbagai produk olahan kelapa yang dibuat masyarakat di Desa Peduli Gambut ditunjukkan pada Kamis (13/2/2020). Di Kelurahan Bahaur Basantan, kelapa merupakan komoditas utama. Sebelum didampingi, warga hanya menjual buah kelapa tanpa mengolahnya.
Penerapan RAP salah satunya dilakukan Herry dan tim untuk menghasilkan model-model bisnis berkelanjutan di Desa Dompas, Kabupaten Bengkalis, Riau. Dari RAP tersebut dihasilkan sejumlah model, di antaranya berdasarkan tipe lahan, pengelola lahan, model bisnis, dan perlakuan restorasi.
Setelah itu, dilakukan juga penguatan kembali melalui keikutsertaan Kelompok Tani Hutan (KTH) Dompas dalam program kebun bibit rakyat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Keberhasilan RAP ini telah dibawa ke Forum Global Lanscape Jerman secara daring agar masyarakat KTH Dompas dapat menyampaikan langsung riset dan aksinya dalam merestorasi gambut.
”Ekonomi, sosial, dan politik berpengaruh pada karhutla (kebakaran hutan dan lahan) dan restorasi gambut. Jadi, riset aksi partisipatif ini membawa perubahan di tingkat tapak,” ujar Herry yang juga merupakan Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB University.
Penguatan tapak
Guru Besar Sosiologi Universitas Riau Ashaluddin Jalil mengatakan, penguatan tapak harus berkelanjutan karena masyarakat pada lapisan ini berhadapan langsung dengan persoalan kekeringan maupun kebakaran hutan dan lahan. Kearifan lokal juga perlu menjadi bagian untuk pengembangan ekonomi melalui sektor pertanian atau perkebunan.
KOMPAS/IRMA TAMBUNAN—Demi melindungi hutan gambut di sekitar desa, masyarakat Desa Rawasari, Kecamatan Berbak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi, mengembangkan pembibitan tanaman jelutung. Jenis tanaman ini sangat cocok tumbuh di atas gambut meski kondisi lahannya rusak akibat kebakaran. Pembibitan oleh warga setempat, Sabtu (10/6/2017).
”Masyarakat level tapak punya kekuatan dan mampu berpartisipasi aktif sepanjang sentuhan intens dilakukan. Sudah ada kelembagaan dan inilah yang seharusnya dijadikan bagian untuk gerakan partisipasi aktif masyarakat,” ujarnya.
Guna mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam program lingkungan berkelanjutan, Ashaluddin merekomendasikan perlunya tenaga pendamping yang tinggal dan hidup bersama di desa-desa terpilih. Pendamping dapat berasal dari desa tersebut ataupun luar daerah, tetapi memiliki komitmen untuk mengubah perilaku masyarakat.
”Pendampingan mencari lokomotif agar menggerakkan masyarakat mengikuti kearifan lokal. Sejumlah pihak dapat menginventarisasi kearifan lokal yang aktif dan mampu mengangkat produktivitas masyarakat,” tuturnya.
Oleh PRADIPTA PANDU
Editor: ICHWAN SUSANTO
Sumber: Kompas, 1 September 2020