Masalah Reklamasi dan Hidrologi Jakarta Utara

- Editor

Senin, 9 Januari 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

PADA bulan-bulan akhir ini banyak berita dan hasil wawancara di surat kabar Ibu Kota, yang dengan nada keras mencanangkan bahaya banjir apabila daerah pantai Teluk Jakarta direklamasi. Padahal, ada atau tidak ada reklamasi, bahaya banjir tetap mengancam kota Jakarta yang daerahnya amat landai dan rendah, bahkan sebagian lebih rendah dari permukaan laut.

Banyak faktor penyebab banjir di wilayah Jakarta selain landainya wilayah kota Jakarta penyebab lain adalah besarnya arus air hujan dari Selatan, daya serap daerah di sebelah Selatan, corak dan kepadatan pembangunan di kota Jakarta sendiri, aspek pasang-surut, kebersihan sungai serta alur pembuangan, dan berbagai faktor lain.

Memang reklamasi berpotensi untuk meningkatkan bahaya banjir, khususnya di daerah utara (daerah pantai) kota Jakarta, akan tetapi semua ini dapat diperhitungkan dan diatasi. Teknologi ini bukan hal yang baru di Indonesia. Tetapi, pelaksanaannya belakangan ini tidak begitu luas karena masih banyak bergantung pada dana bantuan luar negeri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

KAMI banyak berkecimpung di dalam usaha pengendalian banjir di kota Jakarta pada awal pendirian Kopro Banjir pada tahun enampuluhan dan sekarang ikut membantu menelaah dan mempersiapkan proyek Pantura, khusus pada aspek reklamasi dan hidrologinya.

Dalam penelaahan yang telah dilakukan sejak setahun bersama dengan berbagai pakar dan instansi yang terkait, dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan reklamasi, yang terbaik di antara berbagai kemungkinan adalah dengan membangun lahan reklamasi lepas dari garis pantai yang ada. Jadi antara garis pantai yang ada dan daerah reklamasi diwujudkan suatu jalur yang di dalam ulasan ini akan disebut
terusan.

Di samping itu, sungai atau saluran yang sekarang bermuara di Teluk Jakarta diteruskan melintasi daerah reklamasi, sehingga tetap bermuara di Teluk Jakarta, yakni di pantai utara daerah reklamasi. Perlunya sungai dan saluran air, ini diteruskan agar tidak mengganggu perimbangan hidrodinamis yang ada di wilayah perairan Teluk Jakarta.

Panelitian-penelitian yang telah dilakukan sejak masa sebelum perang menyimpulkan adanya suatu keseimbangan hidrodinamis di Teluk Jakarta, antara arus-arus sungai yang membawa beban sedimentasi dari selatan dan bermuara di Teluk Jakarta dengan tekanan hempasan gelombang yang didorong oleh angin utara ke dalam Teluk Jakarta. Pola keseimbangan ini sedikit berubah-ubah sepanjang tahun sesuai dengan perubahan musim, namun kekuatan yang berimbangan inilah yang mewujudkan pola akresi (sedimentasi) dan abrasi (gerusan) pada pantai Teluk Jakarta. Pola akresi dan abrasi ini tidak banyak berubah sejak dasawarsa terakhir abad lalu.

Berpangkal tolak pada fenomena alamiah ini, diputuskan untuk meneruskan sungai dan saluran yang ada, melintasi daerah reklamasi. Dengan demikian, maka secara prinsip tak ada banyak perubahan yang terj adi di dalam keadaan hidrodinamis perairan teluk dan segala aspek lingkungan yang berkaitan dengan keseimbangan alamiah ini. Dengan perkataan lain, “regime” hidrolis pada perairan teluk tetap terpelihara.

Perpanjangan sungai dan saluran ini sudah barang tentu mempunyai dampak terhadap arus sungai dan saluran, seperti pada ketinggian muka air, kecepatan arus dan lain-lain, terutama di bagian-bagian hilir sungai dan saluran itu. Peningkatan permukaan sungai di bagian hilir menuntut pelebaran sungai di bagian hilir atau menuntut pembuatan tanggul untuk melindungi daerah-daerah sepanjang bagian hilir itu. Inilah masalah interfacing antara Proyek Pantura yang harus dan akan dirundingkan dan diselesaikan dengan instansi yang berwenang terhadap Masterplan Drainase Kota Jakarta.

Selain itu,drainase beberapa bagian daerah pantai ini harus dibenahi seperti misalnya daerah sepanjang jalan tol ke pelabuhan udara Cengkareng yang belum mempunyai sistem pembuangan air, bahkan yang di dalam pembuangan alamiahnya terhambat oleh pembangunan yang sedang berlangsung itu. Cengkareng drain hanya membuang curah hujan dari bagian yang lebih di hulu dan bukan curah hujan lokal (di daerah bagian hilir).

Di bagian timur telah mulai dibangun oleh Departemen Pekerjaan Umum suatu sistem pembuangan air yang sebagian berdasarkan waduk-waduk penampung dengan pompa-pompa (polder), sebagian lagi berupa pengubahan aliran-aliran ke timur. Pengaruh reklamasi atas hidrologi di sini tidak begitu besar, terkecuali daerah Marunda di mana terdapat beberapa saluran yang bermuara langsung ke laut. Di bagian tengah, yang masuk dalam program interface ini adalah antara lain daerah Mangga dua dan sekitarnya.

LEPAS dari dampak terhadap arus sungai dan saluran yang ada sekarang, perlu diperhatikan pula dampak pasang yang adakalanya demikian tinggi sehingga menghambat arus sungai di bagian hilir dan dapat mengakibatkank bajir. Keadaan ini dapat diatasi dengan menyediakan daya tampung khusus (retention capacity) berupa waduk-waduk (retention ponds) bila perlu.

Terusan laut yang terjadi antara garis pantai yang ada dengan garis pantai selatan daerah reklamasi, pada dasarnya akan merupakan kapasitas retention tambahan pula. Dalam arti kata, ia dapat meredam pengaruh timbal balik antara pasang tinggi dan banjir besar yang banyak merupakan penyebab banjir dan genangan di daerah pantai. Terusan ini memiliki kemampuan pula untuk berperan sebagai penghubung antara sungai dan saluran (lateral) dan meratakan banjir antara sungai dan saluran yang dihubungkan itu, sebagaimana pula peran Kali Malang (Banjir Kanal) di antara sungai-sungai dan saluran-saluran yang datang dari selatan menuju daerah Jakarta Tengah.

Dengan pola ini, daerah reklamasi akan merupakan suatu rentetan lahan yang masing-masing dikelilingi oleh alur-alur air yang memungkinkan air bergerak dengan bebas. Pola ini akan bersambung dengan pola pembuangan air (drainase) kota Jakarta sehingga menjadi suatu keterpaduan di daerah-daerah interfacing seperti telah disebut di atas. Penanganan interfacing ini sudah diprogramkan dan dianalisa secara umum dan pekerjaan engineering-nya akan dimulai dalam waktu dekat ini.

Sekalipun interfacing ini sudah dilaksanakan, efek praktisnya mungkin akan tampak secara berangsur, sebab bagi daerah-daerah yang sedang dikerjakan oleh instansi terkait di daerah daratan sekarang ini, pengerjaannya dibagi-bagi dalam paket-paket. Masing-masing paket tampaknya dilaksanakan sesuai dengan tersedianya dana bantuan luar negeri. Sistem yang sekarang sedang dikerjakan baru dapat dirampungkan pada bagian-bagian yang sudah ada dana bantuannya.

Masalah inilah yang merupakan salah satu dasar pemikiran yang melandasi proyek Pantura ini. Apabila secara teknis bagian hilir sistem drainase sudah dapat dirampungkan maka secara teknis pengurusan masalah banjir di sebelah hulu akan lebih mudah diselenggarakan. Tiap usaha pengendalian banjir di sebelah hulu tidak akan berfungsi apabila arus air di bagian-bagian hilir belum tertata baik.

DANA yang diperoleh dari usaha lahan reklamasi dapat dikerahkan untuk penyelesaian bagian hilir drainase kota Jakarta. Singkatnya, reklamasi di daerah pantai Teluk Jakarta bertujuan pula untuk membangkitkan dana bagi pembenahan drainase di daerah pantai. Setelah bagian hilir ini tertata baik, maka barulah drainase di bagian hulu dapat dibenahi secara tuntas.

Usaha reklamasi bukan semata-mata untuk mendapat lahan belaka atau bertujuan komersial dalam arti sempit, melainkan usaha untuk mengkapitalisasikan peluang finansial dari reklamasi ini bagi pembenahan wilayah pantai utara, selain membangun suatu bagian kota yang baru.

Untuk pembiayaannya ditempuh cara yang baru, selain dari mencari dana pinjaman atau dana di pasar modal. Bagi Indonesia, pembiayaan prasarana ini memang baru, tetapi di negeri-negeri lain sudah banyak dilakukan.

Pada dasarnya Proyek Pantura ini merupakan proyek multiguna, yang meliputi perluasan lahan pembangunan kota, pembenahan hidrologi, penataan tata ruang kota, transporbasi, dan lain-lain.

AR Soehoed, mantan konsultan Kopro Banjir

Sumber: Kompas, Kamis, 30 Oktober 1995

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Gelombang Radio
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB