Karena masih dalam masa pandemi Covid-19, tahun ini UTBK dan SBMPTN dilakukan secara bersamaan, mulai dari pendaftaran hingga pelaksanaan tes.
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN—Sekar Ayu Puspitasari (18), lulusan SMA tahun 2018, memakai komputer jinjing dan gawainya untuk mengantisipasi kesulitan mengakses saat melakukan pendaftaran ujian tulis berbasis komputer (UTBK) di Tangerang Selatan, Banten, Jumat (1/3/2019).
Ujian tertulis berbasis komputer dan seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri tetap dilaksanakan sesuai jadwal, pendaftaran dilakukan pada 2-20 Juni 2020, dan tes dilaksanakan pada 5-12 Juli 2020. Karena tahun ini kesempatannya hanya satu kali, peserta agar memperhatikan sejumlah perubahan dalam pelaksanaan UTBK-SBMPTN 2020.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, karena pandemi Covid-19, pada tahun ini ujian tertulis berbasis komputer (UTBK) dan seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN) dilaksanakan secara bersamaan. Hasil tes UTBK tidak dibagikan kepada peserta, tetapi langsung digunakan untuk keperluan SBMPTN. Hasil SBMPTN akan diumumkan pada 25 Juli 2020.
Mengacu akun yang telah terdaftar di Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT), tahun ini diperkirakan ada 1,2 juta peserta yang akan mengikuti UTBK-SBMPTN di 85 perguruan tinggi negeri dan 8 politeknik negeri dengan total daya tampung sekitar 150.000 mahasiswa baru. Siswa yang telah diterima melalui jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) tidak bisa mengikuti UTBK-SBMPTN.
”Tahun lalu, nilai UTBK keluar dulu, baru peserta memilih program studi. Ini memungkinkan peserta untuk mengatur (menyesuaikan skor UTBK dengan prodi yang akan dipilih). Kali ini, setelah UTBK, nilai tidak diumumkan, tetapi akan langsung digunakan untuk proses seleksi di SBMPTN,” kata Ketua Pelaksana LTMPT Muhammad Nasih dalam sosialisasi prosedur pendaftaran UTBK dan SBMPTN 2020 yang diselenggarakan LTMPT secara daring, di Jakarta, Minggu (31/5/2020).
Karena itu, Nasih berpesan agar para calon peserta tes mengukur kemampuan diri saat memilih prodi. Pilihan prodi agar disesuaikan dengan jurusan di SMA. Calon peserta bisa memilih dua program studi di 85 universitas atau institut negeri, atau di 8 politeknik negeri. Pilihan prodi tidak bisa lintas universitas/institut dan politeknik negeri.
”Persiapan itu menjadi sangat penting. Karena situasi seperti ini (pandemi Covid-19), tidak memungkinkan kami melakukan proses yang panjang sehingga siswa hanya mendapatkan kesempatan sekali untuk melakukan proses (pendaftaran dan tes). Seorang siswa hanya boleh mendaftar sekali, apa pun alasannya, tidak mungkin diubah lagi,” kata Nasih.
Koordinator Bidang Teknologi dan Sistem Informasi LTMPT Arif Djunaidy menambahkan, calon peserta agar memperhatikan dan memahami proses dan persyaratan pendaftaran UTBK-SBMPTN. ”Pengalaman setiap tahun, masih banyak yang kurang memahami proses pendaftaran UTBK. Semua informasi ada di laman LTMPT,” tuturnya. Simulasi pendaftaran UTBK-SBMPTN akan ditautkan dalam bentuk video di laman LTMPT.
Materi tes sama
Perubahan lainnya, kata Ketua Pelaksana Eksekutif LTMPT Budi Prasetyo Widyobroto, materi UTBK disederhana hanya berupa tes potensi skolastik (PTS), tidak ada lagi tes potensi akademik (TPA), seperti tahun lalu. Materi tes juga sama untuk semua peserta dan semua prodi, baik untuk peserta dari jurusan IPA, TPS, maupun SMK.
Fungsi tes potensi skolastik untuk mengukur kemampuan kognitif yang dianggap penting untuk keberhasilan di sekolah formal, terutama di perguruan tinggi negeri. Materi yang akan diujikan berupa kemampuan penalaran umum, kemampuan kuantitatif, pengetahuan dan pemahaman umum, serta kemampuan memahami bacaan dan menulis.
”Tidak usah khawatir, siapkan diri dengan baik untuk tes. Siap saja untuk tes, tidak usah memikirkan jumlah soal. Dengan perubahan waktu dari 120 menit pada 2019 menjadi 105 menit tahun ini, pasti ada penyesuaian,” kata Budi. Contoh tes UTBK bisa dilihat di laman LTMPT pada dokumen tahun 2019.
Untuk pembobotan, Budi mengakui, tahun ini tidak ideal karena hanya berdasarkan tes potensi skolastik. Namun, dia menjamin, panitia akan berlaku adil. Kami memberi pembobotan dasarnya dari data (hasil UTBK) yang kami miliki tiga tahun terakhir, kemudian basisnya hasil tes, baru diolah,” ujarnya.
Karena masih dalam masa pandemi Covid-19, kata Budi, pelaksanaan UTBK dengan mengacu protokol kesehatan, baik peserta maupun peralatan yang digunakan. Tes dilakukan dalam empat sesi, kecuali Jumat yang hanya dua sesi. Peserta harus mengenakan masker, dan sebelum memasuki area tes akan ada pemeriksaan kesehatan. Jika tidak lolos pemeriksaan kesehatan, peserta tidak diperbolehkan mengikuti tes.
Untuk memudahkan mobilitas pada masa pandemi ini, para peserta disarankan mengikuti tes di pusat-pusat UTBK terdekat tempat tinggal. Total ada 74 pusat UTBK. ”Pilihlah pusat UTBK terdekat. Pertengahan Juni, kami akan koordinasi dengan Satgas Covid-19 dan kementerian. Jika ternyata ada pusat UTBK yang berada di zona merah, akan ditinggal. Nanti kami evaluasi,” kata Budi.
Oleh YOVITA ARIKA
Editor: EVY RACHMAWATI
Sumber: Kompas, 31 Mei 2020