Literasi Digital; Euforia Teknologi di Tengah Abai Budaya

- Editor

Jumat, 16 September 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jumlah pengguna internet di Indonesia tahun ini diperkirakan melonjak hingga 130 juta orang atau naik 41,9 juta orang dibandingkan tahun 2014. Gelombang pasang pertumbuhan teknologi informasi ini dibiarkan datang bertubi-tubi, sementara di sisi lain budaya berteknologi masih diabaikan.

Hal yang paling memprihatinkan, 60-70 persen pengguna internet adalah anak-anak di bawah umur (di bawah 18 tahun menurut undang-undang) yang setiap saat bisa ”melahap” apa pun dari tsunami saat ini. ”Ini yang menimbulkan kerisauan karena digital native kita adalah anak-anak. Apakah mereka telah disiapkan dengan kemampuan untuk memilah dan memilih informasi? Apakah mereka terbiasa menentukan sikap berdasarkan informasi yang mereka baca?” kata Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Watch Donny B Utoyo dalam diskusi terbatas di Redaksi Kompas, Jakarta, pekan lalu.

Berkaca dari data riset Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia dan Pusat Kajian Komunikasi Universitas Indonesia 2014, dari 88,1 juta pengguna internet, 79 juta pengguna aktif di media sosial, dengan 66 juta orang di antaranya menggunakan telepon pintar. ”Kalau kita ingat zaman dulu, telepon seluler yang bisa koneksi internet harganya sekitar Rp 10 juta. Namun sekarang, dengan Rp 1 juta, kita sudah bisa berkoneksi internet. Sekarang kita sudah menjadi pasar teknologi murah dengan kebebasan berekspresinya juga,”papar Donny.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Diabaikan
Dalam kondisi seperti ini, Donny mempertanyakan, mengapa tak ada pihak yang mau berbicara perspektif lain terkait teknologi, bukan semata-mata soal dampak negatifnya, tetapi kira-kira hal apa yang perlu diwaspadai. Pertanyaan serupa disampaikan sosiolog Universitas Gadjah Mada, Arie Sujito Rabu (7/9). Ia menyebut teknologi talah menjadi arena konsumerisme tanpa memperhitungkan budaya berteknologi.

”Sekarang terjadi gap antara proses instrumentasi teknologi dan kultur berteknologi.Semua perangkat teknologi tersedia dan orang dimudahkan dalam mengerjakan apa pun tetapi bagaimana memahami alat menjadi sarana budaya belum sepenuhnya dimanfaatkan, ” ujarnya.

Menurut Arie, pada era saat ini, kultur teknologi masyarakat perlu dimatangkan terlebih dulu. ”Teknologi sering kali disebut sebagai ancaman, padahal yang jadi masalah adalah masih adanya gap antara proses instrumentasi teknologi dan budaya berteknologi kita. Yang perlu dipersiapkan adalah bagaimana memanfaatkan teknologi untuk menyejahterakan masyarakat. Ternyata pemerintah kita belum punya arah ke sana, ” tuturnya.

Sejumlah upaya telah dilakukan pemerintah, antara lain melakukan pemblokiran terhadap situs-situs yang dinilai tidak mendidik. Meski demikian, upaya pemangkasan di tengah ”hutan belantara” dunia maya merupakan kemustahilan dan justru akan memicu permasalahan yang lebih besar.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara membenarkan pentingnya penguatan literasi digital khususnya bagi anak-anak dan generasi muda.

”Kita tidak mungkin menerapkan pemblokiran situs-situs seperti yang dilakukan Tiongkok. Selain karena biayanya mahai sekali, pemblokiran situs-situs negatif sulit dilakukan. Jumlahnya sangat banyak, ada lebih dari 800.000 situs,” kata Rudiantara, beberapa waktu lalu. (ALOYSIUS B KURNIAWAN)

Sumber: Kompas, 5 September 2016

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB