LIPI Ajukan Kapal Baru

- Editor

Senin, 25 April 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Baruna Jaya VII Tidak Optimal Lagi Menunjang Riset
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia membutuhkan dua kapal riset baru untuk melengkapi kemampuan penelitian kelautan. Selain karena butuh pembaruan alat, satu dari dua kapal LIPI saat ini, yakni Kapal Riset Baruna Jaya VII, tak layak lagi untuk penelitian.

LIPI merencanakan pembelian kapal baru sejak dua tahun lalu. “Kami usul dua kapal, satu untuk di sini (Jakarta) dan satu di Ambon (Maluku),” kata Kepala LIPI Iskandar Zulkarnain, Sabtu (24/4), di sela kunjungan anggota Komisi VII DPR ke Baruna Jaya VIII (BJ VIII) di Jakarta.

Dipimpin Ketua Komisi VII Gus Irawan Pasaribu, anggota DPR melihat fasilitas BJ VIII, lalu menerima paparan hasil dan rencana riset LIPI. Mereka juga merasakan pelayaran kapal riset hingga area Kepulauan Seribu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kapal BJ VIII panjang 50 meter yang dibuat galangan kapal Mjellem & Karlsen, Norwegia, tiba di Indonesia tahun 1998. Namun, BJ VIII masih prima dan mumpuni untuk riset.

Adapun kapal BJ VII dengan panjang 49,9 meter yang ditempatkan di Ambon untuk kegiatan riset Pusat Penelitian Laut Dalam LIPI sama-sama berusia 18 tahun. Iskandar mengatakan, rancangan BJ VII meniru BJ VIII, tetapi kualitas keluarannya berbeda. Getaran dan kebisingan BJ VII melebihi yang disyaratkan bagi kapal riset sehingga, jika dipasangi alat riset, hasil pengukurannya tidak akan akurat.

Alhasil, BJ VII yang sedianya untuk bermacam riset laut dalam (kedalaman laut dalam lebih dari 200 meter) saat ini sekadar menjalankan operasi riset perikanan guna kajian stok ikan. Jika cuaca buruk, kapal akan berlayar di dekat daratan yang dangkal.

Ketinggalan zaman
Menurut Kepala Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Dirhamsyah, alat-alat riset di BJ VIII saat ini ketinggalan zaman meski masih bisa beroperasi. BJ VIII tak bisa memenuhi kebutuhan eksplorasi salah satu mineral laut berharga, nodul mangan.

214f61638c4f4900932585b54c38c771Sementara itu, India, Tiongkok, dan Australia sudah gencar mengeksplorasi. “Nodul mangan bernilai jutaan dollar AS, tetapi hingga saat ini belum bisa dimanfaatkan. Kita tak tahu di mana lokasinya,” ujar Dirhamsyah.

Menurut rencana, kedua kapal baru usulan LIPI punya panjang 74 meter dan dilengkapi peralatan termutakhir. Salah satu kapal akan ditempatkan di Ambon menggantikan BJ VII guna riset laut dalam, khususnya Laut Banda dan Samudra Pasifik. Kapal lain di Jakarta dengan fokus laut di Indonesia barat, termasuk Samudra Hindia. BJ VIII tetap dipakai riset laut dangkal. Total biaya membuat dua kapal diperkirakan Rp 1 triliun.

Iskandar mengatakan, penentuan spesifikasi kapal dan alat di kapal sudah melalui pembahasan dengan pemangku kepentingan bidang kelautan. Dengan demikian, tidak hanya memenuhi kebutuhan LIPI, tetapi juga sejumlah pihak, seperti untuk eksplorasi bahan tambang di laut.

Dirhamsyah menambahkan, pembelian kapal sebaiknya menggunakan skema kredit ekspor dengan bunga tinggi, tetapi diikuti pengajuan skema campuran kredit ekspor ditambah subsidi negara atau lembaga asing berupa hibah riset sehingga akhirnya jadi pinjaman lunak berbunga rendah. Dengan begitu, kemitraan tak hanya demi membuat kapal, tetapi menjalankan riset bersama setelah kapal jadi.

LIPI sudah menyerahkan program-program ke Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan disetujui guna ditawarkan kerja sama dengan negara dan lembaga asing. Tahun ini, negosiasi diharapkan berjalan sehingga tahun 2017 kapal pertama siap dibuat. (JOG)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 April 2016, di halaman 14 dengan judul “LIPI Ajukan Kapal Baru”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Berita Terbaru

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB