Layanan Kesehatan di DKI Jakarta Terancam Ambruk

- Editor

Kamis, 10 September 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Layanan kesehatan di DKI Jakarta terancam ambruk. Kapasitas rumah sakit di Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta diperkirakan penuh pada minggu keempat September 2020 sehingga penanganan pasien dikhawatirkan tak optimal.

Kapasitas rumah sakit di Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta diperkirakan penuh pada minggu keempat September 2020. Jika penambahan jumlah kasus positif Covid-19 atau penyakit yang disebabkan virus korona tipe baru terus terjadi seperti saat ini, jumlah kematian total di Jakarta saja diperkirakan bisa mencapai 3.000 orang pada akhir Oktober 2020.

Perhitungan kapasitas rumah sakit dan risiko kematian karena Covid-19 disampaikan Lapor Covid-19 bersama tim Social Resilience Lab Nanyang Technological University (NTU) dan hasilnya dipaparkan secara daring pada Rabu (9/9/2020).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Kami menggunakan pendekatan model matematika ditunjang dengan studi literatur dan data jumlah tempat tidur (TT) ICU, bed occupancy rate (BOR), serta tren data kasus Covid-19 di DKI Jakarta,” kata Fredy Tantri, peneliti dari NTU.

Dengan mengorelasikan data jumlah positif aktif yang dirawat dengan keterpakaian tempat tidur ICU (ruang perawatan intensif) bulan sebelumnya, tim memprediksi jumlah maksimum pasien yang bisa dirawat dan berisiko meninggal jika kapasitas terlewati.

Dalam analisis ini, tim memperhitungkan penambahan kasus positif, sedangkan untuk kapasitas rumah sakit sudah memperhitungkan rencana penambahan tempat tidur ICU sekitar 30 persen. Namun, analisis belum memasukkan kondisi di Wisma Atlet. ”Setelah ada penambahan tempat tidur ICU, kapasitas maksimal tempat tidur ICU di Jakarta sekitar 5.500 unit,” kata Fredy.

Tim peneliti kemudian melakukan analisis berdasarkan dua skenario. Jika dilakukan upaya pembatasan sosial ketat sehingga puncak kasus terjadi pada September 2020, akan ada 13.000 kasus aktif, dan selebihnya akan terjadi penurunan. Dengan asumsi 38 persen dari kasus aktif ini butuh perawatan, kapasitas rumah sakit di Jakara masih bisa menampung lonjakan pasien.

Namun, jika laju penambahan kasus seperti saat ini, rumah sakit dipastikan tidak akan mampu lagi menampung pasien. ”Dengan tren saat ini, pada 22 September kapasitas rumah sakit di Jakarta sudah akan penuh. Setelah titik ini, kalau ada pasien baru, sudah tidak bisa dirawat,” katanya.

Menurut Fredy, jika 22 persen saja dari pasien Covid-19 yang tidak bisa mendapatkan perawatan di rumah sakit meninggal, angka kematian pada dua bulan ke depan akan mencapai tiga kali lipat dari saat ini. ”Jadi, setidaknya akan ada terjadi 3.000 kematian di Jakarta pada akhir Oktober 2020 nanti. Itu baru total kematian dari kasus yang terkonfirmasi positif, belum yang suspek,” ujarnya.

Tingkat kematian 22 persen ini, menurut Fredy, mengacu pada studi di Jerman yang mengukur tingkat kematian di Jerman saat ledakan awal pandemi terjadi ketika dokter belum tahu perawatan terbaik. Tingkat kematian di Jakarta yang dialami pasien yang tak mendapat perawatan rumah sakit bisa lebih besar lagi.

Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengatakan, saat ini DKI berhasil meningkatkan kapasitas tes. Namun, itu juga harus diikuti dengan peningkatan isolasi dan perawatan. ”Memang benar saat ini mulai meningkatkan kapasitas jumlah tempat tidur. Total tempat tidur setelah penambahan memang 5.500, itu sudah maksimal yang bisa dilakukan,” tuturnya.

Selain itu, menurut Widyastuti, Pemda DKI juga sudah berupaya merekrut tambahan tenaga kesehatan. ”Kami baru selesai merekrut tenaga profesional sejumlah dokter spesialis dari berbagai daerah lain. Dari 1.170-an yang melakukan registrasi, yang datang ke Jakarta baru 600-an orang,” tuturnya.

Pembatasan sosial
Sekalipun sudah ada upaya meningkatkan kapasitas layanan kesehatan, menurut Widyastuti, hal ini tetap tidak akan cukup jika lonjakan pasien terus terjadi. Dari perhitungan yang sudah dilakukan Pemda DKI, pasien dengan gejala sedang hingga berat yang membutuhkan perawatan rumah sakit sekitar 37 persen, hampir sama dengan perhitungan Fredy.

”Kami juga sudah hitung kemungkinan penambahan kasus harian, memang benar, tanpa intervensi, fasilitas kesehatan kita tidak akan cukup lagi. Kita butuh intervensi lebih masif dan memberi daya ungkit besar untuk membatasi mobilitas orang,” kata Widyastuti.

Sulfikar Amir, profesor di Social Resilience Lab NTU, mengatakan, DKI Jakarta harus menginjak rem dengan menerapkan kembali pembatasan sosial dengan lebih ketat guna menghindari bencana lebih besar. ”Jumlah kematian ini bisa dihindarkan jika ada keputusan yang tegas,” ujarnya.

Sulfikar mengatakan, menekan laju penularan bisa dilakukan dengan intervensi dalam level komunitas dan individu. Level komunitas ini melalui pemberlakuan kembali pembatasan mobilitas penduduk, mengurangi aktivitas yang berisiko, termasuk perkantoran. Sementara di level individu dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan, seperti pemakaian masker, cuci tangan, dan menjaga jarak.

”Namun, dengan laju kasus seperti ini, intervensi individu tidak akan cukup. Memakai masker saja tidak cukup jika mobilitas penduduk tidak dibatasi. Ini saatnya Presiden Joko Widodo membuktikan pernyataannya untuk memprioritaskan kesehatan,” ungkapnya.

Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menyebutkan, jumlah kasus di Indonesia secara nasional bertambah 3.307 kasus baru sehingga total sebesar 203.342 orang. Adapun korban jiwa bertambah menjadi 106 orang sehingga menjadi 8.336 kasus.

Sebanyak 1.004 kasus baru ini ditemukan di Jakarta, yang melaksanakan pemeriksaan sebanyak 7.923 orang dari total orang yang dites di seluruh Indonesia sebanyak 15.335 orang. Itu berarti pemeriksaan di Jakarta mencapai 52 persen dari total pemeriksaan di Indonesia.

Dalam sepekan terakhir, rasio kasus positif di Jakarta telah mencapai 12,2 persen, sedangkan angka nasional 19,6 persen. Angka rasio positif ini cenderung meningkat dan itu menandai jumlah kasus yang melaju, sementara jumlah tes masih sangat kurang, khususnya di luar Jakarta.

Oleh AHMAD ARIF

Editor: EVY RACHMAWATI

Sumber: Kompas, 9 September 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB