LAPAN Merintis Komersialisasi Satelit Mikro

- Editor

Rabu, 4 April 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penguasaan teknologi persatelitan dirintis dengan merancang bangun satelit mikro LAPAN TUBSat atau LAPAN A-1 yang meluncur pada 2007. Kemandirian dalam perekayasaan satelit dicapai pada pembuatan LAPAN A2 dan A3. Pengembangan satelit mikro ini akan berlanjut sampai generasi A-5 bermuatan sistem Radar.

Satelit Seri A ini masih eksperimental. Setelah tahun 2022, LAPAN akan mengarah pada pembuatan satelit mikro yang operasional untuk tujuan komersial. Itu diharapkan terlaksana dengan terbitnya Peraturan Presiden yang baru tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.

Ruang Kendali Antena S-X Band (Kompas/Yuni Ikawati)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin mengatakan hal itu, pada peresmian antena S-X Band Pusat Kontrol Misi di Pusat Teknologi Satelit LAPAN, Rancabungur Bogor, Selasa (3/4). Antena ini diresmikan Kepala LAPAN bersama Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Dimyati serta wakil dari Komisi VII DPR Nawawi Saleh.

Setelah tahun 2022, LAPAN akan mengarah pada pembuatan satelit mikro yang operasional untuk tujuan komersial

Pengoperasian satelit mikro saat ini jadi pilihan banyak negara karena antara lain biaya pembuatan dan peluncurannya di orbit rendah yang lebih murah dibanding satelit menengah dan besar di orbit geostasioner. Bila stasiun berbobot 500-1.000 kilogram butuh biaya Rp 1,5 triliun, maka satelit mikro di orbit rendah Rp 100 miliar-200 miliar.

Pembuatan satelit mikro ini antara lain untuk layanan sambungan komunikasi. Penerapannya bekerja sama dengan PT Telkom. Menanggapi rencana itu, Ketua Asosiasi Satelit Indonesia, Hendra Gunawan mengatakan operator satelit di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa, mulai beralih ke orbit rendah untuk mengatasi kendala sambungan komunikasi dan meningkatkan resolusi gambar atau citra.

Pada acara itu, LAPAN menandatangani nota kesepahaman dengan Telkom, Institut Pertanian Bogor, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Syah Kuala, Surya University, dan Universitas Bandar Lampung. Kerja sama itu meliputi pengembangan satelit nano dan mikro bagi orbit rendah dan pemanfaatan datanya.

“Dengan Unsyah di Banda Aceh, akan dirintis pembangunan stasiun pengendali satelit,” kata Kepala Bidang Diseminasi Pusat Teknologi Satelit Wahyudi Hasbi.

Antena
Sejauh ini, antena S-X band diimpor dari AS. Menurut Wahyudi, peneliti di Pusat Teknologi Satelit, pihaknya mampu membuat peranti lunak aplikasi untuk pengoperasian antena ini. Peluang kerja sama dengan asing untuk pengendalian satelit datang dari India yang akan mendaratkan wahana ruang angkasanya di Bulan. Swedia dan Norwegia pun tertarik memanfaatkan antena itu untuk mengendalikan satelit.

Antena Full Motion S-X Band di Pusteksat LAPAN (Kompas/Yuni Ikawati)

Komersialisasi layanan bidang persatelitan ini tak hanya untuk perancangan dan pembuatan satelit bagi industri nasional. Tujuan lain adalah, mengendalikan orbit satelit asing memakai stasiun Bumi milik LAPAN. Antena full motion berdiameter 11,28 meter ini terbesar di Indonesia. Antena ini terintegrasi dengan bangunan pusat pengendali misi satelit di LAPAN.

Selain itu, antena tersebut bisa menerima dua frekuensi frekuensi S dan X band serta transmisi pada frekuensi S-band. Fungsi antena tersebut yaitu UNTUK mengunduh data muatan satelit LAPAN-A3/ LAPAN-IPB berupa data gambar. Antena tersebut juga dapat menerima data Automatic Identification System (AIS) yang berasal dari kapal-kapal laut di seluruh dunia.

Antena ini bukan hanya dapat menerima data satelit LAPAN, tapi juga mampu mengunduh data dari satelit milik luar negeri. Satelit yang dapat diterima yaitu misalnya Terra, Aqua, dan Landsat-8 atau satelit yang bekerja pada frekuensi tersebut. Antena tersebut juga dirancang untuk dapat menerima dan mengirimkan data satelit LAPAN generasi selanjutnya.

Dengan antena ini, operasi misi satelit LAPAN dan juga penerimaan data satelit lainnya dapat berjalan secara optimal. Hal ini merupakan langkah maju dalam mewujudkan pencapaian kemandirian penguasaan teknologi di Indonesia.

Antena S-X band berdiameter 11 meter lebih mampu mengendalikan 7 satelit perhari (Kompas/Yuni Ikawati)

YUNI IKAWATI

Sumber: Kompas, 4 April 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 13 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB