Kebakaran hutan dan lahan gambut di Muaro Jambi diduga berasal dari areal dua perusahaan dengan luas masing-masing 500 hektar. Kebakaran ini menyebabkan langit Jambi memerah pada Sabtu (22/9/2019) siang.
Kebakaran hutan dan lahan gambut di Muaro Jambi diduga berasal dari areal dua perusahaan dengan luas masing-masing 500 hektar. Kebakaran di lahan gambut ini menyebabkan langit Jambi memerah pada Sabtu (22/9/2019) siang karena banyaknya titik panas dan tebalnya kabut asap.
“Laporan dari petugas di lapangan, areal yang terbakar di Muaro Jambi dari Perusahaan PT P dan PT PDI. Masing-masing 500 hektar. Penyebab kebakaran menurut analisa satuan tugas adalah sengaja dibakar dengan cara yang sistematis,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, di Jakarta, Minggu (22/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Doni, indikasi pembakaran secara sengaja ini telah dilaporkan ke polisi dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Direktur dan penanggungjawab perusahaan di Jambi juga sudah diketahui. “Pelaku dan pihak yang bertanggungjawab harus dihukum setimpal,” kata dia.
Menurut Doni, hampir semua kebakaran yang terjadi merupakan kesengajaan. Kebakaran umumnya juga terjadi di luar areal perkebunan dan 80 persen setelah dibakar kemudian menjadi perkebunan sawit atau tanaman perkebunan lain.
Doni menegaskan, areal yang dibakar di Muaro Jambi kali ini merupakan gambut sehingga upaya pemadamannya tidak mudah. Jumlah titik panas di Jambi terus bertambah, pada Sabtu pukul 20.00 terdeteksi mencapai 660 titik dan 544 di antaranya berasal dari Muaro Jambi. Jumlah ini merupakan yang tertinggi Sumatera. Sedangkan pada Minggu terdeteksi 122 titik panas di Muaro Jambi.
“Rencana Senin (23/9) pagi, Hercules akan menabur kapur tohor (CaO) di daerah Jambi untuk meluruhkan asap yang terperangkap di ketinggian sekitar 3.000 sampai 7.000 kaki, sehingga cahaya matahari terbuka dan membantu penguapan. Berikutnya, akan dilakukan penaburan NaCL untuk hujan buatan,” kata Doni.
Anomali warna langit
Data Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berdasarkan hasil analisis citra satelit Himawari-8, merekam adanya sebaran asap sangat tebal di Muaro Jambi. “Asap di Muaro Jambi terdeteksi beda dengan daerah lain yang juga kebakaran. Di wilayah lain pada satelit tampak berwarna cokelat, namun di Muaro Jambi menunjukkan warna putih yang mengindikasikan bahwa lapisan asapnya sangat tebal,” kata Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Siswanto.
Menurut Siswanto, langit berwarna merah di Muaro Jambi disebabkan oleh adanya pembiasan sinar matahari karena banyaknya partikel berukuran kecil atau aerosol di udara. Fenomena ini dikenal sebagai mie scattering, yang terjadi jika diameter aerosol dari polutan di atmosfer sama dengan panjang gelombang dari sinar tampak matahari.
–Sebaran titik panas dan kondisi udara di sejumlah wilayah pada Minggu (22/9). Sumber: BNPB
Panjang gelombang sinar merah berada pada ukuran 0,7 mikrometer. Dari pantauan BMKG diketahui bahwa konsentrasi debu partikulat polutan berukuran kurang dari 10 mikrometer (PM 10) sangat tinggi di sekitar Jambi, Palembang, dan Pekanbaru. Tetapi langit yang berubah merah hanya terjadi di Muaro Jambi.
“Ini berarti debu polutan di daerah Muaro Jambi yang dominan berukuran sekitar 0,7 mikrometer atau lebih konsentrasinya sangat tinggi. Selain konsentrasi tinggi, tentunya sebaran partikel polutan ini juga luas sehingga membuat langit berwarna merah,” kata dia.
Menurut Siswanto, anomali warna langit juga pernah terjadi di Palangkaraya saat kebakaran hutan tahun 2015. Tahun 2015. Saat itu, Palangkaraya beberapa kali mengalami langit berwarna oranye. “Ini berarti ukuran debu partikel polutan (aerosol) saat itu dominan lebih kecil daripada fenomena langit memerah di Muaro Jambi kali ini,” kata dia.
Siswanto menambahkan, tebalnya asap juga didukung oleh tingginya konsentrasi debu partikulat polutan berukuran di bawah 10 mikron (PM10). Pengukuran di Jambi pada Sabtu tengah malam konsentrasi PM 10 mencapai 373,9 mikron per meter kubik atau kategori tidak sehat. Setelah konsentrasinya sempat turun di Minggu siang hingga rata-rata 150 mikron per meter kubik, mulai pukul 14.00 WIB konsentrasi PM 10 kembali di atas 350 mikron per meter kubik.
Konsentrasi PM 10 yang sangat tinggi juga terdeteksi di Pekanbaru, yang sepanjang hari Minggu berada di atas 350 mikron per meter kubik, bahkan sempat mencapai angka 550 mikron per meter kubik pada pukul 8.00 WIB.
Pencegahan bahaya
Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Agus Dwi Susanto mengatakan, tingginya konsentrasi partikel pencemar pada kabut asap sangat membahayakan kesehatan. Selain dampak jangka pendek berupa berbagai penyakit pernafasan hingga jantung, asap kebakaran juga bisa berdampak jangka panjang.
“Kami pernah meneliti, masyarakat yang terpapar asap kebakaran pada 2015 dan dipantau selama enam bulan. Rata-rata penurunan fungsi paru yang tidak bisa kembali lagi. Kadar karsinogen di dalam darah mereka mengalami peningkatan. Sekalipun ada pemulihan setelah enam bulan, namun kalau tiap tahun terpapar asap risikonya sangat tinggi,” kata dia.
Dia menyarankan agar masyarakat mengurangi aktivitas di luar ruangan. “Pintu, jendela, atau ventilasi angin ditutup dulu. Kalau perlu ditambahi handuk basah. Prinsipnya seminimal mungkin partikel masuk di dalam rumah,” kata dia.
Jika pun mau keluar ruangan, Agus menyarankan agar memakai masker yang ada respiratornya, minimal tipe N95. “Masker N95 akan mengurangi partikel pencemar sekitar 90 persen. Kalau masker biasa hanya sekitar 40 persen,” kata dia.
Selain itu, menurut Agus, sebaiknya melakukan pencegahan sekunder, yaitu dengan segera ke dokter atau rumah sakit jika mulai muncul keluhan. Sedangkan, untuk masyarakat yang telah menderita penyakit jantung dan asma, harus sedia obat.
Oleh AHMAD ARIF
Sumber: Kompas, 22 September 2019