Organisasi Kesehatan Hewan Dunia mengeluarkan panduan penggunaan laboratorium kesehatan hewan untuk pengujian virus Covid-19 pada manusia.
Sejumlah laboratorium kesehatan hewan di Amerika Serikat membantu tes virus Covid-19 bagi penduduk negara tersebut. Langkah ini perlu ditiru Indonesia karena kebijakan Satu Kesehatan antara kedokteran manusia dan kedokteran hewan telah diterapkan di dunia. Organisasi Kesehatan Hewan Dunia juga telah mengeluarkan panduan penggunaan laboratorium kesehatan hewan tersebut.
”Kami PB PDHI sangat mendukung apabila pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan, akan melibatkan lab keswan (laboratorium kesehatan hewan) yang memilki fasilitas untuk memeriksa virus Covid-19. Kami yakin bahwa lab keswan mampu untuk melaksanakan,” kata Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI) Drh Muhammad Munawaroh di Jakarta, Rabu (1/4/2020), menanggapi keluarnya panduan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (Office International Des Epizooties/OIE) tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Panduan OIE tersebut berjudul ”Dukungan Laboratorium Hewan untuk Kesehatan Masyarakat” yang dapat diakses di situs web www.OIE.int.
Dalam pengantar panduan disebutkan, pendekatan kolaboratif multidisiplin diperlukan untuk meminimalkan dampak Covid-19. Layanan kesehatan hewan dapat mendukung layanan kesehatan masyarakat untuk memenuhi lonjakan yang luar biasa dalam permintaan untuk pengujian diagnostik sampel manusia untuk SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, dengan menyediakan laboratorium hewan yang kompeten.
Di beberapa negara, demikian OIE, layanan diagnostik laboratorium manusia ada di kapasitas maksimum dan, sebagai alternatif, laboratorium kesehatan hewan diminta untuk memberikan dukungan. ”Laboratorium hewan memiliki posisi yang baik karena mereka memiliki pengalaman dalam penjaminan mutu, keamanan hayati dan biosekuritas, dan pengujian tinggi untuk pengawasan dan pengendalian penyakit menular pada hewan, yang beberapa di antaranya adalah zoonosis,” demikian OIE.
KOMPAS/FABIO MARIA LOPES COSTA–Tim Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Papua yang akan memeriksa sampel pasien dengan pengawasan virus korona di Jayapura, Papua, beberapa waktu lalu.
Selain itu, lanjut OIE, layanan kedokteran hewan dapat memberikan keahlian di bidang epidemiologi, penilaian risiko, serta pelatihan dan komunikasi risiko. Pengujian spesimen manusia di laboratorium hewan harus dipimpin oleh pemerintah yang terkoordinasi. Respons kesehatan dan laboratorium yang melakukan diagnosis Covid-19 harus memastikan kepatuhannya pada peraturan tentang pengujian laboratorium spesimen manusia.
Munawaroh lebih lanjut menjelaskan, Indonesia telah memiliki pengalaman penerapan Satu Kesehatan saat terjadi wabah flu burung di Indonesia beberapa waktu lalu. Saat ini laboratorium kesehatan hewan hampir tersebar di berbagai wilayah Indonesia, Balai Besar Penelitian Veteriner di Bogor dan Balai Penelitian Veteriner (Balitvet) di sejumlah daerah. Selain itu, Fakultas Kedokteran Hewan di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia juga memiliki laboratorium yang memadai untuk tes virus Covid-19.
”Semoga One Health (Satu Kesehatan) terwujud dalam penanggulangan Covid-19 ini,” ujar Munawaroh.
Saat ini, sejumlah laboratorium kesehatan hewan di Amerika Serikat telah membantu tes virus Covid-19. Situs web whotv.com dan kcrg.com, misalnya, memberitakan, Laboratorium Diagnostik Hewan Universitas Iowa, AS, membantu meningkatkan kapasitas pengujian di Laboratorium Higienis Negara di Universitas Iowa. Gubernur Iowa Kim Reynolds dan Otoritas Pengembangan Ekonomi Iowa bekerja sama untuk membuat dua laboratorium ini berkolaborasi buat membantu pengujian Covid-19.
KOMPAS/HARIS FIRDAUS–Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sultan Hamengku Buwono (HB) X mengunjungi laboratorium milik Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta di Kabupaten Bantul, DIY, Rabu (18/3/2020). Kunjungan itu untuk memastikan kesiapan BBTKLPP Yogyakarta memeriksa sampel pasien yang diduga terinfeksi penyakit Covid-19 karena virus korona jenis baru. BBTKLPP Yogyakarta bertugas memeriksa sampel pasien dari wilayah DIY dan Jawa Tengah.
”Ini penting karena salah satu metode penting dalam membantu mengendalikan segala jenis wabah, apakah kita berbicara tentang wabah pada hewan atau wabah penyakit pada manusia, adalah mampu dengan cepat mendeteksi siapa yang terinfeksi dan siapa yang tidak, dan kemudian mengelola orang atau hewan yang terinfeksi dan tidak terinfeksi,” kata dosen FKH Universitas Iowa, Drh Dan Groom, seperti dikutip WhoTV.com pada 29 Maret 2020.
Untuk melakukan ini, Laboratorium Diagnostik Hewan Universitas Iowa mengirimkan peralatan yang dapat mendeteksi DNA virus dalam sampel. Alat-alat ini dapat melakukan tes sampel dengan cepat sepanjang hari. Universitas juga telah menginventarisasi semua alat pelindung diri serta ventilator sehingga mereka dapat digunakan saat dibutuhkan.
Misi mereka adalah untuk meningkatkan semua jenis darurat kesehatan dan contoh yang baik dari ini adalah flu burung tahun 2015.
”Laboratorium diagnostik membantu menguji unggas sehingga kami dapat mengelola wabah penyakit itu pada unggas. Kami siap melayani masyarakat dengan berbagai cara, apakah itu masalah kesehatan hewan atau masalah kesehatan masyarakat, itu bagian dari misi kami di sini,” kata Groom.
REUTERS/EDGAR SU–Ilmuwan Badan Teknologi (HTX) menunjukkan, tanpa sampel langsung, proses ekstraksi kit uji coronavirus mereka di laboratorium mereka di Singapura, 5 Maret 2020. Kit uji ini, kolaborasi antara HTX dan Veredus Laboratories, mendeteksi coronavirus..
Mantan penyidik penyakit hewan di Balitvet Denpasar, Drh Soeharsono, mengatakan, kini saatnya konsep Satu Kesehatan diimplementasikan dalam penanggulangan Covid-19. Namun, agar hasilnya sesuai dengan standar, diperlukan harmonisasi laboratorium kesehatan hewan dan laboratorium manusia.
”Pengujian tidak melibatkan virus hidup. Artinya, virus diinaktivasi dulu demi keselamatan operator,” katanya.
Sebelum digunakan, laboratorium kesehatan hewan perlu ditinjau dulu oleh pihak indipenden, terutama melihat aspek keamanan biologi, yakni keamanan dalam laboratorium dan keamanan tidak menyebarkan virus keluar.
”Sebagai tambahan, labkeswan dites dulu dengan spesimen yang sama dengan yang dites di laboratorium Kemenkes. Lalu evaluasi hasilnya. Bila dinilai bagus, baru boleh ikut mengetes coronavirus. Saya yakin, labkeswan dapat melakukan tugas dengan baik hingga mempercepat diagnosis laboratorium,” kata Soeharsono.
Oleh SUBUR TJAHJONO
Sumber: Kompas, 2 April 2020