Krisis Belum Lewat, Pemantauan Gunung Agung Diintensifkan

- Editor

Selasa, 3 Oktober 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kegempaan di Gunung Agung, Bali, terpantau stagnan. Meski demikian, penurunan kegempaan ini tidak menandai bahwa krisis Gunung Agung terlewati. Pemantauan masih diintensifkan menyusul meningkatnya sejumlah parameter amatan lainnya.

“Data terakhir yang kami miliki, saat ini terjadi peningkatan tegangan dan suplai gas di Gunung Agung akibat pergerakan magma,” kata Kepala Subbidang Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Devy Kamil Syahbana, Senin (2/10), di Jakarta.

Indikasi ini, menurut Devy, terpantau dengan adanya penurunan cepat rambat gelombang dalam medium atau dikenal dengan dv/v di dalam tubuh Gunung Agung. Penurunan cepat rambat (velocity drop) ini merefleksikan peningkatan tegangan atau peningkatan pasokan gas akibat pergerakan magma.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Sebelum letusan Gunung Sinabung 2013 juga ada penurunan velocity. Ini salah satu alasan mengapa kami perlu bersiap untuk skenario letusan meskipun bisa saja nanti cepat rambatnya kembali normal kalau energi magmanya habis,” katanya.

Sejak September, kata Devy, muncul rekahan baru di kawah dan menjadi jalan keluar gas yang dipicu pergerakan magma. Keluarnya gas ini bisa berkontribusi pada pengurangan tekanan di perut gunung. “Akan tetapi, kami juga perlu terus melihat apakah injeksi magma masih terus berlangsung. Melihat jumlah gempa yang masih sangat tinggi, yaitu lebih dari 700-an per hari, maka kecenderungan saat ini adalah masih terus berlangsung pengisian magma,” katanya.

Menurut Devy, letusan akan terjadi jika tekanan akibat pergerakan magma ini mampu menjebol sumbat lava di mulut kawah yang terbentuk dari letusan pada 1963. “Kesimpulannya, saat ini masih periode kritis. Harapannya, injeksi magma berkurang dan pelepasan gas ke permukaan berjalan lancar sehingga tekanan di dapur magma berkurang dan gunungnya tidak jadi meletus,” ujar Devy.

Agustan, ahli penginderaan jauh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, mengatakan, berdasarkan pemantauan citra satelit radar dengan teknik Interferometric Synthetic Aperture Radar (InSAR), terdeteksi terjadi peningkatan tubuh Gunung Agung. Sejak 26 Februari hingga 30 September 2017 (216 hari), terlihat inflasi atau penggembungan kawah sekitar 4 sentimeter. “Sekalipun terjadi pengembangan tubuh gunung, kapan meletus, sama misterinya dengan kapan terjadi gempa,” katanya.

Untuk meningkatkan keakurasian hasil pemantauan aktivitas vulkanik Gunung Agung, kata Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Badan Geologi Gede Suantika, Jumat lalu ada penambahan tiga stasiun pemantauan gempa.

“Kami juga menambah kamera pemantau untuk mengetahui kondisi visual Gunung Agung padamalam hari,” ujarnya.
(AIK/NIK)
————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Oktober 2017, di halaman 1 dengan judul “Krisis Belum Lewat, Pemantauan Diintensifkan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB