Kota dan Korona

- Editor

Rabu, 29 April 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Wabah korona lambat atau cepat pasti akan berlalu. Banyak hikmah yang didapat, mulai dari menerapkan pola hidup bersih dan sehat dalam keluarga hingga membangun budaya baru belajar-bekerja-beribadah dari rumah.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO—Bunga mekar dengan latar belakang langit biru di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (2/4/2020). Imbaun Pemerintah untuk bekerja di rumah, belajar di rumah, beribadah di rumah, dan pembatasan sosial sebagai upaya pencegahan meluasnya penularan Covid-19 membuat lalu lintas kendaraan dan aktivitas lain yang mengeluarkan polutan menurun drastis. Perlambatan aktivitas ini berdampak pada penurunan polusi udara.

Terima kasih korona, yang telah memaksa manusia mengubah sikap dalam kehidupan kita dan kota. Dalam upaya menjaga jarak, pemerintah harus bergerak cepat memetakan populasi dan daerah rentan penyebaran korona di tingkat provinsi, kota/kabupaten, kecamatan, dan kelurahan. Dibentuklah satuan tugas dan sistem tanggap bencana untuk mempermudah akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan, sekaligus mengendalikan penyebaran virus korona.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Salah satu upaya meredam penyebaran virus korona adalah menjaga kebersihan dan kesehatan dan itu dimulai dari rumah dan keluarga yang memiliki peran sentral untuk membangun budaya hidup bersih dan sehat.

Kebiasaan mencuci tangan setelah berkegiatan dan sebelum dan sesudah makan, mencuci buah-buahan dan sayuran sebelum dimakan, membersihkan diri sebelum beristirahat, serta berwudu sebelum beribadah merupakan cara-cara sederhana menanamkan pola hidup bersih dan sehat.

Hidup di negeri tropis, rumah sehat harus banyak bukaan pintu, jendela, dan lubang ventilasi untuk mengalirkan udara dan cahaya mentari. Kehadiran taman atau pot-pot tanaman di luar hingga dalam ruangan akan menyegarkan dan menyehatkan penghuninya.

Rumah sehat
Rumah yang bersih dan sehat akan membuat anak-anak belajar, orangtua bekerja, dan semua penghuni beribadah dengan nyaman dari rumah, dalam upaya meredam penyebaran virus korona.

Orangtua bisa menghidangkan makanan dan minuman higienis dan bergizi selama berkegiatan di rumah. Semua ini turut membangun budaya hidup sehat keluarga. Termasuk mengenalkan minuman tradisional, seperti jamu untuk menjaga stamina tubuh, sebagai bagian dari kearifan lokal.

Imbauan Presiden Joko Widodo untuk melakukan kegiatan belajar, bekerja, dan beribadah di rumah untuk mencegah penyebaran virus korona telah menyadarkan semua pihak (meskipun tidak semua pihak siap) bahwa ternyata banyak kegiatan yang dapat dilakukan dari dan di rumah.

Pengembangan belajar jarak jauh dengan sistem daring membutuhkan modul dan paket belajar terpadu, pengajar yang melek teknologi, dan pola ajar (alih ilmu, ruang diskusi, platform media, dan waktu belajar) yang sederhana dan mudah diikuti siswa-mahasiswa.

KOMPAS/ALIF ICHWAN–Satu keluarga yang tinggal di kawasan Pejaten, Pasar Minggu. Jakarta, Minggu (28/3/2020) memanfaatkan sinar matahari pagi dengan berjemur teras rumah. Berjemur saat ini menjadi aktivitas banyak orang, saat pandemi corona COVID-19 meluas di berbagai tempat.

Namun, dari sisi pelaksanaan bekerja dari rumah, harus dipahami bahwa tidak semua jenis pekerjaan dapat dilakukan di dan dari rumah. Hanya pekerjaan teknis yang mengandalkan pemikiran yang bisa dilakukan dari rumah, sedangkan pekerjaan fisik (buruh pabrik, petugas kebersihan, satuan pengamanan, dan kurir barang) hanya bisa di tempat kerja.

Prosedur operasional standar untuk menilai kinerja bekerja di rumah juga harus jelas. Namun, penyelenggaraan belajar dan bekerja dari rumah hanya akan berhasil jika didukung infrastruktur informasi teknologi dan pasokan listrik.

Pola belajar dan bekerja di rumah jika dilaksanakan sepenuhnya akan mengubah pola aktivitas warga kota. Itu berarti mengurangi bepergian ke sekolah, kantor, dan mengurangi penggunaan kendaraan, mengurangi kemacetan lalu lintas, dan mengurangi polusi udara.

Meski harus beribadah dari rumah, keyakinan dan keimanan warga meningkat. Kata-kata penyemangat dari pemuka agama pelbagai agama sedikit banyak memberikan keteduhan, kedamaian, dan ketenangan.

Wabah korona sebagai salah satu ujian dari Sang Pencipta bisa menjadi penguat imam dengan lebih memperbanyak ibadah (di rumah) mendekatkan diri kepada Sang Khalik.

Akan berlalu
Wabah korona lambat atau cepat pasti akan berlalu. Banyak hikmah yang didapat, mulai dari menerapkan pola hidup bersih dan sehat dalam keluarga, mewujudkan rumah sehat bersama, serta membangun budaya baru belajar-bekerja-beribadah dari rumah.

Semangat ini harus ditularkan dan disebarkan kepada tetangga lingkungan sekitar, dari tingkat RT/RW, kelurahan, kecamatan, hingga menjadi kota yang menyehatkan.

Pada akhirnya, kota harus dirancang untuk memperkuat kesehatan dan kualitas hidup penghuni kota.

(Nirwono Joga, Pusat Studi Perkotaan)

Sumber: Kompas, 29 April 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Gelombang Radio
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB