Konservasi; Ilmuwan Dunia Kumpul di Kalbar

- Editor

Rabu, 5 Agustus 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sejumlah ilmuwan dunia dari sejumlah perguruan tinggi, termasuk dari Universitas Harvard Amerika Serikat, akan menghadiri simposium di Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, 6-7 Agustus 2015. Selain memperingati berdirinya Pusat Penelitian Cabang Panti di Taman Nasional Gunung Palung, mereka siap membahas program konservasi dalam jangka panjang dan hasil penelitian bersama.

Keberadaan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) sangat strategis. TNGP memiliki 134 spesies mamalia, 202 spesies burung, 17 spesies reptil, 33 spesies amfibi, dan 833 spesies tumbuhan, termasuk ulin dan bangkirai yang langka. TNGP juga menjadi sumber air bersih dan irigasi pertanian. Namun, TNGP juga tak lepas dari ancaman pembalakan dan perburuan satwa langka.

Cassie Freund, Direktur Program Yayasan Palung, Selasa (4/8), mengatakan, kegiatan itu upaya mengedukasi masyarakat dan pemerintah daerah tentang penelitian serta pentingnya TNGP.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Kami mempertemukan peneliti lama ataupun baru, pekerja konservasi Indonesia ataupun internasional yang pernah meneliti di TNGP guna bekerja sama dalam jangka panjang untuk kelestarian,” tuturnya.

Stasiun penelitian
TNGP memiliki stasiun penelitian, yaitu Stasiun Penelitian Cabang Panti. Lokasi itu tempat penelitian ilmiah sangat penting di Kalbar sejak puluhan tahun lalu. “Peneliti dari sejumlah universitas dan lembaga ilmiah dalam dan luar negeri meneliti keragaman ekologi dan primata,” kata Cassie.

Board-Taman-Nasional-Gunung-PalungLebih dari 100 peneliti dari dalam dan luar Indonesia bekerja di stasiun penelitian itu sejak 1984. Penelitian mereka berkontribusi penting bagi ilmu pengetahuan tentang hutan tropis.

Beberapa ilmuwan siap hadir, antara lain Mark Leighton (ahli primatologi dan botani) dari Universitas Harvard dan Andrew Marshall (primatolog dan botanis) dari Universitas Michigan.

Selain itu, hadir tim fotografer alam liar dari National Geographic International, Cheryl Knott (Direktur Eksekutif Yayasan Palung, primatolog dan antropolog dari Universitas Boston), dan Suci Utami Atmoko (ahli primatologi dan ekologi) dari Universitas Nasional Indonesia).

Nikodemus, aktivis Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Kalbar, menuturkan, masyarakat di sekitar TNGP hendaknya dilibatkan juga untuk memberi masukan. “Jangan sampai misi menyelamatkan TNGP meninggalkan masyarakat di sekitar,” katanya. (ESA)
———————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Agustus 2015, di halaman 14 dengan judul “Ilmuwan Dunia Kumpuldi Kalbar”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Jumat, 13 Juni 2025 - 13:30 WIB

Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia

Berita Terbaru

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB