Konferensi Multi GNSS Asia ke-9, Aplikasi Sistem Satelit Navigasi Global Dorong Pertumbuhan Ekonomi

- Editor

Selasa, 10 Oktober 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pemanfaatan sistem satelit navigasi global atau GNSS kini semakin luas. Pilihan sistem satelit yang digunakan pun makin banyak, bukan hanya global positioning system atau GPS. Oleh karena itu, pemanfaatan multi-GNSS diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Bagi negara-negara berkembang, seperti Indonesia, aplikasi GNSS menawarkan cara yang lebih murah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Saat ini, aplikasi GNSS banyak digunakan untuk penentuan posisi, navigasi, dan waktu berbasis satelit. Ke depan, pemanfaatannya diyakini akan makin luas.

Pemanfaatannya dalam pembangunan jelas jauh lebih luas, mulai dari pemetaan lahan, survei pemantauan lingkungan, pengelolaan sumber daya alam dan pertanian, peringatan dini bencana, mitigasi bencana, hingga pantauan transportasi dalam berbagai moda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sementara untuk keperluan pengembangan sains dan teknologi, aplikasi GNSS dapat digunakan untuk penelitian perubahan iklim dan pemantauan cuaca antariksa.

KOMPAS/M ZAID WAHYUDI–Kepala Badan Informasi Geospasial Hasanuddin Z Abidin saat menjadi pembicara utama dalam pembukaan Konferensi Multi-Global Navigation Satellite System Asia, di Jakarta, Senin (9/10). Hasanuddin memaparkan pemanfaatan berbagai sistem satelit navigasi untuk berbagai program pemetaan pemerintah.

Pentingnya pengembangan dan pemanfaatan multi-GNSS membuat Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) bersama sejumlah organisasi internasional menggelar Konferensi Multi-GNSS Asia Ke-9 di Jakarta, pada 9-11 Oktober.

”Riset antara akademisi dengan industri perlu terus dikembangkan,” kata Asisten Ahli Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Bidang Akademik Paulina Pannen saat membuka konferensi, di Jakarta, Senin (9/10).

Hadir sebagai pembicara utama dalam pembukaan konferensi itu adalah Kepala Badan Informasi Geospasial Hasanuddin Z Abidin yang menyampaikan pemanfaatan GNSS untuk berbagai program pemetaan pemerintah.

Makin luasnya pemanfaatan GNSS harusnya mendorong munculnya industri dan usaha kecil berbasis teknologi untuk mengembangkan berbagai aplikasi dan peralatan penunjang. Lebih jauh lagi, Kepala Lapan Thomas Djamaluddin mengatakan, ”Makin luasnya pemanfaatan GNSS akan makin mendorong pengembangan teknologi satelit di Indonesia,” katanya.–M ZAID WAHYUDI

Sumber: Kompas, 9 Oktober 2017
—————–
Peluang Pemanfaatan Semakin Besar

Berkembangnya aplikasi yang menggunakan sistem navigasi dan penentuan posisi berbasis satelit menunjukkan kian besarnya peranan dan kebutuhan satelit navigasi. Jika dimanfaatkan secara optimal, kondisi itu bisa memacu pertumbuhan ekonomi bangsa.

Makin banyaknya sistem satelit navigasi global (GNSS) menjadikan peluang pemanfaatan satelit navigasi kian besar. Saat ini, GNSS yang dikenal masyarakat baru global positioning system (GPS) milik Amerika Serikat (AS). Padahal, ada GNSS lain, seperti Glonass (Rusia), Galileo (Uni Eropa), dan Beidou (China).

“Makin banyak GNSS itu berarti makin banyak layanan tersedia,” kata Ta Hai Tung, Ketua Multi-GNSS Asia (MGA)-organisasi pendorong pemanfaatan multi-GNSS di Asia dan Oseania, di sela pembukaan Konferensi MGA Ke-9 di Jakarta, Senin (9/10).

Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Hasanuddin Z Abidin mengatakan, makin banyak GNSS berarti layanan penentuan posisi makin andal karena tingkat ketelitiannya lebih tinggi. “Saat satu sinyal GNSS terhalangi, bisa memakai GNSS lainnya,” ujarnya.

Jika data posisi dengan akurasi tinggi itu tersedia, sejumlah program pemetaan, termasuk sertifikasi tanah masyarakat, bisa dilakukan lebih cepat. Meski demikian, saat ini baru GPS yang bisa diakses masyarakat melalui gawai. Tak lama lagi diharapkan GNSS lain juga bisa diakses melalui telepon seluler dan gratis.

Pemanfaatan
Navigasi dan penentuan posisi berbasis satelit digunakan secara luas untuk pemetaan, survei pemantauan lingkungan, serta pengelolaan sumber daya alam dan pertanian. Sistem ini juga bisa dimanfaatkan untuk peringatan dini dan tanggap darurat bencana serta pemantauan aneka jenis moda transportasi.

Dalam tataran praktis sehari- hari, sistem navigasi dan penentuan posisi berbasis satelit itu dimanfaatkan beberapa aplikasi di gawai, seperti aplikasi transportasi daring dan pencarian posisi beberapa tempat, termasuk tempat makan dan lokasi wisata.

Itu sebabnya, jika dimanfaatkan secara optimal, aplikasi GNSS menawarkan cara yang murah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya di negara-negara berkembang. “GNSS akan memacu pembangunan yang berkelanjutan,” ujar Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin.

Pemanfaatan GNSS juga bisa mendorong tumbuhnya aneka riset, seperti penelitian perubahan iklim dan pemantauan cuaca antariksa atau kondisi ionosfer Bumi.

Berkembangnya pemanfaatan satelit navigasi juga bisa memicu pertumbuhann industri berbasis teknologi dan riset, seperti industri pembuat aplikasi, peralatan survei, pembuatan antena penerima sinyal satelit navigasi, dan pembuatan perangkat elektronik pengumpul data satelit navigasi.

Meski peluang pemanfaatan GNSS terbuka lebar, masih sedikit lembaga riset, perguruan tinggi, dan industri di Indonesia yang menekuninya. Karena itu, “Kerja sama antara akademisi, industri, dan pemerintah perlu terus didorong,” kata Staf Ahli Bidang Akademik Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Paulina Pannen.

Selain pemanfaatan banyak GNSS, Indonesia perlu bersiap memiliki satelit navigasi sendiri karena tak semua data yang dibutuhkan disediakan GNSS yang sudah operasional. Sejumlah negara saat ini mengembangkan sistem satelit navigasi regional (RNSS), seperti Jepang dengan Quasi-Zenith Satellite System (QZSS) atau India dengan Indian Regional Navigation Satellite System (IRNSS).

Thomas mengatakan, Lapan berencana mengembangkan sistem satelit navigasi sendiri secara bertahap setelah pengembangan satelit operasional penginderaan jauh dan satelit komunikasi orbit rendah. (MZW)

Sumber: Kompas, 10 Oktober 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB
Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 1 April 2024 - 11:07 WIB

Baru 24 Tahun, Maya Nabila Sudah Raih Gelar Doktor dari ITB

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 3 Januari 2024 - 17:34 WIB

Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB