Industri baja menyandang julukan mother of industry karena berperan mengisi kebutuhan di berbagai sektor industri. Industri paku, mur-baut, peralatan rumah tangga, konstruksi, pipa, otomotif, perkapalan, dan alat persenjataan membutuhkan baja.
Di sisi lain, julukan mother machines disandang industri mesin perkakas. Industri mesin perkakas memproduksi mesin-mesin yang digunakan di segenap sektor industri.
Bukan kebetulan ketika faktanya negara maju adalah negara yang memiliki industri baja dan industri perkakas yang perkasa. Kedua sektor industri itu menghela pertumbuhan perekonomian suatu negara lewat penguatan industri mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ini sejalan dengan pandangan bahwa suatu negara disebut maju saat kontribusi sektor industri mencapai minimal 40 persen terhadap pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto.
Tak heran jika pelaku industri mesin perkakas di dalam negeri pun berseru meminta perhatian semua pemangku kepentingan. Keberpihakan kepada industri dalam negeri mutlak diberikan.
Ini merupakan sebentuk afirmasi, peneguhan, bahwa daya saing dan kemenangan berkompetisi adalah dua hal yang tak terpisahkan. Kemampuan berkompetisi akan kian terasah seiring pemberian kesempatan pelaku industri ikut mengisi kebutuhan di dalam negeri.
Peluang seperti ini tidak semata bicara urusan uang. Hal ini juga menyangkut kesempatan pembelajaran bagi pelaku industri perkakas dalam memproduksi barang sesuai spesifikasi kebutuhan pengguna. Proses belajar yang simultan dengan kerja mengisi kebutuhan pasar.
Apalagi, pasar kebutuhan mesin perkakas di Indonesia terbuka seiring pertumbuhan berbagai sektor industri. Merujuk data Badan Pusat Statistik, impor barang modal periode Januari- November 2015 tercatat 22,48 miliar dollar AS atau 17,21 persen dari total impor 130,61 miliar dollar AS. Indonesian Machine Tools Industries Association (Asosiasi Industri Mesin Perkakas Indonesia/Asimpi) mencatat, impor mesin perkakas pada 2014 sekitar 1,3 miliar dollar AS.
Patut dicermati catatan Asimpi bahwa pelaku industri mesin perkakas dalam negeri menghadapi tantangan berat bersaing dengan kompetitor dari negara maju. Bahkan, untuk memanfaatkan peluang pengadaan bersumber anggaran pemerintah pun, mereka harus berjibaku.
Persaingan di sisi harga tentu berat ketika faktanya mesin perkakas dari negara maju bisa diproduksi dalam skala besar dan teknologi tinggi. Dari sisi pengadaan, proyek satu tahun anggaran dengan tender yang biasanya dilakukan pada akhir tahun pun menyulitkan pelaku industri lokal.
Berat dan nyaris mustahil bagi pelaku industri mesin perkakas dalam negeri menyediakan barang dalam jumlah relatif banyak ketika pesanan baru datang pada September. Pemberian waktu lebih longgar, sekitar enam bulan, dinilai akan memberikan ruang gerak pelaku industri mesin perkakas menyiapkan produk.
Tak terbantahkan, kemampuan dari sisi kapasitas produksi, permodalan, dan penguasaan teknologi pelaku industri mesin perkakas dalam negeri belum mampu mengisi semua kebutuhan di Indonesia.
Namun, kebutuhan produk dengan spesifikasi yang sudah mampu dibuat di dalam negeri sepatutnya bisa dioptimalkan dan dipasok oleh pelaku industri perkakas di Indonesia. Ini soal keberpihakan. Jangan sampai seruan Aku Cinta Produk Indonesia hanya sebatas slogan semata. (C ANTO SAPTOWALYONO)
——————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Desember 2015, di halaman 17 dengan judul “Keperkasaan Perkakas”.