Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta menyelidiki kasus meninggalnya seorang siswi sekolah menengah pertama di Kabupaten Bantul beberapa hari sesudah mendapat imunisasi campak-rubela. Kematian siswi itu belum bisa dipastikan terkait dengan pemberian vaksin campak-rubela kepada dirinya.
Kepala Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Pembajun Setyaningastutie, Senin (11/9), di Yogyakarta, mengatakan, pihaknya tengah menyelidiki penyebab kematian siswi itu. “Kami melakukan audit untuk mencari penyebabnya,” ujarnya.
Siswi yang meninggal itu berinisial NP (14) dan tinggal di Desa Ngestiharjo, Kecamatan Kasihan, Bantul. Pada Selasa, 29 Agustus lalu, NP yang merupakan siswi SMP negeri di Kasihan mendapat vaksin measles (campak)-rubela di sekolahnya. Saat diberi vaksin MR, NP dilaporkan sedang kurang sehat dan sedikit demam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Seusai divaksin, NP mengalami pusing dan sejumlah gejala lain. Siswi itu kemudian dirawat di sejumlah rumah sakit hingga akhirnya meninggal pada Jumat (8/9). Jenazah NP dikebumikan pada hari Sabtu.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Bantul Pramudi Darmawan mengatakan, pihaknya belum bisa menyimpulkan penyebab kematian NP. Karena itu, dinas kesehatan setempat belum bisa memastikan apakah kematian NP terkait pemberian vaksin MR. Apalagi, waktu pemberian vaksin dan meninggalnya NP terpaut beberapa hari.
“Disuntiknya tanggal 29 Agustus, sementara meninggalnya 8 September. Jadi, belum bisa disimpulkan apa ada hubungannya (dengan imunisasi MR) atau karena penyakit lain. Bisa juga akibat penyakit lain dan kebetulan ia habis divaksin,” kata Pramudi.
Mengumpulkan data
Untuk mencari penyebab kematian NP, Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Dinas Kesehatan Bantul telah mengumpulkan data terkait dengan kondisi NP. Data itu nantinya dianalisis dan dibahas bersama para ahli kesehatan untuk mencari penyebab kematian NP.
Pramudi menyebutkan, vaksin MR yang digunakan dalam program imunisasi di Indonesia telah memenuhi standar keamanan dan kesehatan. “Harus diingat, satu botol vaksin MR dipakai untuk 10 orang, bukan satu orang. Jadi, kalau ada masalah di vaksinnya, seharusnya 10 orang itu bermasalah, tetapi ini tidak ada,” ungkapnya.
Menurut Pramudi, program imunisasi MR amat penting untuk mencegah infeksi virus campak dan rubela. “Tujuan program imunisasi ini bagus, yakni melindungi masyarakat dari campak dan rubela,” ujarnya.
Senin siang, Kompas mendatangi rumah keluarga NP untuk mencari informasi mengenai meninggalnya siswi itu. Namun, pihak keluarga menolak memberikan keterangan kepada media.(HRS)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 September 2017, di halaman 14 dengan judul “Kejadian Ikutan Pasca-imunisasi Ditelusuri”.