Kegeraman Masyarakat Menjadi Modal Melawan Terorisme

- Editor

Senin, 14 Mei 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Teror beruntun yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia memunculkan kegeraman masyarakat. Sikap sebagian besar masyarakat yang menolak keras aksi teror itu bisa jadi modal dukungan bagi pemerintah dan aparat untuk menindak tegas pelaku teror.

”Masyarakat jelas tak bisa menerima tindakan terorisme dan mendukung tindakan keras pemerintah,” kata peneliti Pusat Kesehatan Mental Masyarakat Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, Rahmat Hidayat, Minggu (13/5/2018), saat dihubungi dari Jakarta.

Kegeraman masyarakat muncul sejak kasus kerusuhan yang melibatkan sejumlah narapidana teroris di Rutan Cabang Salemba, Mako Brimob, Depok, 8-10 Mei lalu. Selang tiga hari, serangan teror terjadi di sejumlah gereja di Surabaya, Jawa Timur. Rangkaian peristiwa teror itu menguatkan sikap masyarakat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di media sosial muncul tagar #kamitidaktakut. Kemunculan tagar itu bisa dimaknai sebenarnya warga takut. Mereka menyebar informasi, foto dan video tentang kengerian teror guna melepas ketakutannya bersama.

Saling menguatkan
Namun, ketakutan itu justru memunculkan semangat saling menguatkan. Masyarakat juga mengingatkan agar tak menyebar kengerian aksi teror guna memupus rasa takut. Semangat itu justru memunculkan kebersamaan sesama anak bangsa.

KOMPAS/RYAN RINALDY–Seorang peserta aksi solidaritas untuk korban bom di Surabaya, yang diselenggarakan di Taman Suropati, Jakarta, Minggu (13/5/2018) malam, membawa bendera merah putih. Mereka berharap agar masyarakat Indonesia tetap bersatu melawan terorisme.

”Masyarakat saling mendukung dan menguatkan satu dengan yang lain,” kata peneliti psikologi terorisme di Fakultas Psikologi UI, Depok, Mirra Noor Milla. Situasi saat ini jadi momentum tepat menyatukan anak bangsa.

Meski demikian, Rahmat menilai obyek ketakutan warga tak jelas. Masyarakat jadi lebih waspada saat beraktivitas di tempat umum. ”Masyarakat lebih khawatir aksi teror ini memicu terbelahnya bangsa,” katanya.

KOMPAS/ADI SUCIPTO K–Kondisi di Jalan Arjuna Surabaya, tak jauh dari lokasi Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, salah satu gereja yang menjadi sasaran bom bunuh diri teroris, Minggu (13/5/2018).

Potensi dukungan masyarakat yang besar untuk melawan teror itu seharusnya dimanfaatkan pemerintah dan aparat untuk menindak tegas pelaku teror. Itu butuh sikap dan pandangan sama dari semua elite bangsa.

”Sikap semua pemimpin bangsa harus jelas dan satu suara bahwa teror harus dilawan,” kata Mirra. Tidak boleh ada elite bangsa yang menganggap aksi teror itu adalah pengalihan isu atau konspirasi karena ancaman terorisme itu nyata dan taruhannya nyawa anak bangsa.

Selain itu, pemerintah dan aparat juga perlu transparan menyampaikan informasi aksi teror, termasuk audit penanganan. Tujuannya agar tak ada teori konspirasi yang membingungkan warga dan mendelegitimasi pemberantasan terorisme.–M ZAID WAHYUDI

Sumber: Kompas, 14 Mei 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB