Setelah terjadi gempa dan tsunami di Aceh, Yogyakarta, Pangandaran, serta Gorontalo, masyarakat bertanya-tanya mengapa tidak didahului peringatan dari pemerintah? Ke mana para ahli gempa?
Masyarakat awampun bertanya-tanya, akankah gempa ataupun tsunami merembet ke Jawa Timur? Bila ya, kapan datangnya? Apa yang harus dipersiapkan?
Sebagian besar dari masyarakat kini sudah mulai paham tentan teori tektonik lempeng, yaitu pergerakan lempeng Indo-Australia yang menumbuk lempeng Eurasia. Hal ini juga menyenangkan karena gejala ilmiah gempa juga sudah mulai dipahami oleh masyarakat umum, walaupun tidak sedikit yang mengaitkan dengan metafisika.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Peristiwa gempa yang diikuti tsunami di JawaTimur yang masih segar di benak kita adalah yang terjadi di Banyuwangi (Rajekwesi), 3 Juni 1994. Gempa berkekuatan 7,6 skala Richter (SR) menurut USGS tersebut mengakibatkan tsunami yang menghancurkan banyak rumah, 121 orang meninggal, serta 236 orang luka-luka.
Setelah tsunami yang terjadi di Banyuwangi ini, tidak ada tsunami akibat gempa bumi di laut yang pusatnya di sebelah selatan Jawa Timur. Namun gempa bumi yang baru terjadi di sebelah selatan Bandung pada tanggal 17 Juli lalu juga dirasakan oleh penduduk yang tinggal di pantai JawaTimur.
Pertanyaan mereka, akankah Jawa Timur mendapatkan giliran selanjutnya?
Kumpulkan 13.000 data
Penulis akan menyajikan data-data yang diperoleh dari BMG. Data ini adalah data gempa bumi yang didapat mulai tahun 1964 sampai 2006. Lebih dari 13.000 data yang penulis dapatkan, selanjutnya hanya dipilah untuk daerah Jawa Timur yang rentang daerahnya dimulai dari 6 sampai 11 derajat Lintang Selatan (LS) dan antara 111 sampai 115 derajat Bujur Timur (BT). Daerah ini terbentang mulai Pacitan sampai ujung timur dari Jawa Timur serta mulai Pulau Bawean sampai Lautan Indonesia.
Kekuatan gempa yang dicari adalah yang lebih besar dari 4,9 SR menurut skala BMG. Setelah penyeleksian data dilakukan, terakhir hanya tinggal 24 gempa yang tersisa yang bisa disajikan sebagai bahan analisa mengenai kegempaan di Jawa Timur.
Kalau dilihat dari tahun terjadinya, ternyata kejadian gempa yang cukup besar terjadi antara tahun 1967 sampai 2003. Dari 24 data tersebut, jika diuraikan menurut tahun terjadinya gempa adalah seperti tabel 1 diatas.
Dari tabel di atas terlihat bahwa tahun 1994 mendominasi banyaknya gempa yang berskala besar. Ternyata dilihat dari posisi sumbernya, gempa ini masih di sekitar sumber dari gempa tsunami 3 Juni 1994 dan kejadiannya adalah setelah terjadinya tsunami. Boleh dikatakan bahwa gempa ini adalah aftershock (gempa susulan setelah gempa tsunami tersebut).
Dilihat dari posisi gempa kebanyakan sumber gempa berada di lautan. Hanya beberapa saja yang sumbernya di darat. Gambar 1 di atas menunjukkan posisi dari sumber gempa.
Dari gambar di atas, terlihat bahwa hampir semua lokasi terjadinya gempa adalah di daerah bagian selatan Jawa Timur dan Samudra Indonesia. Lokasi darat daerah Jawa Timur yang paling selatan di sekitar lintang dari 9 derajat LS. Dengan demikian sekitar 30 persen gempa bumi terjadi di darat dan sisanya terjadi di laut. Kalau dilihat periodisitasnya gempa bumi di Jawa Timur untuk suatu posisi tertentu berkisar 20 tahun- 30 tahun.
Sebagai contoh, untuk gempa yang cukup besar yang terjadi di Malang Selatan, terakhir terjadi tahun 1998 dengan kekuatan 6,8 SR, yaitu pada lokasi 8,174 LS dan 112,445 BT. Posisi ini ternyat terletak di Malang Selatan, persisnya di daerah Sumber manjing dan sekitarnya.
Pada masa sebelumnya, pada daerah sekitar daerah tersebut pernah terjadi gempa pada tahun 1972, yaitu pada 8,194 LS dan 112,269 BT yang besarnya adalah 6 SR.
Di sebelah selatan Banyuwangi tempat terjadi tsunami 1994, pada tahun 1967 juga pernah terjadi gempa pada kedalaman 88 kilometer yang posisinya adalah 9,130 LS dan113,040 BT.
Dari dua hasil perhitungan ini, sekilas terlihat bahwa periodisitas untuk gempa yang dianggap besar di daeah Jawa Timur adalah 20 tahun-30 tahun. Dari data juga terlihat bahwa antara Pacitan sampai Kediri sumber gempa 50 persen di daratan dan 50 persen di laut. Antara Kediri sampai Malang sebelah timur, lokasi gempa 50 persen di darat dan 50 persen di laut. Antara Malang timur sampai Banyuwangi (113,114 BT), lokasi 30 persen di darat dan 70 persen di laut.
Jawa Timur relatif sering terjadi gempa bumi sehingga tenaga yang dikumpulkan oleh aktivitas patahan atau tumbukan tersebut dikeluarkan secara reguler.
Bukan berarti Jawa Timur bebas dari gempa penyebab tsunami. Namun, dari analisa data yang tersedia di sini dapat diprediksi bahwa gempa yang bisa menyebabkan tsunami diperkirakan mempunyai periodisitas 20 tahun – 30 tahun. Karena akhir-akhir ini periodisitas suatu gempa mempunyai kecenderungan maju, prediksi penulis gempa besar di daerah Selatan Jawa Timur akan terjadi antara tahun 2010 dan 2020.
ADI SUSILO, PH. D, Ketua Laboratorium Geofisika, Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Brawijaya, Malang
Sumber: KOMPAS, SELASA, 25 JULI 2006