Kanker mulut rahim atau serviks bisa dicegah dengan vaksinasi. Untuk itu, pemerintah terus memperluas program pencegahan kanker serviks pada anak sekolah dasar dengan vaksinasi ke Daerah Istimewa Yogyakarta setelah tahun lalu dilakukan di DKI Jakarta. Harapannya, banyak perempuan terhindar dari kanker serviks.
Dalam temu media memperingati Hari Kanker Dunia, di Jakarta, Kamis (2/2), dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari Rumah Sakit Siloam TB Simatupang, Fara Vitantri Diah, mengatakan, kanker serviks bisa dicegah dengan vaksinasi. Namun, banyak orangtua lebih percaya berita keliru di dunia maya daripada penjelasan kesehatan.
Di salah satu sekolah dasar di Jakarta Selatan, misalnya, banyak orangtua berpendidikan tinggi menolak anaknya divaksinasi kanker serviks. Mereka percaya informasi keliru bahwa vaksinasi memicu anak menopause dini. “Mereka tak bisa memilah informasi benar dan salah. Setelah dijelaskan panjang lebar, baru mereka paham,” katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kanker serviks ialah kanker yang terjadi di leher rahim (serviks) akibat human papillomavirus (HPV). Selain menyebabkan kanker serviks, HPV menyebabkan beberapa penyakit, antara lain, kutil kelamin, kanker vagina, dan kanker vulva. Perlu waktu 3-20 tahun untuk terjadi kanker serviks. HPV adalah virus yang mudah ditularkan, mayoritas (85 persen) ditularkan melalui hubungan seksual.
Tak bergejala
Sejauh ini, kanker serviks termasuk jenis kanker terbanyak terjadi pada perempuan di Asia, termasuk Indonesia, setelah kanker payudara. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Institut Català D’Oncologia (ICO) Information Center on HPV and Cervical Cancer, pada 2010, tiap 4 menit seorang perempuan di Asia Tenggara meninggal karena kanker serviks.
Fara memaparkan, 80 persen kanker serviks disebabkan HPV tipe 16 dan 18 yang ganas. Adapun HPV tak ganas menyebabkan kutil kelamin. Di fase awal, jaringan kanker tak bergejala sehingga sulit mendeteksi dini kanker serviks. Akibatnya, mayoritas pasien terdeteksi saat stadium lanjut (IIB). “Jika kerap keputihan berbau dan tak sembuh setelah diobati atau perdarahan setelah berhubungan seksual, dicurigai ada kanker,” ucapnya.
Menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Mohamad Subuh, pemerintah melakukan program promotif dan preventif dengan pemberian vaksin HPV kepada anak sekolah berusia 9 tahun. Pada 2016, program itu dilakukan di DKI Jakarta dan pada 2017 akan dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sejak 2008, pemerintah menerapkan program deteksi dini dengan inspeksi visual asam asetat dan terapi krioterapi bagi IVA positif dan pap smear. Itu terintegrasi dengan layanan infeksi menular seksual dan keluarga berencana. Sasarannya, perempuan berusia 30-50 tahun. Dalam deteksi dini pada 2007-2016, ada 1,9 juta orang diperiksa. (ADH)
—————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 3 Februari 2017, di halaman 14 dengan judul “Kanker Serviks Bisa Dicegah”.