Jaringan 5G privat dapat menggantikan peran jaringan internet nirkabel Wi-Fi untuk bentuk penerapan yang membutuhkan transfer data secara ”real-time” di perkantoran maupun industri.
TANGKAPAN LAYAR ZOOM—Peragaan operasional alat berat secara jarak jauh yang dimungkinkan oleh teknologi jaringan cepat 5G yang ditunjukkan dalam Huawei Connect 2020, yang digelar di Shanghai. Media dari Asia diajak mengunjungi acara ini secara virtual pada Jumat (25/9/2020).
MJaringan 5G privat diyakini dapat menggantikan keberadaan jaringan internet nirkabel Wi-Fi, khususnya dalam lingkungan perkantoran dan industri. Ini bisa menjadi salah satu cara monetisasi jaringan telekomunikasi terbaru tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Teknologi jaringan 5G yang memiliki kecepatan transfer data cepat sekaligus latensi data yang sangat rendah dinilai dapat mendekati kecepatan dan keandalan jaringan internet broadband biasa.
Chief Operating Officer VMware Sanjay Poonen pada Rabu (30/9/2020) mengatakan, teknologi jaringan 5G memiliki keunggulan tersendiri di lingkungan bisnis, misalnya ketika staf dapat mengakses aplikasi perusahaan secara jarak jauh khususnya aplikasi yang membutuhkan kecepatan internet tertentu.
”Mungkin kalau kita berada di tempat yang tidak tersentuh oleh jaringan Wi-Fi, jaringan 5G bisa menjadi pilihan,” kata Poonen dalam acara temu media Vmworld 2020 yang digelar secara virtual.
Jaringan 5G memiliki sejumlah keunggulan konektivitas dibandingkan dengan 4G atau yang juga dikenal dengan jaringan LTE. Secara teoretis, kecepatan pengunduhan atau download 4G dapat mencapai 100 megabit per detik (mbps). Di sisi lain, kecepatan tertinggi 5G dapat diraih di pita frekuensi tertinggi (superdata layer) atau mmWave mencapai lebih dari 1 gigabit per detik (gbps).
Kecepatan 1 gigabit per detik, artinya data ditransfer dengan kecepatan 125 megabyte setiap detiknya. Untuk mengunduh file video berdurasi 1 jam sebesar 3 gigabyte (GB), jaringan 5G membutuhkan waktu 24 detik, sedangkan jaringan 4G selama 4 menit. Jika menggunakan kecepatan rata-rata internet Indonesia saat ini sebesar 14 megabit per detik, maka file yang sama membutuhkan waktu sekitar 28 menit.
Menurut Vice President dan Managing Director VMware untuk Asia Tenggara dan Korea Sanjay Deshmukh, hal ini yang membuat peluang munculnya ketertarikan adopsi 5G oleh konsumen enterprise atau bisnis.
Oleh karena itu, menurut dia, perusahaan telekomunikasi harus mulai melihat ini sebagai jalur monetisasi jaringan 5G. Deshmukh mengatakan, untuk bisa mengelola jaringan 5G dengan efisien diperlukan infrastruktur yang modern, seperti menggunakan platform Vmware Telco Cloud.
”Jaringan 5G privat di perkantoran adalah hal yang harus dieksplor (oleh perusahaan telko). Kalau kantor-kantor memiliki jaringan privat 5G ini, mereka tidak akan membutuhkan Wi-Fi,” kata Deshmukh.
Country Manager VMware Indonesia Cin Cin Go mengatakan, sejumlah perusahaan telekomunikasi Indonesia bahkan sudah menunjukkan ketertarikannya untuk mengadopsi solusi VMware untuk penyediaan jaringan 5G.
Inisiatif perusahaan untuk menggunakan teknologi 5G sebagai jaringan privat internal telah mewujud di Jerman.
Perusahan ternama Jerman, seperti produsen mobil BMW dan Volkswagen, perusahaan teknologi industri Bosch, perusahaan kimia BASF, dan maskapai Lufthansa adalah sejumlah perusahaan yang telah mengajukan izin untuk mendirikan jaringan 5G secara privat, bahkan tanpa menggunakan jasa perusahaan telekomunikasi.
Seorang juru bicara Badan Federal Jaringan Telekomunikasi Jerman mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa untuk mengajukan izin penggunakan spektrum 5G secara privat, biaya yang dibutuhkan antara 1.000 euro (Rp 17 juta) hingga 1 juta euro (Rp 17 miliar), tergantung pada besaran pita dan areanya cakupannya.
Profesor jaringan telekomunikasi Aalborg University Denmark Petar Popovski mengatakan, jaringan 5G lebih andal dan cepat sehingga bisa menampilkan dan mengirimkan data secara realtime. Oleh karena itu, 5G secara khusus akan sangat berguna untuk penerapan di lingkungan industri seperti mengontrol robot dan kendaraan tanpa pengemudi.
KOMPAS/KHAERUDIN—SK Telecom, salah satu perusahaan operator telekomunikasi dari Korea Selatan, memamerkan mobil tanpa awak/sopir yang menjadi salah satu bentuk aplikasi nyata dari kehadiran teknologi jaringan 5G pada ajang World Mobile Congress 2018 yang digelar 26 Februari-1 Maret di Barcelona, Spanyol.
”Tidak begitu tepat menggunakan jaringan Wi-Fi untuk kebutuhan industri karena tidak stabil. Delay beberapa detik saja mungkin tidak masalah di perkantoran, tetapi itu vital untuk alat industri,” kata Popovski.
Penggunaan AI
Melalui konferensi VMworld, VMware mengumumkan berbagai produk dan layanan baru. Salah satunya yang menarik adalah pengumuman kerja sama antar VMware dan perusahaan semikonduktor NVIDIA.
Kerja sama ini memungkinkan platform virtualisasi VMware digunakan untuk memanfaatkan cip dan prosesor pengolah kecerdasan buatan yang dibuat oleh NVIDIA.
”Teknologi AI dan machine learning berkembang begitu pesat. Kini bahkan secara virtual sudah digunakan hingga ke lingkup data center di perusahaan-perusahaan di lintas industri dan wilayah,” kata CEO NVIDIA Jensen Huang.
Salah satu penggunaan teknologi kecerdasan buatan milik NVIDIA yang berjalan di atas platform komputasi awan milik VMware adalah Center For Intelligent Imaging milik University of California San Francisco (UCSF) AS.
Center For Intelligent Imaging adalah pusat penelitian yang berfokus pada penggunaan teknologi kecerdasan buatan untuk menganalisis gambar atau citra dari sebuah proses medis.
”AI digunakan dalam mendukung analisis untuk keperluan deteksi penyakit dalam jumlah besar dan lebih cepat dibandingkan melalui pemeriksaan biasa. Teknologi ini diharapkan akan dapat mendukung tenaga medis untuk diagnosis secara lebih akurat, cepat, dan aman dalam merawat pasien,” kata Christopher Hess, kepala bidang radiologi dan pencitraan biomedis di UCSF.
Oleh SATRIO PANGARSO WISANGGENI
Editor: KHAERUDIN KHAERUDIN
Sumber: Kompas, 30 September 2020