Isu-isu kehutanan Indonesia kerap jadi sorotan dunia. Itu karena Indonesia sebagai benteng hutan tropis dunia jadi tumpuan harapan dunia terkait dengan masa depan pengembangan sumber daya hutan dan perubahan iklim.
Indonesia akan menjelaskan pada dunia terkait hal itu pada 24th Session of the Committee on Forestry yang digelar FAO, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, 16-20 Juli 2018 di Roma, Italia. Pemerintah menyiapkan buku “State of Indonesia’s Forest 2018” (Kondisi Hutan Indonesia 2018) dalam kegiatan itu.
Buku itu berisi penjelasan kebijakan korektif di isu-isu kehutanan populer seperti deforestasi, kebakaran hutan dan lahan, penegakan hukum, serta perhutanan sosial. Buku itu diakui bukan merupakan buku statistik tentang kehutanan melainkan sebagai rangkuman kebijakan selama 3,5 tahun terakhir dengan data terkini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/ICHWAN SUSANTO–Menteri Lingkungan Hidup Indonesia Siti Nurbaya Bakar, Rabu (11/7/2018) di Jakarta, beserta jajarannya berfoto bersama usai menjelaskan isi buku the State of Indonesia’s Forests 2018 atau Kondisi Hutan Indonesia 2018.
Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar yang juga ketua tim editor penulisan buku itu, Rabu (11/7/2018), di Jakarta, deforestasi di Indonesia jadi sorotan dunia. Itu terlihat antara lain pada Deklarasi Amsterdam berisi Norwegia, Perancis, Inggris, Jerman, dan Belanda terkait minyak sawit berkelanjutan.
“Mereka (lima negara) datang ke kita nanyain deforestasi,” kata dia. Deforestasi Indonesia 3,5 juta hektar pada tahun 2000. Di era Joko Widodo, deforestasi turun 1,09 juta ha (2015), 0,63 juta ha (2016), menjadi 0,48 juta ha (2017). Di sisi penurunan emisi gas rumah kaca, Indonesia harus menekan deforestasi maksimal 0,325 juta – 0,45 juta ha pada 2030.
Perhutanan sosial
Pada sisi perhutanan sosial, penguasaan pengelolaan areal hutan sebagian besar (95,76 persen) pada swasta. Kebijakan itu dikoreksi melalui reforma agraria dan perhutanan sosial. Pada Nawa Cita, 12,7 juta ha areal hutan bagi perhutanan sosial dan 4,1 juta ha area hutan bagi tanah objek reforma agraria. Kini pemberian akses perhutanan sosial mencapai 1,729 juta ha bagi 391.000 keluarga untuk membantu meningkatkan kesejahteraan warga sekitar hutan.
Ageng Herianto Assistance FAO Representative (Programme) mengapresiasi keberadaan buku ini. Ia mengatakan buku ini tak hanya berisi kebijakan tetapi juga isu teknis yang jadi perhatian dunia internasional. “FAO menyampaikan komunitas internasional amat menanti apa yang disampaikan Indonesia mengingat pentingnya peran Indonesia di sektor global,” kata dia.
Komunitas internasional amat menanti apa yang disampaikan Indonesia mengingat pentingnya peran Indonesia di sektor global.
Cover buku Status Hutan Indonesia 2018
Wahjudi Wardojo, Penasehat Senior Menteri LHK mengatakan Indonesia kerap disudutkan dunia internasional dalam urusan hutan. Itu terjadi karena dunia ketakutan bila sumber daya hutan yang jadi masa depan dunia ini rusak. Karena itu, negara-negara maju didorong agar tak hanya mengkritik tetapi juga berbuat nyata bagi penyelamatan hutan tropis Indonesia.
Sekretaris Jenderal KLHK Bambang Hendroyono mengatakan baru pertama kalinya buku Kondisi Hutan Indonesia ini disusun. Sebelumnya, dokumen lebih sebagai laporan internal. “Buku ini akan dibawa dan dipresentasikan Ibu Menteri di FAO, Roma pekan depan. Ini sangat dinanti-nanti dunia internasional,” ungkapnya.–ICHWAN SUSANTO
Sumber: Kompas, 12 Juli 2018