ITB Berpacu dengan Waktu

- Editor

Selasa, 2 April 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

INDONESIA juga menikmati manisnya madu teknologi informasi yang semakin dimarakkan oleh teknologi informasi (information technology/IT). Namun masalahnya, terjadi kekurangan tenaga yang menangani IT.

Tenaga perancangan situs, perawatan, serta pemikir di bidang certificate of authorisation ( sertifikat otorisasi), sehingga jelas mirip barang langka.

BUKAN untuk Indonesia saja, kebutuhan tenaga IT di kawasan Asia Pasifik (Taiwan, Hongkong, Malaysia,
Singapura, dan bahkan Australia) juga terjadi kelangkaan. ”Soalnya tenaga-tenaga IT di negara itu disedot oleh pasar AS,” kata pengamat IT, Drs Ir Poerwanto P MA.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Agak mengherankan juga, saya melihat iklan lowongan pekerjaan bagi tenaga IT di Indonesia untuk bekerja di Singapura dan Australia,” kata Poerwanto. ”Ada teman saya yang ahli dibidang desain kini telah menikmati gaji 8.500 dollar AS per bulan dan tinggal di AS,” ujarnya.

Tawaran gaji memang sangat menggiurkan, minimal 3.000 dollar AS per bulan (Rp 20 juta). Itu adalah angka minimal. Secara rata-rata justru ada di atas angka itu. Di dunia ini, Para lulusan Universitas Standford, California (AS), adalah rebutan para pebisnis e-commerce.

Harian Wall Street Journal pernah menulis, perusahaan dot com bagai sedang kehausan. Mahasiswa yang lagi belajar di bidang IT juga sudah dipesan sebelum lulus. Harian itu tidak menyinggung secara khusus soal Indonesia.

Akan tetapi Poerwanto mengatakan, kehausan perusahaan dot com juga terjadi di Indonesia meski tidak sedahaga di luar negeri. Ibaratnya, kini terulang aksi bajak-membajak seperti awal tahun 1990-an di antara industri perbankan. Saat itu bankir-bankir muda pengalaman dan usia sangat mudah meloncat ke sana kemari.

Rusli, seorang lulusan pertanian dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, kini meloncat ke sebuah perusahaan dot com dengan gaji empat kali lipat dari tempat awalnya. Dia dibajak karena kebetulan sangat menyukai atau punya hobi mengutak-atik komputer, yang justru menjadi jembatan baginya meningkatkan status ekonomi. Ada banyak ”Rush” lain yang juga meloncat ke perusahaan dot com atau perusahaan yang sedang bergegas mempersiapkan e-commerce itu.

BAGI Anda yang berminat dan piawai di bidang IT, nikmatilah dunia industri cyber yang bergelimang rezeki yang sedang naik daun dan belum akan berakhir. Atau, untuk Anda yang berminat tetapi belum memiliki keahlian, kesempatan belum hilang. ”Kita masih butuh sekitar 10.000 orang tenaga di bidang IT. Kebutuhan itu belum terpenuhi,” kata Poerwanto.

Kesempatan itu, maaf-maaf saja, kini dinikmati tenaga asing antara lain dari Malaysia. Namun, impor tenaga asing juga belum mampu memenuhi kebutuhan.

Itulah sebabnya, Institut Teknologi Bandung (ITB) kini membuka studi bidang IT. ”Kita memang sudah memiliki fakultas teknik elektro. Namun, IT hanya seperlima dari pengajaran yang disajikan di fakultas teknik elektro. Kita butuh pendidikan khusus IT. Kita sudah membuka studi bidang IT,” kata Direktur Program Pascasarjana ITB Prof Dr Ir Sularso. Menurut Sularso, pendidikan yang ditawarkan adalah lewat jalur akademik dan jalur profesional. Jalur akademik menekankan pengembangan pengetahuan. Jalur profesional lebih menekankan aplikasi pengetahuan untuk menyelesaikan masalah-masalah baru.

Kebutuhan mendesak atas desakan pasar, kata Sularso, kini sangat terasa. ”Untuk itu kita juga menjalankan program pascasarjana untuk pendidikan selama dua tahun. Lokasinya ada di Lippo Cikarang Techno Park, khusus untuk program pascasarjana,” katanya. Lippo Cikarang menjadi pilihan karena berada dekat dengan banyak industri.

Biayanya memang agak mahal, sekitar Rp 42 juta untuk dua tahun. Kemahalan itu lebih disebabkan investasi pendidikan IT memang tinggi, antara lain pembelian komputer ruang belajar, dan lainnya. Namun, dengan imbalan yang menggiurkan setelah lulus, tentunya hal itu tidak mahal.

”Akan tetapi, yang kita tuju dalam jangka panjang bukan sekedar mencetak tenaga IT, namun juga pemikir di bidang hukum yang mau tidak mau harus disusun untuk menopang dunia IT,” kata Perwanto. (mon)

Sumber: Kompas, RABU, 5 JULI 2000

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Jumat, 13 Juni 2025 - 13:30 WIB

Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia

Berita Terbaru

Artikel

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Jun 2025 - 14:32 WIB