Kemampuan melakukan modifikasi dan perubahan adalah kunci kesuksesan sebuah inovasi. Peneliti tidak bisa asik sendiri dalam mengembangkan ilmu, tetapi tetap harus memikirkan kontribusi yang bisa dinikmati masyarakat.
Gagasan itu mengemuka dalam bincang-bincang bertema ”Inovasi Berdasarkan Pemanfaatan Kekayaan Alam”, di Jakarta, Jumat (27/10). Acara tersebut merupakan bagian dari perayaan ulang tahun ke-53 Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FT UI). Hadir sebagai narasumber, Presiden Direktur Mustika Ratu Moeryati Soedibyo, Managing Director PT East West Indonesia Glenn Pardede, serta dua dosen Teknik Kimia UI, Misri Gozan dan M Sahlan.
Glenn menuturkan, dalam membuat bibit unggul, perusahaannya bekerja sama dengan 12.500 petani penghasil bibit. ”Melalui mereka, kami bisa mengumpulkan plasma nutfah Indonesia yang kaya raya. Teknologi berperan di dalam meneliti keefektivan plasma ini sebelum bisa diproduksi untuk dimanfaatkan 7 juta petani di Nusantara,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Di dalam prosesnya, teknologi juga bermanfaat memetakan DNA benih-benih tumbuhan. Dengan demikian, ada pangkalan data yang menampung keterangan tiap-tiap daerah beserta tanaman khas masing-masing yang bisa dimanfaatkan untuk pangan.
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Mobil listrik karya mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia ditampilkan dalam pameran dalam rangka perayaan ulang tahun ke-53 Fakultas Teknik Universitas Indonesia, di Jakarta, Jumat (27/10). Mobil listrik ini memenangi perlombaan di sejumlah ajang internasional.
Kebutuhan masyarakat
Sementara Misri Gozan melakukan penelitian tentang manfaat tanaman tembakau. Hal ini didorong oleh kecemasan para petani tembakau dengan semakin ketatnya aturan konsumsi rokok oleh pemerintah. Oleh sebab itu, Misri mencari inovasi agar ada kegunaan tembakau selain menjadi rokok.
Ia kemudian mengolah tembakau menjadi senyawa yang bisa digunakan untuk mengusir nyamuk. Senyawa tersebut diproduksi dalam bentuk losion antinyamuk. Dalam hal ini, Misri menjabarkan pentingnya mengetahui kebutuhan masyarakat. Dari sekian banyak produk antinyamuk di masyarakat, produk tersebut harus memberi nilai tambah.
”Sebagai ilmuwan kita tidak boleh angkuh dan menganggap penelitian kita yang terbaik. Ada banyak hal di luar bidang pengetahuan kita yang tidak kita ketahui,” ujarnya di hadapan hadirin yang terdiri dari mahasiswa, alumni, dan birokrat kampus.
Ia mengemukakan pentingnya mendengar saran dari pihak ahli lain, seperti dari bidang pemasaran tentang cara menyebarluaskan produk di masyarakat dan menciptakan ciri khas agar bisa bersaing di pasaran. Pada intinya, inovasi tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja, tetapi membutuhkan kerja sama berbagai pihak.
Sebagai ilmuwan kita tidak boleh angkuh dan menganggap penelitian kita yang terbaik. Ada banyak hal di luar bidang pengetahuan kita yang tidak kita ketahui.
Contoh lain ialah penelitian M Sahlan mengenai propolis. Ia menemukan produk propolis yang banyak dijual ternyata bahan bakunya dari luar negeri. ”Dalam hal ini, inovasi dilakukan dengan mencari dan memaksimalkan propolis produksi lebah Nusantara. Biaya produksi bisa ditekan dan prosesnya menyejahterakan peternak lebah lokal,” tuturnya.–LARASWATI ARIADNE ANWAR
Sumber: Kompas, 28 Oktober 2017