Mempergunakan ponsel andalan LG, yakni G6, yang diluncurkan pada hari Kamis (20/4), layaknya menggenggam ponsel yang benar-benar baru. LG sepertinya belum selesai mencari formula yang pas untuk desain dan fitur untuk diboyong ke seri G yang sudah memasuki inkarnasi keenam ini.
Satu hal yang langsung mencuri perhatian begitu menyalakan ponsel ini adalah layar dengan bentang 5,7 inci yang mendominasi bagian muka ponsel, menyisakan sedikit ruang di semua sisi atau hampir 81 persen menutupi bagian muka. Inilah teknologi Fullvision yang membuat layar ukuran besar tetap bisa dikemas dalam badan ponsel yang nyaman dioperasikan dengan satu tangan.
Rasio layar 18:9 membuat layar lebih panjang dan tidak selebar ponsel dengan ukuran layar serupa. Badan ponsel G6 juga dikemas dalam satu balutan bahan metal, terutama di bagian tepi. Tidak ada sudut di empat penjuru badan, begitu pula dengan di layarnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Selain terkait estetika, keputusan ini adalah untuk mengurangi kemungkinan kerusakan dari benturan saat ponsel terjatuh. LG mengikutkan produk ini untuk lolos uji ketahanan dengan standar perangkat militer untuk membuktikan ketahanan atas tekanan dari lingkungan, seperti suhu dan sebagainya.
Kamera adalah ciri khas dari seri G, dengan hasil yang apik berkat teknologi kamera ataupun perangkat lunaknya. Seri keenam kali ini memboyong teknologi lensa ganda yang juga diterapkan pada seri V20 yang sudah meluncur di Indonesia pada 2016. Terdapat sepasang kamera, baik di depan maupun belakang ponsel, yang menawarkan dua sudut pandang berbeda, 100 derajat dan 82 derajat untuk kamera depan dan 125 derajat dan 71 derajat untuk kamera belakang.
Keputusan ini memberi keleluasaan yang luar biasa bagi pengguna untuk membuat foto. Kamera belakang sama-sama menggunakan resolusi 13 megapiksel dengan tujuan transisi antarlensa yang lebih halus. Ini bisa dilihat saat pengguna membuat gerakan mencubit (pinch) di layar untuk membesarkan gambar, dari lensa lebar ke lensa normal berlangsung dengan transisi yang nyaris tak terasa.
Dari urusan mendengarkan audio, LG menggarap isu ini dengan serius lewat implementasi kolaborasi dengan ESS Technology selaku produsen teknologi audio untuk memungkinkan fitur Quad Digital-to-Analog Converter (Quad DAC), sehingga perangkat ini memutar file musik dengan kedalaman 32 bit.
G6 pun mengikuti tren ponsel premium lainnya dengan indeks perlindungan air dan debu hingga IP68. Angka itu berarti ponsel bisa tetap bertahan dalam kedalaman 1,5 meter air tawar dengan durasi tidak melampaui 30 menit. Samsung adalah salah satu produsen yang membubuhi fitur ini untuk seri andalan mereka, yakni Galaxy S7 dan Galaxy A untuk varian tahun 2017.
LG Indonesia mengawali pengenalan G6 dengan pemesanan seharga Rp 10 juta. Harga itu terpaut tipis dengan Samsung Galaxy S8 yang juga sudah memulai masa pemesanan dengan harga Rp 10,5 juta dan Rp 12 juta untuk Galaxy S8+. Dibandingkan katalog produk LG sendiri, V20 yang dirilis tahun lalu kini harga jualnya adalah Rp 8,5 juta.
Lupakan modular
Desain produk yang cukup menawan dan mewah dari G6 ini juga menyimpan kisah pahit dari pendahulunya, yakni G5 yang diluncurkan tahun lalu meski dengan varian SE, yang memiliki spesifikasi lebih rendah dengan harapan harga jual yang lebih terjangkau. G5 adalah upaya pertama LG mencari desain baru bagi seri G, dengan keputusan berani untuk menerapkan konsep modular.
KOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO–Model menunjukkan ponsel LG G6, Kamis (20/4), yang diluncurkan untuk pasar Indonesia.
Modular berarti bagian dari ponsel bisa dilepas dan diganti dengan bagian lain untuk memberikan fungsi baru atau perluasan fitur yang sudah ada. Beberapa modul yang sempat dirilis untuk pasar Indonesia adalah modul kamera serta modul audio. Dengan harga Rp 8,5 juta, LG Indonesia menawarkan G5 SE dengan spesifikasi yang lebih rendah dibandingkan dengan yang ada di pasar negara lain.
Langkah itu tidak disambut dengan baik meski tidak menutup kemungkinan bahwa ponsel modular menjadi sesuatu yang belum bisa diterima.
Kehadiran G6 memberi isyarat jelas kepada pengguna G5, bahwa LG untuk sekarang belum mempertimbangkan lagi untuk bermain di desain modular. Satu hal yang positif, beberapa perangkat pendamping yang dinamai LG Friends, seperti kamera 360 derajat, bisa dioperasikan dengan perangkat terbaru ini.
Ketersediaan konten
Kompas berkesempatan mengoperasikan perangkat G6 ini selama beberapa hari dengan pinjaman dari LG Mobile Indonesia. Kesimpulan yang muncul adalah G6 merupakan ponsel pintar dengan desain yang indah, kokoh dipegang, serta kamera yang andal. Tentunya ada beberapa catatan yang patut dipertimbangkan bila berencana untuk membeli ponsel ini.
Rasio layar 18:9 cukup nyaman untuk menonton konten seperti video. Rasio layar ini pula yang membuat layar dengan bentang 5,7 inci memiliki badan seukuran layar 5,2 inci pada varian lain, tidak terlampau lebar, sehingga bisa dimasukkan ke dalam saku.
Quad DAC bisa menjadi daya tarik bagi mereka yang ingin menggunakan ponsel sebagai pemutar musik dengan kualitas tinggi. Selain file audio seperti MP3, juga ada file FLAC yang bisa menyuguhkan musik dengan kedalaman hingga 32 bit.
Sayangnya, ada masalah yang serius dengan fitur layar ataupun audio, yakni ketersediaan konten untuk dinikmati dengan G6. Hal itu diakui Heegyun Jang, Head of LG Mobile Communications Indonesia, di acara peluncuran.
Dia menjelaskan, saat ini konten musik 32 bit belum banyak tersedia di layanan pengaliran musik (music streaming) meski dia meyakinkan bahwa file audio 16 bit pun bisa diolah untuk ditingkatkan kualitasnya menjadi mendekati 32 bit. Pun sama dengan konten yang menggunakan rasio layar 18:9, meski dia sudah memastikan adanya kerja sama dengan pembuat konten dan pengembang aplikasi agar membuat produk yang bisa mendukung rasio layar G6.
“Terdapat fitur di dalam G6 yang menyesuaikan tampilan pada aplikasi untuk mengikuti rasio layar 18:9,” kata Jang.
Meskipun rasio layar itu cukup nyaman digunakan, mengharapkan pengembang aplikasi atau permainan untuk menyesuaikan dari sebelumnya 16:9 ke rasio layar milik G6 adalah perkara sulit. Kecuali LG bisa meyakinkan mereka bahwa ada ekosistem perangkat yang memiliki rasio layar yang serupa.
Protokol keamanan
Fitur tahan air dari G6 membuatnya jadi perangkat yang bisa digunakan hampir di setiap saat aktivitas harian. Saat diuji coba di dalam air, G6 tetap bisa beroperasi meski memberi perintah ke layar sulit dilakukan.
Masalah yang muncul bila ponsel tenggelam sepenuhnya ke dalam air adalah protokol keamanan ponsel yang memutus jalur koneksi USB ataupun audio untuk menghindari kerusakan akibat embun ataupun tetes air yang tertinggal. Akan muncul peringatan bahwa masih dideteksi kelembaban dan pengguna tidak bisa menghubungkannya dengan kabel atau perangkat lain sampai kelembaban bisa dihilangkan.
Satu saran bagi pengguna yang ingin membawa G6 berenang, yakni pastikan ponsel dalam keadaan baterai terisi penuh karena butuh waktu lama untuk meyakinkan sistem bahwa tidak lagi ditemukan kelembaban dari badan ponsel.
Tidak banyak yang bisa diulas dari kamera yang dipergunakan G6, karena LG mempertahankan kelebihan kamera di seri G, seperti kualitas pada cahaya rendah yang cukup baik, hingga fitur untuk lensa lebar.
Begitu pula untuk pengambilan video, G6 memiliki pengaturan yang detail untuk hasil sesuai keinginan, seperti rasio gambar, resolusi, hingga kecepatan per frame. Tidak ketinggalan fitur yang memanjakan para videografer, seperti fitur stabilizer yang membuat gambar tetap stabil. Begitu pula fitur perekaman Hi-Fi, untuk menjamin kualitas audio dari video pengguna.
LG membuat langkah positif dengan memperbarui tampilan, fitur, ataupun spesifikasi dari G6. Pertanyaan yang muncul, apakah mereka akan konsisten dengan desain ponsel pintarnya, seperti ponsel Galaxy yang berubah sejak memberlakukan Project Zero untuk mencari desain badan ponsel yang beralih dari plastik ke metal.–DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 April 2017, di halaman 25 dengan judul “Inkarnasi Keenam Ponsel LG”.