Riset Angkasa Luar; Indonesia Siapkan Mencit dan Satelit

- Editor

Jumat, 29 Mei 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indonesia akan menyiapkan sampel pisang, mencit yang disuntik parasit malaria, dan nanosatelit. Tiga materi itu akan dibawa ke antariksa melalui modul Kibo milik Jepang, lalu ditempatkan di Stasiun Ruang Angkasa Internasional untuk diteliti.

“Pisang akan dilihat proses kematangannya di lingkungan antariksa,” kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin pada jumpa pers lokakarya “The First Space Exploration and Kibo Utilization for Asia”, di Jakarta, Kamis (28/5).

Sampel disiapkan tim peneliti dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dipimpin Fenny M Dwivany.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penelitian di instalasi Klinostat di ITB yang menyerupai kondisi di ruang angkasa menunjukkan, di ruang dengan mikrogravitasi ada perlambatan proses kematangan. Tingkat kemanisan pisang menurun.

193845_1Sementara itu, nanosatelit berbentuk kubus bersisi 10 sentimeter dirancang Riza Muhida, periset elektronika dan semikonduktor dari Universitas Surya. Satelit akan dilepaskan dari Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS) untuk mengitari Bumi pada orbit rendah. Dari satelit komunikasi itu, akan dicoba kinerja mengirim pesan singkat.

Adapun dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman akan dikirim mencit (Mus musculus) yang disuntik parasit malaria. “Untuk melihat daya tahan dan tingkat imunitasnya,” kata Farah Coutrier dari Eijkman. Penelitiannya di Universitas Merbourne, Australia, menunjukkan imunitas terhadap penyakit parasit tersebut. Selain itu, tim peneliti dari Universitas Indonesia akan meneliti sifat material komposit dan pemanfaatannya di lingkungan mikrogravitasi.

Sebelum eksperimen tersebut, Indonesia berpartisipasi pada program Kibo di bidang biologi dengan mengirim biji tomat. Biji dari peneliti ITB itu pada 2009 dikirim ke ISS, lalu dibawa kembali ke Bumi untuk ditanam guna melihat perbedaan karakter materi hayati tersebut di Bumi dan di ruang angkasa. Hasilnya, ada beda pertumbuhan dan produktivitasnya yang masih diteliti.

Riset di wahana antariksa internasional itu kedua kali dilaksanakan Badan Eksplorasi Ruang Angkasa Jepang (JAXA) bersama Lapan. Lokakarya pertama ini terkait pemanfaatan Kibo, modul milik Jepang di ISS. Pada modul tersebut akan dilakukan kerja sama riset dalam bidang pertanian, biomedis, teknologi rekayasa, dan material maju.

“Ini kerja sama lanjutan,” kata Yoshiya Fukuda, perwakilan The Space Environment Utilization Working Group Asia Pacific Regional Space Agency Forum.(YUN)
——————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 Mei 2015, di halaman 14 dengan judul “Indonesia Siapkan Mencit dan Satelit”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 7 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB