Indonesia Perlu Perbanyak Technopreneur

- Editor

Jumat, 15 Juni 2012

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penerapan sains dan teknologi pada dunia industri dibutuhkan dan mendorong kemajuan perekonomian Indonesia yang berbasis sains. Sayangnya, masih kurang.

”Perkembangan teknologi pesat. Namun, untuk membuatnya menjadi produk yang dipakai masyarakat dan industri, butuh entrepreneur yang paham teknologi. Di sinilah pentingnya Indonesia menciptakan banyak technopreneur,” kata fisikawan Yohanes Surya di Jakarta, Selasa (12/6), pada pelepasan Tim Pelajar Indonesia ke Global Enterprise Challenge (GEC) di Kyoto, Jepang.

Program GEC merupakan lomba bagi anak muda berusia 16-19 tahun dengan fokus keterampilan kewirausahaan. Program kewirausahaan yang ditawarkan harus berbasis sains dengan menciptakan inovasi baru yang memberi jawaban atas tantangan abad ke-21.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Tim Indonesia terdiri atas enam pelajar yang menamakan dirinya Tim BNI 46-Exhaust Development Corporation. Mereka ini sebelumnya lolos pada Indonesian Science Enterprise Challenge (InaSEC) dan Asian Science Enterprise Challenge (ASEC) 2012 yang diadakan Surya Institute bekerja sama dengan United in Diversity.

Rosihan Arsyad, Presiden United in Diversity sekaligus Presiden InaSEC dan ASEC 2012, mengatakan, anak-anak muda perlu dikenalkan dengan entrepreneur yang inovatif. Itu bisa terwujud dengan memasukkan unsur sains dan teknologi.

”Para entrepreneur inovatif ini bisa mencari solusi mengatasi masalah dunia, mulai dari kelaparan, kemiskinan, hingga pemanasan global. Dengan kolaborasi lintas ilmu,” ujar Rosihan.

Ben Chan, ASEC Organiser dari Singapura, mengatakan, pemanfaatan sains dan teknologi mendorong kemajuan. Untuk itu, diperlukan orang-orang inovatif dan kreatif. Kuncinya, imajinasi menciptakan sesuatu. (ELN)

Sumber: Kompas, 14 Juni 2012

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 17 Juli 2025 - 21:26 WIB

Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya

Selasa, 15 Juli 2025 - 08:43 WIB

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Berita Terbaru

Artikel

Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya

Kamis, 17 Jul 2025 - 21:26 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Kota di Bawah Masker

Kamis, 17 Jul 2025 - 20:53 WIB

fiksi

Cerpen: Simfoni Sel

Rabu, 16 Jul 2025 - 22:11 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Anak-anak Sinar

Selasa, 15 Jul 2025 - 08:30 WIB