Indonesia Paling Rawan Tuberkulosis, Penanganan Harus Sesuai Standar Nasional

- Editor

Jumat, 26 April 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indonesia menjadi salah satu negara paling rawan terkena tuberkulosis sehingga perlu penanganan sesuai standar yang telah ditetapkan pemerintah dalam program nasional. Setiap rumah sakit dan layanan kesehatan lainnya diharapkan mampu memberikan pelayanan yang tepat.

Indonesia merupakan negara dengan beban tuberkulosis (TB) tertinggi ketiga di dunia setelah India dan China. WHO Global TB Report 2018 memperkirakan insiden TB sebesar 842.000 kasus dengan mortalitas 107.000 kasus.

KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO–RSUP Persahabatan memberikan pelatihan kepada 132 tenaga kesehatan terkait penanganan penyakit tuberkulosis, Kamis (25/4/2019), di Jakarta. Melalui pelatihan ini, diharapkan tenaga kesehatan di rumah sakit dapat menangani kasus tuberkulosis dengan tepat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Direktur Utama RSUP Persahabatan Mohammad Ali Toha, Kamis (25/4/2019), di Jakarta, mengatakan, dari jumlah kasus, Indonesia masuk dalam tiga besar. Namun, jika dibandingkan dengan persentase penduduknya, kemungkinan Indonesia bisa masuk nomor satu.

KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO–Direktur Utama RSUP Persahabatan Mohammad Ali Toha

”Pemerintah telah menargetkan pada 2030 terdapat penurunan jumlah insiden TB hingga 90 persen dan kematian 85 persen dibandingkan 2015. Caranya dengan memperluas deteksi pasien TB,” kata Ali dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (25/4/2019).

Pemeriksaan secara intensif diperlukan agar mudah untuk deteksi TB. Karena itu, dibutuhkan edukasi kepada seluruh rumah sakit terkait tata laksana penanganan TB mulai dari awal sampai akhir.

Anggota Kelompok Staf Medik Paru Divisi Infeksi RSUP Persahabatan, Priyanti Z Soepandi, mengatakan, kasus TB resisten obat terus terjadi karena penanganan TB paru yang rendah. Pasien TB seharusnya mendapat penanganan dan pengawasan secara intensif selama enam bulan.

”Rumah sakit harus menjalankan DOTS (directly observed treatment shortcourse) dengan mendiagnosis dan menyediakan obat secara tepat,” ujar Priyanti.

Selain rumah sakit, puskesmas dan layanan kesehatan lainnya diharapkan dapat menangani pasien TB secara tepat.

Dokter spesialis paru RSUP Persahabatan, Fathiyah Isbaniah, mengatakan, pemerintah telah memiliki program nasional yang harus diikuti oleh rumah sakit dalam melayani pasien TB.

Menurut Fathiyah, masih banyak rumah sakit di Indonesia yang belum mengerti terkait pencatatan dan pelaporan kasus TB. Karena itu, diperlukan akreditasi bagi rumah sakit agar mereka dapat menangani kasus TB dengan tepat.

Sebagai contoh, RSUP Persahabatan melayani pasien TB dengan resistensi obat. Saat ini RSUP Persahabatan telah terakreditasi internasional terhadap TB resistensi obat dengan komplikasi gangguan ginjal dan hati. RSUP Persahabatan juga memiliki tim intervensi dalam menangani TB usus, saraf, dan tulang.

Daya tahan
Ketua Komite Mutu RSUP Persahabatan Heidy Agustin mengatakan, orang yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah cenderung mudah terserang TB. Karena itu, penderita TB banyak ditemui pada pasien HIV/AIDS dan diabetes melitus.

”Sebesar 30 persen pasien diabetes di RSUP Persahabatan terkena TB,” ujar Heidy sambil menambahkan bahwa orang normal dapat hidup dengan kuman TB, tetapi ia tidak terserang penyakit karena daya tahan tubuhnya kuat.

KOMPAS/PRAYOGI DWI SULISTYO–Ketua Komite Mutu RSUP Persahabatan Heidy Agustin.

Ketika daya tahannya menurun seperti penderita HIV/AIDS, mereka akan mudah terkena TB. Begitu juga dengan pasien diabetes. Ketika daya tahannya bagus, ia tidak akan mudah terkena TB. Namun, ketika daya tahannya tidak stabil, ia mudah terkena TB.

Penyakit TB mudah menular. Penderita TB mudah menularkan penyakitnya ketika ia batuk, bersin, bahkan ketika sedang bicara. Meskipun demikian, masyarakat diharapkan tidak memberikan stigma buruk bagi penderita TB dan memotivasinya agar cepat sembuh.–PRAYOGI DWI SULISTYO

Editor PASCAL S BIN SAJU

Sumber: Kompas, 25 April 2019

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum
3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum
Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023
Tiga Ilmuwan Penemu Quantum Dots Raih Nobel Kimia 2023
Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023
Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Senin, 13 November 2023 - 13:46 WIB

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 November 2023 - 13:42 WIB

3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum

Senin, 13 November 2023 - 13:37 WIB

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 November 2023 - 05:01 WIB

Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:52 WIB

Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:42 WIB

Teliti Dinamika Elektron, Trio Ilmuwan Menang Hadiah Nobel Fisika

Berita Terbaru

Berita

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 Nov 2023 - 13:46 WIB

Berita

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 Nov 2023 - 13:37 WIB