Tim-tim asal Indonesia menguasai posisi lima besar dalam kompetisi Shell Eco-marathon Asia 2017 di Singapura untuk kategori mobil berkonsep urban berbasis bahan bakar, Sabtu (18/3).
Lima posisi teratas ajang inovasi mobil hemat energi tersebut diduduki tim-tim Tanah Air, mengungguli peserta dari 19 negara lainnya.
Dalam pengumuman pemenang yang disampaikan General Manager Shell Eco-marathon (SEM) Norman Koch, tim Sadewa dari Universitas Indonesia meraih hasil terbaik dengan berhasil menempuh jarak 375 kilometer (km) untuk 1 liter bensin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Peringkat kedua diduduki tim Sapu Angin dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dengan 336 km per liter; disusul tim Garuda dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan capaian 221 km per liter.
Dua tim lain yang menduduki peringkat keempat dan kelima adalah tim 2 Bengawan Universitas Sebelas Maret (UNS) dengan 213 km per liter dan tim Cikal Ethanol dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menorehkan 198 km per liter.
Tim Indonesia juga menduduki peringkat ketujuh hingga kesembilan yang berurutan diraih tim Semar Urban dari Universitas Gadjah Mada (UGM), tim Antawira dari Universitas Diponegoro (Undip), dan tim Horas Mesin dari Universitas Sumatera Utara (USU). Demikian dilaporkan wartawan Kompas, Frans Pati Herin, dari Singapura.
Mobil berkonsep urban yang dilombakan dalam SEM 2017 ini menggunakan tiga jenis bahan bakar, yakni bensin, solar (diesel), dan etanol. Jumlah mobil yang tampil dalam kategori tersebut sebanyak 32 tim dari 20 negara.
Menguasai teknologi
“Ini tandanya (mahasiswa) kita tidak kalah (dengan mahasiswa dari negara lain). Lihat saja, pesertanya banyak dari negara maju, seperti Jepang. Anak-anak Indonesia membuktikan kemampuan mereka menguasai teknologi,” kata Profesor Bambang Sugiarto, pendamping tim Sadewa, di lokasi kompetisi Changi Exhibition Center, Singapura.
General Manager External Relation Shell Indonesia Haviez Gautama menambahkan, persaingan ketat justru terjadi di antara sesama tim asal Indonesia. Tahun lalu, ketika SEM digelar di Manila, Filipina, saat kompetisi masih dikategorikan berdasarkan jenis bahan bakar, tim Sadewa memenangi kategori bensin, sedangkan Sapu Angin menang di kategori solar. Sementara kategori mobil listrik dimenangi tim Bumi Siliwangi dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Ketiga tim itu kemudian mewakili Asia dalam SEM tingkat dunia di London, Inggris. Saat itu, Bumi Siliwangi menjadi juara dunia. Namun, tahun ini, Bumi Siliwangi hanya menduduki peringkat kesepuluh untuk kategori mobil listrik.
Kategori mobil konsep urban bertenaga listrik tahun ini dimenangi tim LH ETS dari Lac Hong University, Vietnam. Tim tersebut mencatat penggunaan energi 108 km per kWh.
——————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 Maret 2017, di halaman 15 dengan judul “Indonesia Dominasi Podium Juara”.