Indonesia International Book Fair 2020 turut menghadirkan Ikapi Awards. Ajang penghargaan ini sama seperti tahun sebelumnya, lebih menyasar kepada penulis muda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN—Suasana Indonesia International Book Fair (IIBF) 2019 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (4/9/2019). Tahun ini IIBF digelar daring karena pandemi Covid-19.
Penulis muda cenderung suka membagikan pengalaman dan pengetahuan mereka. Mereka menuangkan dalam karya yang mudah diterima, dibaca, dan dipahami generasi mereka.
Tren itulah yang menurut Wakil Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Bidang Kerja Sama dan Hubungan Internasional Kartini Nurdin harus diperhatikan oleh penerbit. Dengan kata lain, penerbit perlu memberikan ruang untuk penulis muda Indonesia sekaligus mengikuti perkembangan zaman.
”Mereka (penulis muda) sekarang mempunyai banyak kemudahan akses ilmu pengetahuan sehingga kesempatan mereka perlu diwadahi. Hal ini sama seperti teknologi digital. Kami penerbit harus mengikuti,” ujarny di sela-sela pembukaan Indonesia International Book Fair (IIBF) 2020, Senin (28/9/2020), di Jakarta.
Penghargaan untuk penulis
IIBF 2020 kembali menghadirkan Ikapi Awards. Penganugerahan ini sebagai bentuk kepedulian Ikapi kepada penulis dan pegiat literasi yang berperan menggerakkan industri penerbitan buku di Indonesia. Seperti Ikapi Awards 2019, Ikapi Awards 2020 juga didominasi penulis muda.
Untuk kategori Rookie of The Year, penghargaan diberikan kepada Jerome Polin Sijabat dengan judul buku Mantappu Jiwa. Buku ini mengenai cara belajar Matematika dan pengalaman menerapkan unsur Matematika dalam kehidupan sehari-hari. Jerome Polin Sijabat juga dikenal sebagai Youtuber.
Jerome menceritakan, penjualan buku mulanya dilakukan dengan pra pemesanan dengan jatah sekitar 1.000 kopi. Metode ini menarik perhatian sehingga dia buka pra pemesanan kembali 1.000 kopi. Dia mengaku bukan berlatar belakang penulis.
KOMPAS/LARASWATI ARIADNE ANWAR–Pengunjung Indonesia International Book Fair 2019 mengunjungi buku di”zona kalap”, di Jakarta, Rabu (4/9/2019). IIBF 2019 digelar hingga 8 September.
Sementara penghargaan kategori Book of The Year diberikan kepada Eka Aryani untuk novelnya berjudul Teluk Alaska. Novel ini mulanya muncul di aplikasi Wattpad dan tingkat keterbacaannya mencapai sekitar empat juta kali, lalu diangkat menjadi buku fisik.
Kategori Writer of The Year diberikan kepada Meta Herdiana Hanindita, seorang dokter spesialis anak. Salah satu karyanya adalah Mommyclopedia, memiliki beberapa seri. Menurut dia, buku-buku yang dia tulis bertujuan untuk memudahkan ibu rumah tangga memahami kesehatan anak.
Di luar tiga kategori tersebut, Ikapi Awards memiliki kategori Literacy Promoter dan Lifetime Achievement. Almarhum sastrawan Ajip Rosidi mendapat penghargaan kategori Literacy Promoter. Almarhum dianggap berjasa besar dalam perkembangan sastra daerah dan nasional semasa hidupnya. Misalnya, almarhum menginisiasi Anugerah Sastra Rancage. Sementara Lifetime Achievement diberikan kepada almarhum Sapardi Djoko Damono.
”Bapak (Ajip Rosidi) telah berpulang, tetapi perjuangan Bapak belum selesai. Salah satunya adalah pajak kertas harus turun. Semasa hidup sejak muda, Bapak selalu mendorong pemerintah menurunkan pajak kertas yang jadi penyebab harga buku mahal sehingga tak semua orang bisa beli buku,” kata Titi Surti Nastiti, putri almarhum Ajip Rosidi yang berprofesi sebagai arkeolog.
Istri almarhum Sapardi Djoko Damono, Sonya Sondakh, mengatakan, almarhum sudah berkarya sejak usia belasan tahun. Jika dihitung, almarhum telah berkarya hampir 65 tahun.
Sepuluh tahun terakhir, Sapardi Djoko Damono memanfaatkan waktu pensiunnya untuk tetap menulis. Dalam keadaan sakit pun, Sonya menyebut dia masih menulis. Karya terakhirnya, berjudul Embul, ditulis saat sakit.
Ketua Umum Ikapi Rosidayati Rozalina menyampaikan, keunikan lain IIBF 2020 adalah penyelenggaraannya yang berlangsung di ruang virtual. Meski demikian, IIBF tetap mengusung format multikegiatan, seperti penjualan buku dan seminar.
”Pandemi Covid-19 turut memicu penjualan merosot. Sementara penulis dan penerbit harus terus bertumbuh,” katanya.
Ketua Umum Perkumpulan Literasi Indonesia Wien Muldian, saat dihubungi terpisah, berpendapat, upaya mengakomodasi penulis muda perlu dilihat dari aspek capaian karya atau pemenuhan unsur populis. Di Indonesia, fenomena penulis muda sering kali lahir dan berkembang dari media sosial.
Mereka mulanya populer karena berkarya di platform penerbitan daring ataupun penerbit indie. Setelah itu, penerbit mayor mendekati dan mengakomodasi mereka.
”Hal yang harus diketahui khalayak umum adalah apakah penerbit bersangkutan, baik indie maupun mayor, mengangkat penulis muda karena pencapaian karya, popularitas orangnya, atau penerimaan masif di pasar (populis),” ujarnya.
Di era industri teknologi digital, siapa pun bisa menjadi penulis. Siapa pun juga mudah menerbitkan karya tulis dan disebarluaskan. Dia mencontohkan, Youtuber Atta Halilintar merilis buku yang diterbitkan oleh penerbit yang masih menjadi satu dengan perusahaan keluarga. Berkat popularitasnya di Youtube, karya dia selalu diburu dan laku di pasar.
Oleh MEDIANA
Editor: ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN
Sumber: Kompas, 28 September 2020